Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Empu Dusun

Mpu Dusun adalah nama pena yang dipakai oleh penggubah kakawin Kunjarakarna. Nama ini memberikan kesan seolah-olah penggubah berasal dari "desa" atau "dusun" (pertapaan) dan bukan dari kalangan istana. Tetapi ditilik dari gaya bahasa "Kakawin Kunjarakarna", ternyata mpu Dusun ini tidak kalah dalam bersyair apabila diperbandingkan dengan kakawin lainnya yang berasal dari kalangan istana. Diperkirakan mpu Dusun hidup pada abad ke 15 Masehi.

Analisis

Menurut Prof. Slamet Muljana, judul kakawin Kunjarakarna diambil dari kalimat pada kolofon: "iti kunjarakarna dharma katha na samapta kirtti siddha mpu Dusun", yang berarti "Ini Kunjarakarna, cerita suci, telah selesai, hasil karya Mpu Dusun". Kalimat itu dilanjutkan dengan keterangan tentang tempat penyalinan, nama penyalin, dan tahun disalin: "..telas sinurat ing Kancana tekap ni Artha Pamasah" pada tahun 1660.[1]:313-5

Nama Mpu Dusun diperkirakan merupakan nama samaran. Slamet Muljana berpendapat bahwa Mpu Dusun tidak lain adalah Mpu Prapanca, yang nama aslinya adalah Dang Acarya Nadendra, seorang bekas Dharmmadyaksa Kasogatan di Majapahit pada zaman Raja Hayam Wuruk. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hal:[1]:313-5

  • Naskah Kunjarakarna berada seberkas dengan naskah Nagarakretagama; dan langgam bahasa kedua naskah adalah serupa.
  • Nagarakretagama pupuh 94/3 memuat keterangan bahwa Prapanca juga menulis Kakawin Sugataparwawarnnana, yang diselesaikan sebelum Desawarnana
  • Kunjarakarna, pada pupuh I/1-2 telah memuat dua kali nama "Sugata" (bhatara Sugata, yakni sang Buddha); sesuai dengan pengertian Sugataparwawarnnana
  • Suryasengkala pada naskah Kunjarakarna menyebutkan tahun 1283 Saka (1361 M) sebagai tahun diselesaikannya penulisan kakawin; cocok dengan keterangan Nagarakretagama pupuh 94/3, yang menyebutkan Kakawin Sugataparwawarnnana diselesaikan sebelum Desawarnana (selesai 1365 M, jadi 4 tahun sesudahnya)
  • Nama Mpu Dusun menunjukkan si penulis tinggal di dusun, selaras dengan penjelasan Nagarakretagama pupuh 95 yang menyebutkan bahwa si pujangga (Mpu Prapanca) tinggal di dusun.

Untuk beberapa hal, Slamet Muljana juga merujuk pada pendapat Prof. Poerbatjaraka yang hampir serupa dengan di atas.[2]:201-2

Referensi

  1. ^ a b Muljana, S. (2006). Tafsir Sejarah Nagara Kretagama. Yogyakarta: LKiS.
  2. ^ Poerbatjaraka, RM.Ng.. (1951). "Nirartha-Prakreta". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, vol. 107(2):201-25[pranala nonaktif permanen]. Leiden
Kembali kehalaman sebelumnya