Rumah pengasapan ikan abad pertengahan di desa nelayan Walraversijde yang dibangun pada abad ke-15Desa nelayan terapung di Teluk Halong, Vietnam.[1][2]Reine merupakan desa penghasil ikan tangkapan berupa kod yang telah berlangsung selama lebih dari 1000 tahun, di Lofoten, Norwegia
Desa nelayan di pantai umumnya sulit dijangkau, dan berlokasi di sekitar fitur garis pantai atau danau yang memungkinkan kapal dapat berlabuh dengan aman ("pelabuhan alami"). Selain berlabuh, fitur garis pantai atau danau seperti ini memungkinkan kapal disimpan dengan aman ketika tidak digunakan.[3] Desa nelayan dapat dioperasikan di pantai maupun di danau. Di Malawi, Danau Malawi merupakan lokasi di mana desa nelayan tumbuh dan memiliki wilayah masing-masing. Nelayan dari desa ataupun perairan lain dapat berlabuh dan biasanya membayar pajak dalam bentuk hasil tangkapan.[4] Bentuk dan fungsi kapal penangkapan ikan tradisional cenderung berkembang mengikuti kebutuhan dan bentuk geografis wilayah. Beberapa desa nelayan meluas hingga ke perairan dan menjadi desa terapung. dengan bantuan pengapung dari kayu maupun bahan lain.[1][2][5]
Pemrosesan ikan dan pasar ikan merupakan ujung tombak perdagangan dan pertukaran barang dan jasa di desa nelayan. Selain industri perikanan desa nelayan juga menunjang aktivitas perekonomian lain seperti pembuatan dan daur ulang perahu (ship wrecking),[6] jasa transportasi, hingga wisata bahari yang menyediakan jasa pemancingan rekreasi. Aktivitas penunjang kehidupan seperti sekolah dan klinik juga terbentuk. Dengan semakin bertambahnya populasi desa nelayan dan menyempitnya kesempatan bekerja, aktivitas mencari kapal karam dan mengumpulkan barang-barang berharga dapat menjadi pekerjaan alternatif.[7][8]
Di negara miskin dan negara berkembang, desa nelayan cenderung tidak mengalami perubahan berarti sejak terbentuknya desa tersebut.[9] Sedangkan di negara maju, desa nelayan akan berubah karena faktor ekonomi dan kompleksitas sosiologi seperti urbanisasi.[10] Sepanjang waktu, desa nelayan akan berkembang dari desa yang menunjang kehidupan nelayan tradisional hingga menjadi wilayah dengan industri perikanan yang maju, bahkan berkembang menjadi kota besar dan perdagangan, seperti yang terjadi pada Shanghai di pinggir delta Sungai Yangtze.[11]Destin, Florida telah berkembang menjadi resort yang didedikasikan untuk turis yang memiliki kapal pemancingan rekreasi ukuran besar.[12] Pemerintah Korea Selatan pun diketahui dengan sengaja membangun desa nelayan baru karena kemampuan desa nelayan dalam menarik wisatawan.[13] Dan di China pada tahun 2004 memiliki lebih dari 8000 desa nelayan.[14]
^Bathurst, Bella (2005)The Wreckers: a Story of Killing Seas, False Lights, and Plundered Shipwrecks. Boston, Mass.: Houghton Mifflin ISBN 978-0-618-41677-6
^Smith, Joshua M. (2006) Borderland Smuggling: Patriots, Loyalists and Illicit Trade in the Northeast, 1783–1820 Gainesville: University Press of Florida ISBN 0-8130-2986-4.
^Waugh, Mary, (1985) Smuggling in Kent and Sussex 1700–1840 Countryside Books (updated 2003) ISBN 0-905392-48-5
Belcher, W.R. (1999) The Ethnoarchaeology of a Baluch Fishing Village. Archaeology of Seafaring: The Indian Ocean in the Ancient Period, Himanshu Prabha Ray ed., pp. 22–50.
Seilert H and S Sangchan (2001) Small-Scale Fishery in Southeast Asia: A Case Study in Southern Thailand: Social and geographic background Regional Office for Asia and the Pacific, Publication 2001/19, FAO, Rome.
Seilert H and S Sangchan (2001) Small-Scale Fishery in Southeast Asia: A Case Study in Southern Thailand: Fishing activities and their social implications Regional Office for Asia and the Pacific, Publication 2001/19, FAO, Rome.
Thomson, David B (1979)South China Sea Fisheries Development and Coordinating Programme Intermediate technology and alternative energy systems for small scale fisheries:Integrated systemsFAO working paper, Rome.