Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Dawas

Ruby Hirose meneliti serum dan antitoksin
Poster yang dirilis oleh Dewan Pusat Pendidikan Kesehatan, menyebarkan kesadaran tentang Difteri.
Vaksin tetanus sedang diberikan di Pusat Medis Angkatan Laut San Diego

Dawas[1] atau toksoid adalah racun yang dinonaktifkan (biasanya eksotoksin) yang keberacunannya telah ditekan baik melalui tindakan kimia (formalin) atau pemanasan, sementara sifat-sifat lainnya, seperti imunogenisitas, tetap dipertahankan. Racun disekresikan oleh bakteri, sedangkan dawas merupakan bentuk racun yang telah diubah; dawas tidak disekresikan oleh bakteri. Dengan demikian, bila digunakan selama vaksinasi, respons imun meningkat dan memori imunologi terbentuk terhadap penanda molekuler dawas tanpa mengakibatkan penyakit akibat racun. Persiapan semacam itu juga dikenal sebagai anatoksin. Terdapat dawas untuk pencegahan difteri, tetanus dan botulisme.[2]

Dawas digunakan sebagai vaksin karena ia menginduksi respons imun terhadap racun asli atau meningkatkan tanggapan terhadap antigen lain karena penanda dawas dan penanda racun dipertahankan. Misalnya, dawas tetanus berasal dari tetanospasmin yang diproduksi oleh Clostridium tetani.[3] Yang terakhir menyebabkan tetanus dan divaksinasi dengan vaksin DTaP. Walaupun pasien kadang-kadang mengeluhkan adanya efek samping setelah vaksinasi, hal ini terkait dengan proses peningkatan respons imun dan pembersihan dawas, bukan efek langsung dari dawas. Dawas tidak mempunyai virulensi seperti toksin sebelum inaktivasi.

Dawas juga berguna dalam produksi antitoksin manusia. Banyak pusat plasma di Amerika Serikat yang menggunakan beberapa dosis dawas tetanus untuk mengembangkan orang yang memiliki kekebalan tinggi untuk memproduksi imunoglobulin anti-tetanus manusia (imunoglobulin tetanus (TIG), HyperTet (c)),[4] yang telah menggantikan antitoksin tetanus tipe serum kuda di sebagian besar negara maju.

Dawaa juga digunakan dalam produksi vaksin konjugat. Dawas yang sangat antigenik membantu menarik perhatian terhadap antigen yang lebih lemah seperti polisakarida yang ditemukan dalam kapsul bakteri.[5]

Referensi

  1. ^ "Arti kata dawas - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-2-11.
  2. ^ Moloney, P. J. (1926). "The Preparation and Testing of Diphtheria Toxoid (Anatoxine-Ramon)". American Journal of Public Health (PDF). 16 (12): 1208–1210. doi:10.2105/AJPH.16.12.1208. PMC 1321494. PMID 18012024.
  3. ^ "Diphtheria and Tetanus Toxoids Adsorbed" (PDF). fda.gov. Diakses tanggal 21 October 2015.
  4. ^ "Tetanus Immune Globulin (Human)" (PDF). September 2012. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 4 March 2016. Diakses tanggal 2010-05-29.
  5. ^ Vaccine design : innovative approaches and novel strategies. Rappuoli, Rino., Bagnoli, Fabio. Norfolk, UK: Caister Academic. 2011. ISBN 9781904455745. OCLC 630453151. Pemeliharaan CS1: Lain-lain (link)
Kembali kehalaman sebelumnya