Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Barotrauma

Barotrauma merupakan kondisi ketika terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada di dalam tubuh dan ruang eksternal.[1] Hal ini menyebabkan tubuh tidak mampu untuk menyesuaikan dengan tekanan yang tiba-tiba berubah.[1] Umumya, barotruma paling sering terjadi pada telinga tengah.[2] Hal ini dapat terjadi karena tuba Eustachius yang terdapat pada telinga tengah tidak dapat terbuka, sehingga tidak dapat menyeimbangkan tekanan udara.[2] Dalam keadaan ini udara tidak akan sampai ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan.[1] Tidak hanya pada telinga, barotrauma dapat terjadi pada bagian tubuh yang memiliki struktur tubuh tertutup dan terdapat ruang tertutup seperti sinus, paru-paru, lambung, dan usus.[2]

Penyebab

Kasus penderita barotrauma di Indonesia cukup banyak ditemui, terutama nelayan di pesisir yang sering menyelam.[2] Saat melakukan kegiatan menyelam memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami barotrauma.[2] Hal ini dikarenakan semakin dalam menyelam maka tekanan akan semakin besar.[3] Menyelam saat belum bisa untuk menyeimbangkan tekanan di dalam telinga dapat memicu kemungkinan terburuk berupa pecahnya gendang telinga.[3]

Pada saat melakukan penerbangan juga dapat menyebabkan barotrauma.[3] Saat penerbangan, terjadi perubahan tekanan yang cepat. [3] Udara tidak akan bisa masuk ke telinga tengah dan tuba auditrori tidak akan terbuka tanpa bantuan menguap.[1] Ketidakmampuan tuba untuk terbuka inilah yang dapat menyebabkan terjadinya barotrauma.[1] Telinga tengah menjadi rongga yang paling sering mengalami barotrauma karena tuba Eustachius memiliki struktur yang kompleks.[2]

Barotrauma paru-paru

Barotrauma paru-paru banyak dialami oleh pasien ICU yang menggunakan alat bantu pernapasan berupa ventilator.[3] Penderita COVID-19 dengan gangguan pernapasan akut dan menggunakan ventilator sebagai alat bantu pernapasan memiliki risiko tinggi untuk mengalami barotrauma.[4] Bahkan barotrauma menjadi faktor independen penyebab kematian penderita COVID-19. [4] Pasien gangguan pernapasan akut dengan COVID-19 akan memiliki kemungkinan yang lebih besar mengalami barotrauma dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gangguan pernapasan akut tanpa COVID-19.[5]

Gejala

Gejala Barotrauma dibedakan menjadi dua yaitu descent dan ascent.[1] Descent merupakan gejala yang timbul setelah melakukan aktivitas menyelam berupa adanya rasa nyeri, mengalami tuli konduktif, dan adanya darah pada rongga hidung atau nasofaring.[1] Ascent merupakan gejala barotrauma yang terjadi setelah melakukan penerbangan ditandai dengan rasa nyeri pada telinga bagian dalam, tuli ringan, dan vertigo.[1] Secara keseluruhan dapat disimpulkan gejala klinis akibat barotrauma berupa pendengaran yang berkurang, autofoni, vertigo, rasa nyeri pada telinga, dan tinitus.[2]

Barotrauma pada paru-paru dapat menimbulkan nyeri dada, suara menjadi serak, dan sesak napas.[3] Jika gejala barotrauma pada saluran pencernaan akan menimbulkan nyeri, kram perut, dan perut kembung.[3]

Pengobatan

Biasanya pengobatan barotrauma dilakukan secara sederhana dengan pemberian dekongestan, menghindari aktivitas menyelam dan tidak melakukan penerbangan hingga tekanan pada telinga tengah kembali seimbang.[1] Barotrauma dapat dicegah dengan sering mengunyah permen karet dan melakukan manuver valsava.[2] Hal ini dibutuhkan terutama saat melakukan penerbangan.[2]

Jika gejala barotrauma parah maka akan dilakukan operasi dengan memasang alat khusus yang menyerupai tabung kecil pada gendang telinga.[3] Penggunaan tabung ini akan berfungsi untuk mengalirkan udara ke telinga bagian tengah agar tekanan eksternal dan internal sama. [3]Prosedur operasi lain yang dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada gendang telinga.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i Astasia, Raisa; Aryani, I. Gusti Ayu Trisna (2023-01-17). "BAROTRAUMA SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENDUDUK PESISIR PANTAI". Jurnal Medika Hutama. 4 (02 Januari): 3275–3279. ISSN 2715-9728.
  2. ^ a b c d e f g h i Sumandari, Astri (2022-01-20). "Barotrauma Telinga Tengah (Middle Ear Barotrauma)". Jurnal Fusion (dalam bahasa Inggris). 2 (01): 12–18. doi:10.54543/fusion.v2i01.128. ISSN 2775-6440.
  3. ^ a b c d e f g h i j "Barotrauma". Alodokter. 2017-05-05. Diakses tanggal 2023-04-12.
  4. ^ a b McGuinness, Georgeann; Zhan, Chenyang; Rosenberg, Noah; Azour, Lea; Wickstrom, Maj; Mason, Derek M.; Thomas, Kristen M.; Moore, William H. (2020-11). "Increased Incidence of Barotrauma in Patients with COVID-19 on Invasive Mechanical Ventilation". Radiology. 297 (2): E252 – E262. doi:10.1148/radiol.2020202352. ISSN 1527-1315. PMC 7336751. PMID 32614258.
  5. ^ Shrestha, Dhan Bahadur; Sedhai, Yub Raj; Budhathoki, Pravash; Adhikari, Ayush; Pokharel, Nisheem; Dhakal, Richa; Kafle, Satyasuna; Yadullahi Mir, Wasey Ali; Acharya, Roshan (2022-01-01). "Pulmonary barotrauma in COVID-19: A systematic review and meta-analysis". Annals of Medicine and Surgery (dalam bahasa Inggris). 73: 103221. doi:10.1016/j.amsu.2021.103221. ISSN 2049-0801.
Kembali kehalaman sebelumnya