Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bakar diri

Thích Quảng Đức memprotes penindasan Buddhis di Vietnam Selatan dengan cara bakar diri pada 11 Juni 1963.

Bakar diri atau imolasi diri adalah tindakan menyulut api pada diri sendiri. Tindakan tersebut banyak dipakai untuk alasan politik atau agama, sering kali sebagai bentuk protes atau tindakan kemartiran, dan dikenal karena unsur menganggu dan kekerasannya.

Etimologi

Istilah Inggris immolation (imolasi) awalnya memiliki arti (1534) "membunuh korban pengurbanan; pengorbanan" dan kemudian berubah arti menjadi (1690) "penghancuran, khususnya dengan memakai api". Etimologinya berasal dari kata berbahasa Latin immolare yang memiliki arti "untuk ditabur dengan hidangan pengorbanan (mola salsa); untuk penghorbanan" dalam konteks agama Romawi kuno.[1][2]

Sejarah

Bakar diri (jauhar) wanita Rajput, saat Pengepungan Chittorgarh pada 1568

Terdapat beberapa contoh terkenal tindakan bakar diri dari zaman kuno sampai zaman modern. Kalanos, yang juga disebut Calanus (bahasa Yunani Kuno: Καλανὸς)[3] (ca 398 – 323 SM), adalah seorang gimnosofis India kuno,[4][5][6][7] dan filsuf dari Taxila[8] yang menyertai Aleksander Agung ke Persis dan kemudian, setelah jatuh sakit, membakar dirinya dengan cara masuk ke sebuah pyre, di depan Aleksander dan tentaranya. Diodorus Siculus menyebutnya Caranus (bahasa Yunani Kuno: Κάρανος).[9]

Seorang janda Hindu membakar dirinya dengan jasad suaminya (sati), 1657
"Samosozhigateli" (orang-orang yang membakar diri mereka sendiri) karya Grigoriy Myasoyedov, menampilkan Pemercaya Lama

Zarmanochegas adalah biarawan dari tradisi Sramana (kemungkinan, tetapi bisa jadi bukan Buddhis) yang, menurut para sejarawan kuno seperti Strabo dan Dio Cassius, bertemu Nikolas dari Damaskus di Antiokia pada sekitar tahun 22 SM dan membakar dirinya sampai mati di Athena tak lama setelahnya.[10][11]

Pada Skisma Besar Gereja Rusia, seluruh desa Pemercaya Lama membakar diri mereka sendiri sampai mati dalam sebuah tindakan yang dikenal sebagai "baptisan api" (pembakar diri: samosozhigateli).[12] Sebuah kajian tahun 1973 oleh seorang dokter penjara berpendapat bahwa orang-orang yang memilih bakar diri sebagai bentuk bunuh diri lebih seperti berada dalam "keadaan kesadaran yang terganggu", seperti epilepsi.[13]

Protes politik

Krisis Buddhis Vietnam Selatan

Krisis Buddhis di Vietnam Selatan menyebabkan penindasan agama mayoritas negara tersebut di bawah pemerintahan presiden Katolik Ngô Đình Diệm. Banyak biksu Buddha, termasuk kasus terkenal Thích Quảng Đức, membakar diri mereka sendiri sebagai bentuk protes.[14]

Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam

Contoh yang dilakukan oleh pembakar diri pada pertengahan abad ke-20 menyebarkan tindakan serupa antara 1963 dan 1971, kebanyakan terjadi di Asia dan AMerika Serikat bertepatan dengan protes melawan Perang Vietnam. Para peneliti mencatat nyaris 1000 pembakaran diri diliput oleh The New York Times dan The Times.[15]

Pada 2 November 1965, Norman Morrison, seorang aktivis anti-perang, melumuri dirin ya dengan kerosin dan menyulut dirinya dengan api di bawah kantor Menteri Pertahanan Robert McNamara di Pentagon, untuk memprotes keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.[16]

Referensi

  1. ^ The Oxford English Dictionary, 2009, 2nd ed., v. 4.0, Oxford University Press.
  2. ^ "immolate", Oxford Dictionaries.
  3. ^ Plutarch, Life of Alexander, §8
  4. ^ Wheeler, James Talboys (1973). The History of India: India from the earliest ages: Hindu, Buddhist, and Brahmanical revival (dalam bahasa Inggris). Cosmo Publications. hlm. 171–72. Diakses tanggal 23 July 2019.
  5. ^ Hunter, W.W. (2005). The Indian empire : its people, history, and products (1886). New Delhi: Asian Educational Services. hlm. 169. ISBN 9788120615816.
  6. ^ Hunter, William Wilson (1887). The Imperial Gazetteer of India (dalam bahasa Inggris). Trübner & Company. hlm. 173. ISBN 978-81-7019-118-6. Diakses tanggal 23 July 2019.
  7. ^ Classica Et Mediaevalia (dalam bahasa Inggris). Librairie Gyldendal. 1975. hlm. 271–276. Diakses tanggal 23 July 2019.
  8. ^ Halkias, Georgios (2015). "The Self-immolation of Kalanos and other Luminous Encounters Among Greeks and Indian Buddhists in the Hellenistic World". Journal of the Oxford Centre for Buddhist Studies. 8: 163–186. Diakses tanggal 30 May 2015.
  9. ^ Diodorus Siculus, Library, 17.107.1
  10. ^ Strabo, xv, 1, on the immolation of the Sramana in Athens (Paragraph 73).
  11. ^ Dio Cassius, liv, 9; see also Halkias, Georgios "The Self-immolation of Kalanos and other Luminous Encounters among Greeks and Indian Buddhists in the Hellenistic world". Journal of the Oxford Centre for Buddhist Studies, Vol. VIII, 2015: 163–186 [1]
  12. ^ Coleman, Loren (2004). The Copycat Effect: How the Media and Popular Culture Trigger the Mayhem in Tomorrow's Headlines (dalam bahasa Inggris). Paraview Pocket Books. hlm. 46. ISBN 978-0-7434-8223-3.
  13. ^ Prins, Herschel (2010). Offenders, Deviants or Patients?: Explorations in Clinical Criminology. Taylor & Francis. hlm. 291. Topp ... suggested that such individuals ... have some capacity for splitting off feelings from consciousness. ... One imagines that shock and asphyxiation would probably occur within a very short space of time so that the severe pain ... would not have to be endured for too long.
  14. ^ Karnow, Stanley (1991). Vietnam, a history (Edisi Rev. and updated). New York, N.Y., U.S.A: Penguin. hlm. 287-297. ISBN 978-0-14-014533-5.
  15. ^ Maris, Ronald W.; Alan Lee Berman; Morton M. Silverman; Bruce Michael Bongar (2000). Comprehensive textbook of suicidology. Guilford Press. hlm. 306. ISBN 978-1-57230-541-0.
  16. ^ "The Pacifists", Time Magazine, 12 November 1965; accessed 23 July 2007.


Kembali kehalaman sebelumnya