Anindya Bakrie
Anindya Novyan Bakrie, B.Sc., M.B.A. (lahir 10 November 1974) adalah seorang pengusaha Indonesia berpengaruh, investor global dan filantropis terkemuka.[1][2][3] Melalui peran kepemimpinan di komunitas bisnisnya selama bertahun-tahun, dia mewakili suara komunitas bisnis Indonesia dan Indo-Pasifik di forum dan pertemuan global.[4] Dia juga seorang pionir di industri kendaraan listrik di Indonesia, khususnya sektor kendaraan umum, bus, dan truk.[5] Anindya saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin Indonesia) periode 2024-2029[6][7] dan Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia, jabatan yang diemban sejak 2009.[8] ABAC adalah badan penasihat bisnis independen yang dibentuk oleh para pemimpin APEC untuk memberikan masukan terkait isu-isu bisnis dan ekonomi.[9] Anindya juga merupakan pemilik klub sepak bola Oxford United Football Club. Bersama Erick Thohir, dia mengambil alih saham mayoritas klub sepakbola profesional yang berbasis di Oxford, Inggris ini pada tahun 2022.[10] Anindya saat ini merupakan Direktur Utama & CEO Bakrie & Brothers,[11] yang populer disebut sebagai Bakrie Group, salah satu konglomerat tertua dan terbesar di Indonesia.[12] Kelompok Usaha ini didirikan oleh kakek Anin, H. Achmad Bakrie pada tahun 1942 dan lebih tua dari usia Republik Indonesia.[13] Bakrie & Brothers, yang pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan umum kemudian berkembang menjadi kelompok usaha raksasa yang operasinya di berbagai industri termasuk komponen otomotif, bahan bangunan, jalan tol, pembangkit listrik, manufaktur pipa baja, dan energi. Bahkan berkembang ke jaringan media dan digital.[14] Kini Kelompok Usaha Bakrie di tangan generasi ketiga, yang dipimpin Anin, tengah bertransformasi menuju bisnis masa depan yang berkelanjutan, berbasis teknologi seperti smart industrialization, renewable energy, dan digitalisasi.[15][16] Grup Bakrie melalui perusahaan yang didirikan Anin, VKTR, telah mempelopori proses elektrifikasi transportasi publik di Indonesia, melalui inovasi bus listrik yang bebas emisi karbon dan mendukung udara bersih.[17] Sejak Januari 2022, beliau menjabat board of governor for Automotive and New Mobility di World Economic Forum (WEF). Di bidang energi juga beralih dari brown energy seperti batubara menuju energi baru dan terbarukan. Misalnya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dikerjakan Helio Synar Energi yang telah bekerjasama dengan PLN untuk menerangi Indonesia sampai ke pelosok desa.[18] Juga akan hadir bisnis Internet of Things, rumah pintar,[19] dan lain sebagainya. Anindya juga merupakan pendiri dan CEO Grup Visi Media Asia (VIVA), yang yang mengoperasikan saluran berita televisi dan olahraga tvOne, saluran hiburan ANTV, dan portal berita daring VIVA.co.id.[20] Ia juga merupakan pendiri Bakrie Center Foundation yang menjadi wadah kegiatan pendidikan dan filantropi[21][22] yang bertujuan mencetak pemimpin muda.[23] Kehidupan awal dan pendidikanAnindya lahir di Jakarta, Indonesia pada 10 November 1974, dan merupakan anak sulung dari Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.[24][25] Anindya adalah cucu laki-laki tertua Achmad Bakrie yang merupakan pendiri Bakrie Group. Anindya Bakrie menikahi Firdani Saugi dan memiliki 3 orang anak.[26][27] Anindya mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar Triguna, lulus pada tahun 1986 sebelum melanjutkan pendidikan menengah di sekolah Katolik khusus pria, Pangudi Luhur, yang keduanya berlokasi di Jakarta.[28] Ia kemudian belajar di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di United States.[29] Anindya meraih gelar sarjana di Bidang Teknik Industri dari Northwestern University, Illinois, pada tahun 1996.[30] Berbekal keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengikuti jejak ayah dan kakeknya dalam berwirausaha, Anindya melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana dan berhasil memperoleh gelar Magister dari program Global Management Immersion Experience (GMIX) di Stanford Graduate School of Business pada tahun 2001. Ia kemudian berupaya menjembatani para mahasiswa untuk dapat menempuh pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.[31] Anindya juga sempat mengambil program kuliah di universitas ternama China, Tsinghua University bersama para pemimpin bisnis dunia. Salah satunya adalah Anthony Tan. KarierAnindya memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, di Amerika Serikat pada tahun 1996.[32] Pada tahun 1997, ayah Anindya Bakrie, Aburizal Bakrie, memintanya untuk kembali ke Indonesia pasca-kerusuhan 1998. Ketika baru mendapatkan gelar M.B.A dari Stanford, ia kemudian menjabat sebagai Deputy to Chief Operating Officer dan Managing Director of Bakrie & Brothers.[33] Anindya telah terlibat dalam berbagai usaha bisnis sepanjang kariernya. Ia menjabat sebagai Direktur PT Bakrie Telecom Tbk sejak 2007 dan sebagai Direktur PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk sejak 2008. Ia juga menjabat sebagai Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk dari 2005 hingga 2007.[34] Pebisnis dan Tokoh MasyarakatKetua Umum KADIN Indonesia (2024-2029)Dengan pengabdian selama lebih dari 25 tahun di Kadin Indonesia, Anindya N. Bakrie kini memimpin Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) sebagai Ketua Umum untuk masa jabatan 2024-2029, setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina untuk periode 2021-2024.[35] Pengangkatan Anindya sebagai Ketua Umum mencerminkan kontribusi strategisnya terhadap misi Kadin untuk mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah Indonesia, sehingga memungkinkan adanya ketahanan dan pertumbuhan ekonomi.[36] Di bawah kepemimpinannya, Kadin secara aktif memobilisasi dukungan sektor swasta di seluruh negeri untuk mencapai target ambisius pemerintahan Prabowo-Gibran yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.[37] Visi Anindya menekankan sejumlah prioritas utama, termasuk inovasi digital, pengembangan infrastruktur, dan praktik berkelanjutan, untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia.[38] Selama masa jabatannya, Anindya bermaksud untuk meningkatkan pengaruh Kadin melalui kemitraan strategis dan investasi yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional, mendorong ekosistem bisnis dinamis yang berkontribusi pada tujuan sosial ekonomi Indonesia yang lebih luas.[39] Di Kadin, Anindya juga mendorong kemajuan para pengusaha di daerah dan UMKM agar naik kelas dan maju bersama.[40] Juga mendorong pemerataan pembangunan ekonomi.[41] Ketua APEC BAC IndonesiaAnindya Bakrie menjabat sebagai Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia sejak 2016, yang memperjuangkan kerja sama ekonomi regional dan inisiatif keberlanjutan.[42] Kepemimpinannya ditandai dengan kontribusi yang signifikan, termasuk peluncuran Peta Jalan Rantai Pasokan Kendaraan Listrik (EV) APEC, sebuah kerangka kerja strategis untuk mendorong adopsi dan produksi EV di seluruh negara APEC. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi menuju sistem transportasi berkelanjutan di seluruh kawasan Asia Pasifik.[43] Pada tahun 2023, Anindya mencapai tonggak penting dengan membentuk Kaukus ASEAN pada pertemuan ABAC di San Francisco, AS. Inisiatif ini menciptakan platform terpadu bagi negara-negara ASEAN dalam ABAC, memfasilitasi penyelarasan prioritas seperti Rantai Pasokan Kendaraan Bermotor Listrik, Pusat Keunggulan Karbon, dan Pembayaran Digital Lintas Batas. Kaukus ASEAN memperkuat pengaruh ekonomi Asia Tenggara di APEC, memastikan perspektif ASEAN memainkan peran sentral dalam membentuk kebijakan ekonomi regional.[44][45] Ke depannya, Anindya memimpin upaya untuk menyelenggarakan pertemuan ABAC di Indonesia, yang diusulkan pada April 2025 di Jakarta dan Bandung, bertepatan dengan peringatan 70 tahun Konferensi Bandung yang bersejarah. Usulan ini bertujuan untuk menempatkan Indonesia di pusat diskusi penting mengenai integrasi regional dan pembangunan berkelanjutan, yang memperkuat peran kepemimpinan Indonesia di APEC dan di luarnya.[46] Ketua ASEAN BAC IndonesiaPeran Anindya Bakrie sebagai Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dimulai pada tahun 2024, melengkapi kepemimpinannya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).[47] Kepemimpinannya di ASEAN-BAC dibangun atas pengalamannya yang luas dalam diplomasi ekonomi regional, kekuatan yang ia kembangkan melalui keterlibatan bertahun-tahun dengan para pemimpin ASEAN dan tokoh-tokoh perusahaan, yang mendorong dialog dan kolaborasi bilateral yang signifikan.[48] Rekam jejaknya termasuk mengadvokasi stabilitas dan investasi regional, terutama saat kawasan ASEAN menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks.[49] Pengusaha Terkemuka dalam Dekarbonisasi & TelekomunikasiAgenda elektrifikasi melalui VKTR dan INBCSebagai founder dan chairman VKTR, Anindya sangat erat kaitannya dengan kesuksesan awal perusahaan tersebut, karena ia secara pribadi terlibat dalam perusahaan yang merupakan pelopor elektrifikasi kendaraan di Indonesia ini. Mulai dari negosiasi dengan BYD Tiongkok untuk mencapai kemitraan proyek di Indonesia dan dalam melobi pemerintah untuk memperluas cakupan surat tanda nomor kendaraan (STNK) saat itu agar mencakup bus listrik untuk pertama kalinya.[50] Sebelum cakupan STNK ini diperluas, bus listrik belum bisa memiliki STNK.[51] Adopsi bus listrik untuk transportasi umum dianggap sangat krusial karena 75% polusi udara di Jakarta berasal dari transportasi jalan raya.[52] Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan 110.000 kematian dini pada tahun 2019 terkait dengan polusi.[53] Bus listrik juga membantu meringankan beban pengeluaran anggaran pemerintah karena tidak beroperasi dengan bahan bakar.[54] Indonesia memberikan subsidi bahan bakar yang dijual di SPBU agar harganya tetap terjangkau. Pada tahun 2022, subsidi bahan bakar di Indonesia mencapai Rp149,4 triliun (sekitar US$10 miliar).[55] Sejumlah 52 bus yang dipasok VKTR kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, antara Maret 2020 hingga awal 2023, telah ditumpangi oleh 10 juta pengendara dan berhasil menghindarkan 5,5 juta ton karbon dioksida, atau setara dengan memulihkan 250.000 pohon per tahun.[56] Anindya Bakrie telah memperjuangkan pembangunan berkelanjutan melalui usaha strategis seperti Indonesia Battery Corporation (INBC), yang diluncurkannya di London pada tahun 2022 bekerja sama dengan para pemimpin industri global Envision dan Glencore.[57] Melalui inisiatif ini, Anindya membayangkan memosisikan Indonesia sebagai pemain penting dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV) global, yang menyediakan bahan baterai berbasis nikel yang penting untuk pasar di seluruh G7, termasuk Inggris, Eropa, dan AS.[58] Dengan target produksi ambisius sebesar 12–15 juta ton nikel, INBC bertujuan untuk memasok bahan baku untuk dua juta baterai EV, sehingga mendorong alternatif yang andal untuk produksi baterai rendah karbon yang selaras dengan tujuan keberlanjutan global.[59] Konsorsium INBC, yang dipimpin oleh konglomerat swasta terbesar di Indonesia, Grup Bakrie, menekankan komitmennya terhadap prinsip-prinsip tata kelola lingkungan dan sosial (ESG) serta energi bersih. Operasi pemrosesan nikel akan didukung oleh sumber energi terbarukan, seperti rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas 1 GW, yang menandai langkah awal bagi Indonesia net-zero industrial park pertama di Sulawesi.[60] Pendekatan ini tidak hanya mendukung industrialisasi hilir Indonesia, tetapi juga merupakan perwujudan mantra "W-E-I" Anindya: *W* untuk membangun hubungan strategis dengan *West*, *E* untuk standar ESG yang krusial di negara-negara Barat, dan *I* untuk penekanan pada kepemimpinan *Indonesia* dan pertumbuhan ekonomi melalui cara-cara berkelanjutan. Melalui INBC, Anindya memosisikan Indonesia sebagai pemimpin di sektor sumber daya berkelanjutan, khususnya untuk mineral penting hijau yang penting bagi EV, membangun model untuk pengembangan sumber daya yang bersih, bertanggung jawab, dan berfokus pada masa depan.[61] VIVA sebagai investor dan membangun kepercayaanAnindya telah berkecimpung di industri media sejak bergabung dengan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV) di Indonesia.[62] Di tangan Anin, ANTV yang awalnya merupakan perusahaan rugi diubah menjadi televisi hiburan papan atas bahkan sempat menjadi televisi nomor satu di Indonesia.[63] Pada tahun 2002, ia mengirimkan proposal restrukturisasi utang kepada lebih dari 200 kreditur dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas.[64] Hal ini mengurangi utang menjadi nol, meskipun itu berarti memotong saham Bakrie dari 60% menjadi 21%.[65][66] Anindya juga melakukan penyesuaian konten, mengubah campuran dari program umum individual menjadi fokus pada acara keluarga seperti program kuis, acara anak-anak, dan pertandingan sepak bola.[67] Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi, Abdul Latief.[68] Stasiun ini berganti nama menjadi tvOne dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah.[69] tvOne sukses menjadi televisi berita nomor satu di Indonesia selama bertahun-tahun.[70] Bersama-sama, ANTV dan tvOne menguasai sekitar 15,6% belanja iklan televisi di Indonesia. Pada 2011, Anindya berkolaborasi dengan Erick Thohir untuk mengakuisisi kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita daring Vivanews.[71] Di Visi Media Asia — atau grup Viva — Anindya menjabat sebagai chairman dan Erick Thohir sebagai presiden direktur.[72][73] Pada 2014, Bakrie Global Group milik Anindya berinvestasi dalam Seri C di Path, sebuah jaringan sosial pribadi dengan pengguna aktif di Indonesia mencapai 4 juta orang.[74][75] Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.[76][77] Anindya Bakrie menjabat sebagai Presiden Direktur dan CEO PT Bakrie Telecom Tbk sejak Desember 2003 hingga Januari 2012.[78] Bakrie Telecom adalah perusahaan publik di Indonesia yang menyediakan layanan telekomunikasi nirkabel berbasis CDMA, termasuk telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, panggilan jarak jauh, akses internet, dan layanan bernilai tambah.[79][80] Selama masa jabatannya, perusahaan tersebut tumbuh menjadi operator CDMA publik terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011.[81] Namun, perusahaan menghadapi kesulitan keuangan dan akhirnya diakuisisi oleh PT Smartfren Telecom pada tahun 2014.[82] Visi Emas Bakrie 2042 melalui Modula dan HelioAnindya Bakrie telah secara signifikan memajukan transformasi berkelanjutan Grup Bakrie,[83] sebuah langkah yang ia mulai saat bergabung sebagai bagian dari generasi ketiga.[84] Dengan latar belakang 17 tahun di bidang telekomunikasi dan media, Anindya menyadari kebutuhan penting untuk perubahan strategis menuju keberlanjutan.[85] Saat menjabat, ia meninjau kembali warisan perusahaan yang telah berusia 80 tahun dan mengidentifikasi jalur-jalur yang selaras dengan tujuan keberlanjutan Indonesia.[86] Meskipun sejarah Grup berakar pada bahan bakar fosil, ia menekankan transisi yang bertanggungjawab menuju energi terbarukan, memastikan bahwa pendekatan Grup terhadap dekarbonisasi bersifat adil dan bertahap.[87] Visinya bertujuan untuk mendukung target nol emisi Indonesia pada tahun 2060, dengan Bakrie & Brothers berjanji untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2042.[88] Di bawah kepemimpinannya, Grup Bakrie telah melakukan diversifikasi ke dalam tiga pilar penting dekarbonisasi: elektrifikasi, energi terbarukan, dan logam transisi.[89] Pendekatan ini tercermin dalam usaha inovatif seperti PT Helio Synar Energi (Helio), yang mendorong inisiatif energi terbarukan Grup, dan Modula, usaha patungan baru-baru ini yang mengkhususkan diri dalam teknologi pencetakan konstruksi 3D yang bekerja sama dengan COBOD International.[90][91][92] Metode bangunan berkelanjutan Modula membantu mengatasi kekurangan perumahan di Indonesia dan mengurangi jejak karbon konstruksi melalui pencetakan 3D yang efisien dan rendah limbah, menandai standar baru dalam praktik konstruksi yang ramah lingkungan.[93][94] Langkah-langkah strategis ini mencerminkan komitmen Anindya untuk menggunakan sumber daya Grup demi keberlanjutan jangka panjang dan pembangunan nasional, sembari tetap memanfaatkan sumber daya energi tradisional untuk mendanai inisiatif-inisiatif yang siap menghadapi masa depan.[95] Dengan menyeimbangkan operasi saat ini dengan perubahan berani menuju energi hijau, Anindya Bakrie memosisikan Grup Bakrie sebagai pemimpin dalam transformasi industri hijau Indonesia, menggemakan keyakinannya bahwa sumber daya berbasis bahan bakar fosil dapat mendukung masa depan yang berkelanjutan jika diinvestasikan kembali secara bijak.[96] Inspirasi dalam Olahraga, Kesehatan, dan KesejahteraanPasca CdM untuk Olimpiade ParisPada Olimpiade Paris 2024, Anindya ditunjuk sebagai Chef de Mission (CdM) kontingen Indonesia untuk Olimpiade Paris 2024 oleh National Olympic Committee (NOC) Indonesia atau Komite Olimpiade Indonesia (KOI).[97] Penunjukan ini diumumkan di Jakarta pada Januari 2024.[98] Anindya berhasil menjalankan kepemimpinan sebagai CdM dengan hasil yang baik.[99] Tim Indonesia mencapai hasil yang mengesankan dan mencetak sejarah dengan memenangkan 2 medali emas dan 1 perunggu, dan kembali ke 40 negara teratas untuk pertama kalinya sejak Olimpiade Sydney 2000. Ini kali pertamanya Indonesia meraih dua emas dari cabor di luar bulu tangkis.[100] Rifda mengukir sejarah sebagai pesenam artistik pertama Indonesia yang berlaga di Olimpiade.[101] Bernard, dari tim Balap Sepeda, menjadi satu-satunya atlet Asia Tenggara di ajang omnium tersebut.[102] Tim Judo bangkit kembali setelah 12 tahun, dengan Rani menjadi judoka wanita Indonesia pertama yang berkompetisi di Olimpiade.[103] Rizki Juniansyah memenangkan emas pertama Indonesia di angkat besi, mencetak rekor Olimpiade.[104] Veddriq menjadi peraih medali emas pertama di dunia pada cabang Panjat Tebing Cepat Putra.[105] Terakhir, Gregoria Mariska Tunjung meraih perunggu di tunggal putri bulu tangkis, menandai medali pertama Indonesia dalam kategori ini dalam 16 tahun.[106] Peran Akuatik IndonesiaAnindya juga memimpin federasi olahraga akuatik yaitu Akuatik Indonesia. Anindya memimpin sejak 2016 saat organisasi ini masih bernama Parsatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI).[107] Di periode kedua kepemimpinannya nama PRSI berganti menjadi Akuatik Indonesia dan kini Anin dipercaya memimpin kembali di periode ketiga.[108] Di bawah kepemimpinan Anindya, banyak prestasi dicetak oleh atlet akuatik. Salah satunya Tim Polo Air Indonesia mencetak sejarah dengan meraih emas pada SEA Games 2019. Ini adalah emas pertama sejak 42 tahuh ikut SEA Games.[109] Di bawah Anindya, Akuatik Indonesia juga terus melakukan pembibitan atlet muda yang dipersiapkan untuk mencetak prestasi di mancanegara.[110] Program yang diselaraskan dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) di mana renang masuk di dalamnya. Kini mayoritas atlet pelatnas renang sudah didominasi atlet muda yang bahkan telah mengalahkan para seniornya. Akuatik Indonesia juga menggunakan sport science dan artificial intelligence dalam melakukan analisis terhadap atlet dan programnya. Di sepak bola, Anindya juga memiliki pengalaman sebagai pemilik klub sepak bola Oxford United, sebuah klub sepak bola profesional yang berbasis di Oxford, Inggris.[111] Klub ini berkompetisi di EFL Championship, kasta kedua sepak bola Inggris, setelah berhasil promosi di final play-off Liga Satu EFL 2024. Bersama Erick Thohir, dia mengambil alih saham mayoritas klub sepak bola profesional yang berbasis di Oxford, Inggris ini pada tahun 2022.[112] CEO kelahiran Indonesia dengan Profil GlobalBoard of Governor for Automotive & New Mobility in World Economic Forum (WEF)Anindya Bakrie telah mengukuhkan dirinya sebagai tokoh terkemuka di World Economic Forum (WEF) di Davos, dan secara rutin menghadiri pertemuan global tersebut sejak 2010. Keterlibatannya memungkinkannya mewakili Indonesia di panggung dunia, berpartisipasi aktif dalam diskusi tentang isu-isu ekonomi dan sosial, keberlanjutan, dan transformasi teknologi.[113] Pada Januari 2020, Anindya ditunjuk sebagai anggota Dewan Gubernur WEF untuk Media, Hiburan, dan Olahraga, yang mencerminkan perannya yang berpengaruh di sektor-sektor ini di Indonesia dan kawasan ASEAN secara lebih luas. Peran ini memungkinkannya untuk membahas perubahan transformatif di bidang media dan hiburan, mendorong inovasi yang bertanggungjawab dan inklusivitas di industri ini, sekaligus mengangkat suara Indonesia dalam diskusi kebijakan global. Untuk memperkuat dampaknya di WEF, Anindya juga menjabat di Dewan Gubernur untuk Otomotif dan Mobilitas Baru, sebuah posisi di mana ia mengadvokasi solusi mobilitas yang berkelanjutan dan inovatif. Inisiatifnya berfokus pada penciptaan jalur bagi pilihan transportasi rendah karbon, yang memperkuat komitmennya untuk memajukan transisi energi global dan mengurangi emisi di sektor otomotif Indonesia.[114] Pekerjaannya di WEF sejalan dengan upayanya yang lebih besar untuk membimbing usaha-usaha Bakrie Group dalam bidang energi terbarukan, seperti kendaraan listrik dan energi hijau, yang menunjukkan komitmennya terhadap transisi menuju mobilitas berkelanjutan di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik. Melalui peran-perannya ini, Anindya secara konsisten menyoroti potensi dan kebutuhan Indonesia akan transformasi berkelanjutan, berinteraksi dengan para pemimpin global, inovator bisnis, dan pembuat kebijakan untuk mendorong inisiatif-inisiatif berdampak yang sejalan dengan tujuan net-zero Indonesia.[115] OUFC dan pembangunan komunitasKecintaan Anindya pada olahraga tidak hanya terbatas pada akuatik, tetapi juga sepakbola. Ia bergabung dengan dewan direksi Oxford United Football Club pada tahun 2018 dan memimpin pengambilalihan kepemilikan mayoritas klub tersebut, menjadikannya salah satu klub sepakbola Inggris pertama yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Indonesia.[116] OUFC akan menjadi klub sepakbola Inggris pertama yang mayoritas sahamnya dimiliki Indonesia setelah Erick Thohir dan Anindya menyelesaikan pengambilalihan dengan persetujuan EFL pada tahun 2022.[117] Sebelum terlibat di OUFC, Grup Bakrie menguasai saham klub Belgia CS Visé pada tahun 2011 dan mengakuisisi 100% saham Brisbane Roar, sebuah klub Australia. Anindya juga memiliki saham di beberapa klub sepakbola lokal Indonesia.[118] Peran Anindya Bakrie sebagai CEO dan investor kelahiran Indonesia di Oxford United Football Club (OUFC) mencerminkan komitmen strategisnya untuk memajukan olahraga komunitas dan kompetitif. Keterlibatannya, bersama dengan investor Indonesia lainnya, Erick Thohir, menegaskan visi bersama mereka bagi Oxford United untuk mencapai Kejuaraan Liga Sepak Bola Inggris. Ambisi ini sejalan dengan tujuan mereka yang lebih luas untuk mendorong keterlibatan masyarakat dan pembangunan infrastruktur di Oxfordshire, terutama dengan rencana pembangunan stadion baru untuk mendukung keterlibatan lokal dan menyediakan fasilitas kelas dunia. Investor global melalui London sebagai pintu gerbang ke duniaProfil Anindya Bakrie sebagai investor global telah diperkuat oleh masuknya secara strategis ke London sebagai pintu gerbang menuju pasar Eropa dan internasional. Melalui usaha patungan pertama Grup Bakrie di Eropa yang berkantor pusat di London, Anindya menggarisbawahi komitmennya terhadap investasi berkelanjutan dan teknologi hijau, sejalan dengan visinya untuk mendiversifikasi dan menginternasionalkan portofolio bisnis Bakrie. Ekspansi ini juga mendukung keterlibatan aktif Grup Bakrie dalam industri-industri utama seperti energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan teknologi baterai. Khususnya, Indo-Pacific Net-Zero Battery-materials Consortium,[119] sebuah kolaborasi dengan Envision dan Glencore, bertujuan untuk menciptakan basis produksi baterai yang signifikan di Indonesia, yang pada akhirnya akan diekspor ke Eropa dan Inggris, yang menunjukkan visi jangka panjang Anindya untuk integrasi global sumber daya nikel Indonesia ke dalam sektor EV.[120] Upaya Anindya tidak hanya terbatas pada investasi langsung, tetapi juga mencakup penguatan hubungan ekonomi Indonesia dengan Inggris, di mana ia telah aktif mendukung pertumbuhan berkelanjutan melalui kemitraan strategis. Perannya di platform seperti Milken Institute menyoroti advokasinya terhadap kapitalisme inklusif dan minatnya dalam mendorong kolaborasi internasional. Kehadiran Anindya di London mencerminkan komitmen Grup Bakrie untuk memperluas jangkauannya di Eropa, menjembatani bisnis Indonesia, dan berkontribusi pada diskusi ekonomi global tentang keberlanjutan sumber daya dan ketahanan energi. Filantropis TerkemukaNusantara Sustainability HubAnindya berperan penting dalam peletakan batu pertama pembangunan Indonesia Sustainability Institute di Ibu Kota Nusantara (proyek ibu kota administratif baru Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur), yang didukung oleh Stanford Doerr School of Sustainability dan Bakrie Center Foundation, Mineral X, dan Station F. Institut ini akan memainkan peran penting dalam membentuk pemimpin masa depan Indonesia untuk bekerja menuju pembangunan berkelanjutan.[121] Indo Pacific Impact FundAnindya Bakrie adalah seorang filantropis terkemuka dan pendukung pembangunan berkelanjutan melalui pendirian Indo-Pacific Impact Fund.[122] Dana inovatif ini bertujuan untuk menjadi katalisator perubahan positif dengan menargetkan investasi pada perusahaan rintisan teknologi yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diluncurkan bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP), Indo-Pacific Impact Fund merupakan upaya pionir untuk membangun wahana investasi berdampak pertama di Indonesia dan Asia. Dengan visi yang jelas, Anindya yakin bahwa Indo-Pacific Impact Fund dapat mendorong transformasi signifikan dalam perekonomian Indonesia dengan mendorong lanskap ekonomi yang lebih inklusif dan tangguh. Dana ini berfokus pada perolehan imbal hasil finansial sekaligus dampak sosial dan lingkungan yang terukur, mengatasi kesenjangan kritis yang seringkali ditinggalkan oleh pendekatan investasi konvensional. Lebih lanjut, Anindya menyadari meningkatnya permintaan akan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang kuat. Ia aktif mengadvokasi kerangka kerja pelaporan yang lebih jelas untuk memitigasi isu-isu seperti greenwashing—di mana perusahaan memalsukan upaya keberlanjutan mereka—sehingga memulihkan kepercayaan terhadap inisiatif keberlanjutan yang sesungguhnya. Dengan mendorong pendekatan kolaboratif di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga keuangan dan pejabat pemerintah, Anindya bertujuan untuk mendorong penerapan metrik berbasis hasil yang mendukung keberlanjutan jangka panjang, bukan sekadar kepatuhan. Melalui Indo-Pacific Impact Fund, Anindya Bakrie memosisikan dirinya sebagai pemain kunci dalam lanskap investasi berdampak, berkomitmen untuk membentuk masa depan berkelanjutan bagi Indonesia dan kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas. Bakrie Center Foundation dan Universitas BakrieSelain berbisnis, Bakrie juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan filantropi. Ia merupakan anggota Dewan Pembina Yayasan Kesejahteraan Anak Bangsa (YKAB), sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. Program-program yayasan ini meliputi penyediaan pendidikan, layanan kesehatan, dan dukungan gizi bagi anak-anak kurang mampu, serta upaya penanggulangan bencana di Indonesia.[123][124] Universitas Bakrie (UBakrie) di mana Anindya pelindungnya, berdiri sejak sejak 19 tahun lalu melalui Yayasan Pendidikan Bakrie, mengambil alih STIE Mulia Persada dan mendirikan Bakrie School of Management (BSM).[125] Pada tahun 2009, BSM yang hanya sekolah tinggi ilmu ekonomi ini, menjadi UBakrie, sebuah universitas dengan banyak program studi. Peresmiannya pada 9 Agustus 2010 oleh Mendiknas Mohammad Nuh. Semanjak berdiri, UBakrie telah banyak memberikan beasiswa, sehingga ribuan putra-putri Indonesia bisa mengenyam pendidikan tinggi. Pada tahun 2021 lalu UBakrie berhasil menduduki peringkat ke-2, sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik di Indonesia versi Times Higher Education (THE). UBakrie juga merupakan PTS terbaik di Jakarta dalam THE Impact Rangkings, tiga secara berturut-turut sejak 2021, 2022, dan 2023. Tahun 2024 UBakrie meraih Peringkat 2 PTS terbaik di Jakarta dan Peringkat 9 Perguruan Tinggi di Indonesia pada pemeringkatan Applied High Education 2024. UBakrie kembali mencetak kemajuan dengan memperoleh Akreditasi Unggul dari Pemerintah. Ini level tertinggi dalam akreditasi perguruan tinggi (hanya 56 PTS yang mendapatkannya/top 2%). UBakrie juga masuk dalam 88 Universitas Unggul (top 11%) dari 772 Universitas se Indonesia (termasuk Perguruan Tinggi Negeri). Dari 195 PTS di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi LLDIKTI III (Jakarta dan sekitarnya), hanya 19 yang Unggul (top 10%) dan UBakrie salah satunya. Sementara, Bakrie Center Foundation (BCF) hadir untuk mencetak banyak lulusan S2 melalui Bakrie Graduate Fellowship. Selain itu juga program pengembangan atau pelatihan seperti LEAD Indonesia dan program lainnya BCF berupaya mencetak para pemimpin muda Indonesia (building leaders) dan menciptakan SDM yang unggul menuju Indonesia Emas 2045. Referensi
Pranala luar
|