Beliau adalah leluhur banyak klan al-Hassani yang tersebar dari Maroko hingga Indonesia. Beberapa diantaranya sukses mendirikan dan menjaga kelangsungan sebuah Monarki.
Mereka kemudian juga memiliki gelar yang bermacam-macam, namun umumnya mereka memakai nama gelar depan "Sayyid" alih-alih "Syarif" sebagaimana yang umum dipahami. "Syarif" sendiri sebenarnya ada namun dipakai secara terbatas dikalangan para keluarga Kesyarifan yang hari ini wilayahnya telah melebur dalam negara Arab Saudi modern, keturunan mereka hari ini malah lebih sering tanpa sebutan "Sayyid" sekalipun.
Walaupun begitu, di daerah yang masih kental adat istiadatnya seperti di Maroko dan sekitarnya, kalangan klan ini masih sangat dihormati dengan gelar depan "Sayyid". Begitupun dikalangan Tradisionalis, seperti kalangan Nahdlatul Ulama di Indonesia atau umumnya di Nusantara dan anak benua India, klan keturunan ini juga masih sangat dihormati dengan gelar depan yang bermacam-macam pula seperti: Syed, Habib, atau bahkan Pangeran, Raden jika memiliki ikatan darah dengan Kerajaan setempat.
Muhammad yang sangat terkenal dengan gelar Al Nafs Az Zakiya, dari keturunannya kemudian muncul Hasan ad-Dakhil yang diundang ke Tafilalt Sijilmasah Maroko untuk dijadikan Imam atau pemimpin [2] sekaligus mengharapkan barakah Ahlul BaitNabi. Keturunannya, Muhammad ash-Sharif (1589-1636),[6] kemudian dikenal sebagai Raja Tafilalt dan melalui ekspansi, anak turunnya menjadi penguasa Maroko hingga hari ini.
Ibrahim al-Jawwad. Memiliki anak bernama:
Hasan bin Ibrahim.
Ali bin Ibrahim.
Idris bin Abdullah. Ia merupakan pendiri negara Maroko dan mempunyai banyak keturunan di Maroko baik kaum bangsawan (Dinasti Idrissi di Maroko) juga kaum ulamanya di seluruh Maghribi. Salah satu keturunannya kemudian menjadi raja di Kerajaan Libya, yakni Idris I yang kemudian digulingkan[7] oleh Muammar Khadafi.
Abdullah as-Saleh bin Musa bin Abdullah, yang menurunkan SyaikhAbdul Qadir al-Jailani pendiri tarekat Qadiriyyah dan keluarga Syarif Mekkah.[8] Diketahui keluarga Syarif ini memiliki beberapa cabang yang menjabat gelar Syarif di Mekkah. Salah satunya adalah keluarga Qatadah. Dari keluarga ini kemudian menurunkan beberapa cabang yang sebagian menjadi raja hari ini.
Keluarga al-Ja'fari, yang menjabat pertama gelar Syarif Mekkah. Yakni, Syarif Abu Muhammad Ja'far bin Abu Ja'far Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Musa bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan sampai wafatnya Syarif Syukr bin Hasan bin Ja'far tanpa keturunan penerus.
Keluarga Sulaimani, yang menjabat Syarif setelah periode Ja'fari. Syarif pertama dari keluarga ini adalah, Syarif Abu Thoyyib Dawud bin Abdurrohman bin Abul Fatik Abdullah bin Dawud bin Sulaiman bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan sampai Syarif Hamzah bin Wahhas bin Abu Thoyyib Dawud.
Keluarga Hawasyim, yang menjabat Syarif habis periode Sulaimani. Syarif pertama dari keluarga ini adalah, Syarif Abu Hasyim Muhammad bin Ja'far bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Hasyim Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Musa bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan sampai jatuhnya Syarif Muktsir bin Isa bin Fulaitha bin Qasim bin Abu Hasyim Muhammad.
Keluarga Qatadah, menjabat Syarif habis jatuhnya Syarif Muktsir dari Hawasyim.
Keluarga Dhawu Zaid, yang menjabat Syarif sebelum kakek Syarif Husain bin Ali[11] Syarif Muhammad bin Abdul Muin. Nama terakhir yang diketahui menjabat Syarif adalah Ali Haidar bin Ali Jabir bin Abdul Muthalib bin Ghalib.[12] Dhawu merupakan cabang Keluarga Qatadah.
Yahya Shahib Dailam, dia melarikan diri ke Dailam dari kejaran Abbasiyyah. Dia memiliki putra bernama Ja'far dan cucu dari Ja'far itu bernama Muhammad.
^Zad al-Ma'ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah; Quraisy adalah julukan bagi salah satu di antara Fihr atau an-Nadhr (Raudhatul Anwar karya Shafiyyurahman al-Mubarakfuri).