Tari Walijamaliha
Etimologi dan MaknaNama Walijamaliha diyakini berasal dari dua unsur kata, yakni "wali", yang merujuk pada para tokoh penyebar agama Islam di Nusantara, serta "jamaliha", yang berakar dari kata jamal dalam bahasa Arab yang berarti keindahan. Secara keseluruhan, nama ini dapat dimaknai sebagai "keindahan para wali" atau "pesona ajaran para wali", yang mencerminkan nilai dakwah yang disampaikan melalui kelembutan dan keindahan seni.[3] Ciri KhasTari Walijamaliha ditandai oleh gerakan yang lembut, gemulai, dan penuh ekspresi. Setiap gerakan mengandung makna simbolis, seperti penghormatan, kerendahan hati, dan kekuatan batin. Para penari biasanya mengenakan busana tradisional yang sopan dan anggun, berhiaskan motif khas Banten dengan warna-warna cerah namun tetap menampilkan nuansa kesederhanaan dan religiusitas.[4] Musik pengiring tari ini menggunakan alat musik tradisional seperti rebana, gambus, dan kadang dilengkapi dengan syair atau tembang bernuansa keislaman, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa daerah.[5] Fungsi dan Konteks PertunjukanTari Walijamaliha umumnya dipertunjukkan dalam berbagai perayaan keagamaan, seperti Maulid Nabi, Isra Mi'raj, serta dalam acara khitanan, pernikahan, atau kegiatan budaya daerah. Tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga sebagai media dakwah, pendidikan nilai, serta pelestarian tradisi spiritual masyarakat Banten.[6] PelestarianSebagai bagian dari warisan budaya takbenda, Tari Walijamaliha terus dilestarikan oleh berbagai sanggar seni di Banten dan komunitas budaya lokal. Pemerintah daerah, melalui dinas kebudayaan, turut mendukung pelestarian tari ini melalui pelatihan, pendokumentasian, serta partisipasi dalam festival seni dan kebudayaan, baik di tingkat regional maupun nasional.[7] Referensi
|