Pada 20 Desember 2024, sebuah kendaraan SUV dikendarai dengan sengaja dan diarahkan pada kerumunan masyarakat di Pasar Natal Magdeburg di Magdeburg, Jerman. Lima orang tewas dan setidaknya 205 orang terluka. Tersangka pengemudi mobil, Taleb Al-Abdulmohsen [en], ditangkap. Menurut otoritas setempat, tersangka adalah seorang pengungsi berusia 50 tahun asal Saudi Arabia yang membenci Muslim, dan mengkritik Jerman karena tidak melakukan hal yang cukup untuk menghentikan Islamisme.[1]
Latar belakang
Magdeburg adalah ibukota dari negara bagian Saxony-Anhalt. Kota ini mengadakan Pasar Natal tahunan yang diadakan dekat dengan balaikota dan sebuah pusat perbelanjaan besar.[1]
Pasar natal sebelumnya sudah menjadi lokasi serangan penabrakan seperti Serangan Berlin 2016.[2] Serangan tersebut dilakukan oleh ISIS, menewaskan 12 orang dan melukai 56 orang lainnya.[3] Menteri Dalam Negeri dan Komunitas Nancy Faeser mengatakan pada November 2024 bahwa tidak ada bukti konkrit adanya ancaman bagi pasar Natal,[4][5] tetapi adalah bijaksana untuk tetap waspada.[5]
Dua minggu sebelum serangan, seorang warga Irak ditangkap dengan tuduhan merencanakan serangan terhadap sebuah Pasar Natal di Augsburg, Bavaria.[6]
Serangan
Pada pukul 19:04 CET di 20 Desember 2024, seorang pengendara mengemudikan sebuah mobik BMW berwarna hitam,[3] dilaporkan disewa tidak lama sebelum serangan tersebut,[7] menuju kerumunan dengan kecepatan tinggi di sebuah Pasar Natal di Magdeburg.[8][9] Mobil ini berjalan sejauh kurang lebih 400 meter (1.300 ft), menurut keterangan polisi.[10] Tersangka pengemudi langsung ditangkap setelahnya di perhentian trem Allee-Center.[11]
Masyarakat yang tidak terluka mencoba menolong dengan memberikan pertolongan pertama pada yang mengalami luka, hingga layanan darurat tiba di lokasi kejadian. Warga lainnya menyebutkan terjadi kekacauan setelah kejadian dengan cipratan darah di mana-mana dan orang-orang diselimuti selimut darurat untuk menjaga agar mereka tetap hangat.[12]
Seorang juru bicara dari pemerintah negara bagian Saxony-Anhalt mengatakan bahwa insiden ini "kemungkinan adalah sebuah serangan".[13] Sebuah tas ditemukan di kursi penumpang kendaraan penabrak[7] dan polisi menutup daerah tersebut setelah sebuah alat peledak dilaporkan ditemukan di dalam kendaraan tersebut,[14] yang kemudian tidak terbukti.[15]
Korban
Lima orang tewas, termasuk empat orang dewasa dan seorang anak kecil berusia sembilan tahun.[16][17] Lebih dari 205 orang terluka, termasuk 41 orang yang masih dalam kondisi kritis.[18][19][20][21]
Tersangka
Seorang tersangka yang dituduh mengemudikan kendaraan ini telah ditangkap.[22] Menurut informasi dari Menteri-Presiden dari negara bagian Saxony-Anhalt, Reiner Haseloff (CDU), Menteri Dalam Negeri Saxony-Anhalt Tamara Zieschang [de] (CDU), dan juga Die Welt serta Der Spiegel, tersangka bernama Taleb Al-Abdulmohsen, seorang doktor berusia 50 tahun, Ateis dan Islamofobia yang berasal dari Saudi Arabia yang tinggal di Bernburg dan bekerja sebagai psikolog dan psikiater di sebuah fasilitas koreksional di sebuah klinik di Bernburg. Tersangka berimigrasi ke Jerman pada Maret 2006, diakui sebagai seorang pengungsi pada Juli 2016 dan memiliki izin tinggal dan izin menetap.[23][24]Kerajaan Saudi Arabia disebutkan telah memperingkatkan pihak keamanan Jerman mengenai Abdulmohsen sebanyak tiga kali di masa lalu.[25] Menurut India Today, Abdulmohsen dicari oleh Saudi Arabia dengan tuduhan terkait terorisme di Saudi Arabia dan perdagangan manusia, terutama dengan tuduhan memfasilitasi perdagangan manusia dari Saudi Arabia dan Negara-negara Arab di Teluk Persia menuju ke Uni Eropa. Meskipun pihak Saudi Arabia meminta ekstradisi, Jerman memberinya status suaka politik pada 2006, karena adanya kekhawatiran akan keamanan dan haknya jika dia dikembalikan ke Saudi Arabia. Pemerintah Jerman menolak mengekstradisinya, mengutip kurangnya proses hukum di Saudi.[26]
Pada penampilan di media, Abdulmohsen muncul sebagai seorang eks-muslim yang menolak Islam dan Muslim.[27] Pada 2019, Abdulmohsen memberikan wawancara kepada Frankfurter Rundschau dan Frankfurter Allgemeine Zeitung, dengan dia disebutkan sebagai seorang pelarian/pembantu migrasi.[28][29] Pada saat itu dia mengatakan mengenai dirinya, "Aku adalah pengkritik Islam paling agresif dalam sejarah. [...] Tidak ada Islam yang baik."[29]Der Spiegel melaporkan bahwa dirinya di tahun yang sama; bahwa dia akan - melalui forum web miliknya wearesaudis.net dan X – membantu yang lain lari dari Saudi Arabia ke Jerman.[30] Juga di tahun yang sama, Abuldmohsen muncul di BBC menampilkan websitenya yang bertujuan membantu pencari suaka murtad apostates, "khususnya dari Saudi Arabia dan wilayah teluk".[31] Abdulmohsen membagikan konten pro-Israel di Internet.[32]
Dalam sebuah video wawancara 45 menit yang muncul di blog anti-Islam Amerika Serikat RAIR Foundation[33] delapan hari sebelum serangan, Abdulmohsen menyebarkan teori bahwa Jerman sedang melakukan sebuah "misi rahasia" untuk "memburu dan menghancurkan kehidupan" orang-orang eks-Muslim Saudi di seluruh dunia, namun disaat bersamaan jihadis Syria menerima suaka di Jerman.[33][34] Pada wawancara yang sama, dia menjabarkan dirinya sebagai orang beraliran kiri.[33] Di X, Abdulmohsen memposting sebuah senapan mesin dengan bendera Amerika Serikat sebagai foto profil dan teori konspirasi seperti "Jerman ingin mengislamisasi Eropa."[27][35] Abdulmohsen juga membagikan konten serupa dari ideologi sayap kanan, termasuk konten dari politisi Jerman Alice Weidel (AfD),[36]Alex Jones, dan Elon Musk.[34] Dia juga membagikan sebuah video oleh influenser sayap kanan Jerman Naomi Seibt. Pada Mei 2024, dia menulis, "Aku dengan serius berharap mati tahun ini. Alasannya: Aku akan memastikan keadilan dengan biaya apapun. Dan otoritas Jerman menghalangi jalan damai menuju keadilan." Beberapa menit sebelum serangan, dia memposting beberapa video. Salah satunya, Abdulmohsen berkata, "Polisi adalah kriminal. Pada kasus ini, aku memegang bangsa Jerman, aku memegang kewajiban warga Jerman untuk apa yang disimpan untukku."[37] Pada video lainnya sebelum serangan, dia mengatakan, "Alasan lainnya kenapa aku memegang kewarganegaraan Jerman bertanggung jawab atas persekusi yang aku alami di Jerman adalah cerita dalam sebuah stik USB yang dicuri dari dalam kotak posku."[38]
Menurut informasi dari beberapa penyiaran publik dan pribadi di Jerman, masyarakat melaporkan Abdulmohsen kepada polisi beberapa kali karena ancaman kekerasan. Menurut penyiaran publik ARD, Abdulmohsen dihukum pada 2013 oleh Pengadilan Distrik Rostock untuk District Court hingga 90 tarif harian sebesar sepuluh euro untuk setiap ancaman tindak pidana. Federal Intelligence Service (BND) menerima laporan dari Saudi Arabia bahwa Abdulmohsen mengumumkan sesuatu yang besar di Jerman pada awal 2023. Pihak berwenang negara yang bertanggung jawab disebut telah menindaklanjuti informasi ini.[39] Pada musim gugur 2023, seorang wanita yang melakukan kontak dengan Abdulmohsen melalui Internet mencoba memperingatkan polisi di Berlin bahwa Abdulmohsen ingin membunuh 20 orang Jerman; namun, dia mengirim emailnya kepada polisi di Berlin, New Jersey.[40]
Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mengkonfirmasi bahwa pelaku adalah "terbukti islamofobia".[41]
Akibat
Ratusan orang membuat tugu peringatan darurat dengan bunga, menyalakan lilin dan memberi mainan, di Gereja St. John's Church [de] yang berdekatan.[18]
Kepolisian Magdeburg meminta warga untuk tetap di rumah.[42] Pasar natal Erfurt dikosongkan,[43] sementara di Halle tetap dibuka dengan penambahan keamanan.[44]Kepolisian New York juga meningkatkan keamanan pada pasar natal sebagi akibat serangan tersebut.[45]
Upacara peringatan bagi korban tewas akan dilaksanakan di Katedral Magdeburg. Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser memerintahkan bendera diturunkan setengah tiang di semua gedung federal di seluruh negeri.[46]
Banyak tokoh politik Jerman mengutarakan belasungkawa setelah serangan ini, termasuk Menteri-Presiden Saxony-Anhalt Reiner Haseloff,[3] Kanselir Olaf Scholz,[3][49] Presiden Frank-Walter Steinmeier,[50][51] dan pemimpin partai Friedrich Merz, dari CDU,[52] dan Alice Weidel, dari AfD.[53] Haseloff dan Scholz juga mengunjungi lokasi serangan, bersama dengan Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser.[3][5] Selain itu, Haseloff juga merupakan salah satu orang pertama yang memberikan rincian bahwa penyerang bertindak sendirian.[54]
Deutsche Fußball Liga (DFL) meminta semua pihak di dua tingkatan tertinggi sepakbola Jerman untuk mengenakan ban lengan berwarna hitam untuk mengenang para korban dan memberi waktu hening selama satu menit pada beberapa pertandingan Bundesliga.[18]
Seorang pemilik toko, yang juga merupakan penonton, menggambarkan pemandangan tersebut sebagai "mengingatkan pada perang"..[55]
Pakar terorisme Jerman Peter Neumann mengutarakan keterkejutannya atas profil uni pelaku sebagai "Bekas muslim keturunan Saudi berusia 50 tahun" yang tinggal di Jerman Timur, mendukung AfD dan membenci Jerman karena toleransinya dengan Islamisme.[41]
Internasional
Kementerian Luar Negeri Saudi Arabia mengutuk serangan ini dan mengutarakan solidaritasnya dengan masyarakat Jerman dan dukungan terhadap para korban.[56]
^Bewarder, Manuel; Flade, Florian; Kaul, Martin; Mussawy, Amir; Pittelkow, Sebastian; Riedel, Katja. "Das wissen wir über den Tatverdächtigen von Magdeburg". tagesschau.de (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 21 December 2024.