Rumput awis atau rumput buluh (Thysanolaena latifolia) adalah sejenis rumput besar, anggota dari familipadi-padian. Menyebar luas di wilayah India, Indochina, Nusantara, hingga Tiongkok selatan dan Pasifik; tangkai bunganya dikumpulkan dan dimanfaatkan orang untuk membuat sapu. Rumput ini dikenal pula dengan berbagai nama daerah seperti awis, kaso beurit, tamiang balu, tangtang angin (Sd.); menjalin wuwu (Jw.); lantebung, tabu popo (Mak.); dan lolo (Gal., Ternate).[5] Dalam bahasa Inggris rumput ini disebut tiger grass.
Pengenalan
Rumput buluh yang menahun dan merumpun. Batang tegak, tinggi 200–400 cm,[6] keras, tak bercabang, sering melengkung;[7] dengan buluh yang pejal, padat tak berongga.[6]Ligula (lidah pelepah) berupa membran tak berambut, panjang 1–2 mm,[6] rompang.[7] Helaian daun bentuk lanset-lonjong melebar, seperti jangat,[7] kaku, hingga 30–60 × 3–7 cm; dengan urat daun menyilang yang tampak jelas.[6]
Bunga-bunga terkumpul dalam malai yang besar dan terbuka di ujung batang (terminal), lonjong atau bulat telur, 30–60 × 15–30 cm.[6] Cabang-cabang utama 1-3 di tiap nodus (titik percabangan), sumbunya berambut pendek, bagian bawahnya bebas spikelet, cabang terbawah mencapai 30 cm, bertangkai lk. 2 mm.[7]Spikelet (bunga rumput) tunggal atau berpasangan, 1,5–1,8 mm.[7]Kariopsis (bulir buah) lonjong, lk. 0,5 mm.[7]
Di Indonesia, rumput ini menyebar di semua pulau Sunda Besar, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua.[6] Menyukai tempat-tempat yang tidak sepenuhnya terbuka, rumput awis biasa ditemukan hidup menggerombol atau berasosiasi dengan kelompok pepohonan atau hutanbambu.[10] Ia tumbuh di lereng-lereng perbukitan, tebing jurang dan alur, di antara bebatuan, dalam semak, tepi hutan, padang rumput, dan pinggiran sungai;[7] pada ketinggian 150-2.000 m dpl.[10]
Manfaat
Heyne menyebutkan bahwa di Jawa Tengah, mĕnjalin wuwu ini sengaja ditanam di lereng-lereng yang terjal untuk menahan erosi dan mencegah longsor; selain itu juga ditanam untuk pagar.[5] Daun-daunnya yang muda dimanfaatkan sebagai campuran hijauan pakan ternak; dan di Jawa Barat, malai rumput ini digunakan dalam pembuatan sapu.[5] Rumput awis juga acap dipelihara sebagai tanaman hias.[7][10][11]
Catatan taksonomis
Thysanolaena latifolia adalah satu-satunya anggota genusThysanolaena yang diakui; sementara marga tersebut juga merupakan satu-satunya anggota tribus Thysanolaeneae.[1][12][13]
^ abcManidool, C. 1992. Thysanolaena latifolia (Roxb. ex Hornem.) Honda. In: Mannetje, L.'t and R.M. Jones (Eds). Plant Resources of South-East Asia. No. 4 (Forages): 224-225. PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia. (Internet) Record from ProseabaseDiarsipkan 2016-10-20 di Wayback Machine.. Diakses pada 18/X/2016.