Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking
Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking adalah sebuah buku nonfiksi karya Susan Cain yang diterbitkan tahun 2012. Cain berpendapat tentang bagaimana budaya Barat yang modern salah paham dan meremehkan sifat dan kemampuan orang-orang introver, sehingga "menyia-nyiakan bakat, energi, dan kebahagiaan dalam jumlah besar."[1] Buku ini memaparkan sejarah bagaimana budaya Barat berubah dari budaya karakter menjadi budaya kepribadian. Dalam budaya kepribadian, "pemikiran ekstrover" mendominasi dan introversi dipandang rendah atau bahkan seperti parasit. Dengan menggunakan definisi ilmiah introversi dan ekstroversi sebagai preferensi untuk beberapa tingkatan stimulasi, Quiet menggarisbawahi keuntungan dan kekurangan masing-masing kepribadian serta menegaskan adanya mitos pemikiran ekstrover yang telah mendominasi dunia Barat sejak awal abad ke-20. Seraya menekankan bahwa kepribadian adalah elemen inti dari identitas manusia, Cain mengutip sejumlah penelitian biologi, psikologi, neurosains, dan evolusi untuk menunjukkan bahwa introversi bersifat umum dan normal. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak orang-orang paling kreatif dan pemimpin paling berpengaruh di muka bumi memiliki sifat introver. Cain mengusulkan agar perubahan sikap terhadap orang introver dilakukan, serta memberikan saran dalam berkomunikasi, bekerja, dan berhubungan dengan orang-orang yang berbeda kepribadiannya. Quiet menempati peringkat #1 di NPR Bestseller List,[2] #3 di Los Angeles Times Best Seller List[3] #4 di The New York Times Best Seller List[4] (semuanya kategori nonfiksi hardcover), #2 di The New York Times Best Seller List (nonfiksi paperback)[5] dan beberapa daftar buku terbaik tahun 2012. Quiet adalah subjek presentasi Cain di konferensi TED2012[6] dan Leading@Google.[7] Latar belakangCain lulus dari Universitas Princeton[8] dan Harvard Law School,[9] lalu menjadi pengacara dan konsultan negosiasi.[10] Ketertarikannya dalam menulis subjek introversi berawal dari kesulitan yang dialaminya saat berbicara di hadapan publik, sehingga ia menganggap Harvard Law School sebagai "ujian".[11] Ia membanding-bandingkan kariernya sebagai pengacara Wall Street dengan pengalamannya saat berada di luar negeri.[12] Cain keluar dari dunia hukum korporat dan konsultasi untuk menenangkan diri sambil menulis di rumah bersama keluarganya.[11] Setelah tujuh tahun ditulis,[10] buku Cain yang berjudul Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking diterbitkan pada tanggal 24 Januari 2012.[13] Cain, pribadinya yang seorang introver,[14] menyebut pengalaman tujuh tahun membaca, meneliti, dan berpikir tersebut sebagai kenikmatan yang luar biasa.[6][15] Saat ditanya tentang hal yang menginspirasinya untuk menulis buku ini, Cain menyamakan kaum introver masa kini dengan wanita di permulaan gerakan feminis—warga kelas dua dengan ribuan bakat yang belum terjamah.[1] Ia menjelaskan bahwa institusi yang ada saat ini dirancang untuk kaum ekstrover, sehingga kaum introver percaya bahwa diri merekalah yang salah dan mereka harus mencoba 'lulus' sebagai seorang ekstrover.[1] Ia berkesimpulan bahwa bias terhadap introversi ini berujung pada "hilangnya bakat, energi, dan kebahagiaan dalam jumlah besar."[1] Isi dan konsep
Cain berpendapat bahwa budaya Barat modern tidak paham dan meremehkan sifat dan kemampuan orang-orang introver. Ia menggunakan penelitian akademik yang dibantu kata-kata anekdot untuk menjelaskan bagaimana budaya Amerika Serikat bisa sampai ke tahap ini.[12] "Pemikiran Ekstrover"Cain mengatakan bahwa budaya dunia Barat, khususnya Amerika Serikat, didominasi oleh sesuatu yang ia sebut "Pemikiran Ekstrover". Istilah tersebut didefinisikan sebagai "kepercayaan di semua tempat bahwa sosok yang ideal harus suka berteman, bersifat pemimpin, dan nyaman menjadi sorotan."[12] Masyarakat Barat, yang didasarkan pada pemikiran Yunani-Romawi yang memuja-muja orasi,[16] lebih menyukai orang yang beraksi ketimbang orang yang berkontemplasi,[6] dan memandang introversi berada di antara kekecewaan dan patologi (parasit).[17] Kebalikannya, budaya Asia tradisional yang belum teramerikanisasi lebih menyukai sikap tutup mulut dan kehati-hatian.[12][18] Faith Zhang dari The Harvard Independent mengatakan bahwa Quiet tampaknya menjadi teguran kecil terhadap budaya yang mengagung-agungkan gaya daripada sifat dasar.[19] Jejak sejarahCain melacak sejarah Pemikiran Ekstrover hingga kebangkitan industri Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Sebelum kebangkitan tersebut, budaya karakter mendominasi. Setelah itu, "badai bisnis besar, urbanisasi, dan imigrasi massal" mengubah Amerika Serikat menjadi apa yang disebut sejarawan Warren Susman sebagai budaya kepribadian, ketika persepsi (sudut pandang) mengalahkan kebenaran.[12][17][19] Zosia Bielski dari The Globe and Mail mendeskripsikan perubahan ini bersamaan dengan "kebangkitan salesman" dan "perpindahan dari moral ke magnetisme"—yang menurut Cain telah selamanya mengubah "siapa kita sebenarnya dan siapa yang kita suka, bagaimana kita berperilaku saat wawancara kerja dan apa yang kita cari dari seorang karyawan, bagaimana kita memperlakukan pasangan dan membesarkan anak-anak kita.”[20] Perangkap Pemikiran EkstroverCain menyatakan bahwa pada umumnya kita tidak bisa berada di dalam suatu kelompok manusia tanpa meniru gaya mereka secara insting, dan grup akan mengikuti sosok yang paling karismatik walaupun tidak ada hubungan antara menjadi orator ulung dan memiliki ide cemerlang.[6] Cain mengatakan pendekatan berpikir kolektif tidak hanya berpihak pada ekstrover dominan,[21] tetapi juga yang bergantung pada curah pendapat (brainstorming) merupakan suatu kesalahan. Ia berpendapat bahwa nyaris semua pemikiran serius dan kemampuan asli yang dihasilkannya bersifat individual.[18] Cain mengutip penelitian fisiologi yang menunjukkan bahwa ketika seseorang (tidak hanya introver) menentang konsensus kelompok, amigdala otak mereka "menyala"—menandakan takut ditolak—sehingga mengecilkan nilai kontribusi individu yang potensial bagi kelompok.[22] Cain merujuk pada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang justru lebih kreatif saat menikmati privasi (kesendirian) dan kebebasan dari gangguan.[23] Implikasinya adalah kerja tim yang dipaksakan dapat menghambat kreativitas.[22] Contoh konkret dari risiko berpikir kolektif menurut Cain adalah keinginan hakim untuk berbaur secara sosial dapat menghambat proses pengadilan.[22][24] Ia menganggap bahwa sikap manajemen yang sangat ekstrover di industri investasi dan perbankan—yang melibatkan kecenderungan mengejar imbalan akibat dopamin—turut berkontribusi pada krisis perbankan 2008.[18][22] ![]() Definisi introversiBeragam aliran psikologi memiliki definisi introversi yang berbeda-beda.[19][27] Definisi menurut Cain adalah orang introver memilih lingkungan sunyi dan minim stimulasi.[9][25][26] Introver cenderung menikmati konsentrasi sepi, lebih banyak mendengar daripada berbicara, berpikir sebelum berbicara,[17] dan memiliki pendekatan yang lebih menyeluruh dan hati-hati terhadap suatu risiko.[9] Introver berpikir lebih banyak, tidak terlalu gegabah dan berfokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti hubungan dan pekerjaan yang bermanfaat.[28] Sebaliknya, ekstrover disemangati oleh kondisi sosial dan cenderung menjadi seorang pekerja multitugas yang asertif, berpikir lantang dan cepat.[17] Cain mengatakan bahwa antara sepertiga dan setengah warga Amerika Serikat dapat dikelompokkan sebagai introver,[17][26] walaupun orang-orangnya tersebar di seluruh spektrum introver-ekstrover.[6] Orang yang berada di dekat tengah spektrum disebut "ambivert”.[20] Membedakan introversiCain membedakan introversi dari sifat kepribadian yang serupa, serta menganggap persepsi identitas antara sifat malu dan introversi sebagai kesalahpahaman yang besar.[20] Ia menjelaskan bahwa sifat malu pada dasarnya tidak nyaman, namun introversi tidak seperti itu.[25] Mengutip psikolog pengembangan diri Jerome Kagan, Quiet mengakui bahwa tidak ada penyebab tunggal untuk perilaku semacam itu, melainkan ada banyak sebab munculnya sejumlah perilaku seperti kurang bersemangat, malu, dan impulsif.[28] Cain membedakan introversi—dicirikan sebagai pilihan untuk memiliki lingkungan sunyi dan minim stimulasi[9][25][26]—dengan rasa malu (takut akan penilaian negatif)[26] dan anti-sosial (introver dan ekstrover memiliki sifat sosial yang berbeda),[29] sebagaimana halnya dengan autisme (ketidakmampuan membaca tanda-tanda sosial dan memahami pikiran orang lain yang bukan merupakan ciri-ciri introver).[9] Inti identitas diriCain mengatakan bahwa orientasi seseorang ke luar menuju dunia sekitar atau ke dalam menuju kekayaan pikiran berdampak besar seperti halnya jenis kelamin.[20][30] Cain menegaskan bahwa kehidupan kita pada dasarnya terbentuk oleh kepribadian sebagaimana halnya jenis kelamin atau ras. Satu aspek kepribadian yang paling penting adalah tempat kita di spektrum introver-ekstrover. Pada zaman sekarang, tempat tersebut "memengaruhi kita dalam memilih teman dan rekan, bagaimana kita berbincang-bincang, menyelesaikan perselisihan, dan menunjukkan kasih sayang. Tempat tersebut memengaruhi karier yang kita pilih dan apakah kita akan berhasil atau tidak."[31] Introver berperilaku seperti "pseudo-ekstrover"Menurut Cain, dalam budaya yang bias terhadap mereka, orang introver dipaksa berperilaku seperti orang ekstrover, bukannya dibiarkan menjalani gaya hidup yang serius, tenang, dan reflektif.[30] Penelitian Cain melibatkan serangkaian kunjungan ke "tiga pusat saraf Pemikiran Ekstrover", yaitu seminar motivasi diri Tony Robbins, Harvard Business School, dan sebuah megagereja. Ia menunjukkan kegelisahan dan perjuangan yang dialami orang-orang introver saat berada di lingkungan semacam itu[28] dan menyoroti bias terhadap introversi.[25] Ia mengatakan bahwa semua orang kadang harus bertindak di luar karakter sejatinya, tetapi melakukannya dalam jangka waktu yang lama justru tidak baik.[30] Katanya, "Setiap kali Anda mencoba hidup sebagai seseorang yang sejatinya bukan Anda, separuh jiwa Anda menghilang seiring waktu. Anda tidak akan ingat cara menghabiskan waktu seperti biasanya."[25] Meski begitu, Cain juga mengadopsi "Teori Kepribadian Bebas" yang dicetuskan Brian Little. Ia sepakat bahwa orang introver mampu berperilaku layaknya orang ekstrover untuk (tujuan pribadi yang utama[22]) pekerajaan yang mereka anggap penting, orang-orang yang mereka sayangi, atau apapun yang mereka anggap lebih berharga,[32] asalkan mereka meluangkan aktivitas penyegaran untuk menjadi diri sendiri.[33] Dalam artikel bulan Februari 2012, Cain memuat enam strategi yang dapat dimanfaatkan kaum introver untuk mengembalikan kekuatan mereka, seperti "berbicara secara mendalam", bekerja sendiri, membaca buku karya orang lain ("tindakan sosial yang dalam"), mendengarkan lebih baik, beristirahat sementara dari lingkungan yang terlalu menstimulasi, dan mempraktikkan "komitmen tenang".[34] Inti identitas diri
Fisiologi kepribadianCain menegaskan bahwa ada sifat introver dan ekstrover di hampir semua spesies hewan. Masing-masing dari mereka memiliki strategi bertahan hidup sendiri.[27] Ia menjelaskan tentang penelitian bahwa tingkatan introversi atau ekstroversi manusia dapat diamati sejak bayi dan berkemungkinan menjadi sifat dasar,[18] dan 50% di antaranya dapat diwariskan (setengah secara alami, setengah lagi melalui lingkungan).[33] Bayi yang sangat reaktif (lebih sensitif) terhadap stimulasi cenderung tumbuh menjadi seorang introver, sementara bayi yang kurang reaktif (kurang sensitif) cenderung menjadi seorang ekstrover yang bergantung pada energi di sekitar mereka.[18] Orang introver tampak kurang responsif terhadap dopamin (zat kimia otak yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis imbalan) ketimbang orang ekstrover dan mengambil pendekatan yang lebih menyeluruh dan berhati-hati terhadap risiko daripada orang ekstrover.[9] Orang introver lebih dikuasai oleh neokorteks, bagian otak yang menangani pemikiran, perencanaan, kemampuan berbahasa dan penetapan keputusan.[18] Tempat kerjaMengenai tempat kerja, Quiet mengkritik penekanan kolaborasi secara berlebihan oleh dunia modern: curah pendapat berujung pada pemikiran kelompok dan rapat berujung pada inersia organisasi.[28] Cain mengusulkan perubahan tempat kerja supaya tidak terlalu fokus pada apa yang ia sebut "Pemikiran Kelompok Baru"—ide bahwa kreativitas dan produktivitas berasal dari tempat yang ramai—dan lebih kondusif terhadap renungan mendalam dan refleksi diri.[1] Menurut Cain, penelitian membuktikan bahwa pemimpin yang karismatik mendapatkan gaji lebih tinggi, tetapi kinerja perusahaannya tidak lebih baik; curah pendapat menghasilkan ide-ide berkualitas rendah dan orang-orang ekstrover asertif yang lebih lantang bicara akan menjadi perhatian utama; luas ruangan yang dialokasikan kepada setiap karyawan berkurang 60% sejak tahun 1970-an; dan rencana kantor terbuka cenderung berakhir dengan berkurangnya konsentrasi dan produktivitas, gangguan ingatan, tingginya tingkat kemalasan, dan kemungkinan terserang penyakitnya lebih besar.[17] Cain mengatakan bahwa orang yang lebih kreatif cenderung bersifat "introver yang tenang secara sosial".[19] Kesendirian adalah bahan utama kreativitas yang sering dianggap remeh[25] dan desain kantor sekaligus rencana kerjanya harus mengizinkan karyawan untuk menyendiri dan bersosialisasi.[28] Hubungan pribadiCain menulis bahwa orang berkepribadian lain yang terlibat dalam hubungan pribadi—yang mungkin tertarik karena merasa saling melengkapi[35]—mudah diterpa kesalahpahaman dan konflik.[20] Setelah seharian bekerja, seorang introver butuh istirahat tenang yang dianggap menyiksa bagi seorang ekstrover. Sebaliknya, seorang ekstrover mau bersosialisasi dengan orang lain yang justru dianggap melelahkan oleh seorang introver.[20][35] Cain menyarankan agar pertama mereka harus saling memahami tentang asal-usulnya, lalu menyeimbangkan kebutuhan mereka masing-masing dalam bersosialisasi dan menyendiri dengan menyepakati bagaimana mereka saling berhubungan dan bagaimana mereka sama-sama bersosialisasi dengan orang lain.[20][35] Pendidikan dan perkembangan anakCain menjelaskan introversi pada anak bukanlah suatu gangguan, tetapi hanya sifat sensitif dan kehati-hatian yang memberi keuntungan akademik lebih besar, mendorong kreativitas, dan menciptakan citra kepemimpinan dan empati yang unik. Cain mengatakan bahwa orang introver banyak yang menjadi finalis National Merit Scholarship, lebih sedikit berbuat curang dan melanggar peraturan, dianggap sebagai sosok yang empatik atau rajin oleh orang tua dan orang sekitarnya, dan kecil kemungkinannya mereka mengalami kecelakaan mobil, terlibat dalam olahraga ekstrem, atau main judi besar-besaran.[36] Cain menyarankan agar pelajar diberikan lebih banyak privasi dan otonomi, serta diajarkan untuk bekerja secara kelompok maupun mandiri.[6] Judith Warner, penulis sejumlah buku mengasuh anak, sepakat dengan Cain soal orang tua harus memahami gaya sosial anaknya yang introver, bukannya takut akan hal tersebut.[11] KeseimbanganCain tidak mengejar dominasi introver, tetapi keseimbangan yang lebih baik dan penggabungan berbagai macam gaya kerja. Ia mengakui ide-ide besar dan kepemimpinan kuat bisa muncul dari jenis kepribadian apa saja.[17] Cain mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang introver lebih baik dalam memimpin karyawan yang proaktif karena mereka mau mendengarkan dan membiarkan mereka berkreasi, sementara orang-orang ekstrover lebih baik memimpin karyawan yang pasif karena mereka memiliki dorongan motivasi dan inspirasi.[17] Cain menekankan bahwa kunci memaksimalkan bakat adalah menempatkan diri sepenuhnya di zona stimulasi yang tepat.[6] Faith Zhang dari The Harvard Independent mengakhiri resensinya terhadap buku Quiet dengan menulis bahwa Cain tidak bermaksud menjadikan orang-orang introver lebih superior atau kita harus menyelimuti diri dengan kesendirian, tetapi menekankan bahwa keragaman menciptakan keseimbangan dan dunia yang semakin lengkap dan kaya.[19] Masa depanCain mengatakan bahwa kaum introver sama seperti kaum wanita pada tahun 1950-an dan awal 1960-an, ditolak dari semua hal yang sejatinya milik mereka, namun sudah berada di ambang pencerahan diri.[30] Ia menambahkan bahwa umat manusia berada di puncak perubahan arus dalam memahami jenis kepribadian ini.[30] Situs web pribadi Cain meminta para pembacanya "Bergabung dengan Revolusi Tenang".[37] Selain meningkatkan kesadaran tentang dampak bias budaya terhadap introversi, Cain juga meminta perusahaan-perusahaan mempertimbangkan kembali kebijakan perekrutan, kenaikan pangkat, dan desain kantor mereka, serta mendorong para guru untuk menghindari kerja kelompok terus-menerus dan melatih diri untuk mengenali berbagai macam kepribadian supaya mereka bisa membantu anak-anak pendiam menjadi orang yang bermanfaat dan mau meraih sesuatu karena diri mereka sendiri, bukan karena orang lain.[38] Cain terus melaksanakan penelitian untuk menentukan situasi apa yang cocok bagi kaum introver dan ekstrover dan bagaimana mereka dapat bekerja sama secara efektif.[27] Publikasi![]() Tiga minggu setelah diterbitkan, Debra Donston-Miller dari InformationWeek menulis bahwa "Ide tentang introversi dan ekstroversi saat ini hangat dibicarakan dikarenakan sebuah buku baru (Quiet), ... yang penulisnya (Cain) ... sedang menjadi sorotan media."[39] Cain masuk dalam artikel utama majalah Time yang ditulis Bryan Walsh untuk edisi 6 Februari 2012.[22] Selain itu, Cain menjadi pembicara di TED2012 pada tanggal 28 Februari 2012,[6][40] suatu kehormatan yang Stephen Levy sebut sebagai "puncak aspirasional untuk setumpuk pikiran" dalam tulisannya di majalah Wired. Dalam kritik TED di The Atlantic, Megan Garber menulis bahwa "menjelaskan suatu ide di sebuah pertemuan TED ... adalah salah satu pengakuan tertinggi yang dapat diberikan oleh sekelompok pencipta ide yang saling bertubrukan."[41] Cain juga menyampaikan presentasi "Leading@Google" pada awal Februari 2012.[7] PengaruhSatu minggu setelah diterbitkan, Jenna Goudreau dari Forbes menulis bahwa buku ini diliput oleh sejumlah kantor berita besar dan informasinya dibagikan di seluruh web. Goudreau juga mengamati bahwa "pembacanya merasa mereka tervalidasi (dianggap resmi keberadaannya) dan disorot untuk pertama kalinya."[30] Elaine Aron, Ph.D., penulis The Highly Sensitive Person (1996), menanggapi Quiet dan rubrik utamanya di Time[22] bahwa Cain sebenarnya menjelaskan orang sangat sensitif (highly sensitive person atau HSP, yang didefinisikan sesuai sensitivitas pemrosesan inderanya[42]), bukan orang introver (yang kata Aron belakangan ini mulai didefinisikan[43] lebih sempit sesuai interaksi sosialnya).[44] Meskipun Aron menulis bahwa Cain dan dan penulis lainnya mengaburkan batas antara sensitivitas dan introversi, Aron menyebut artikel Time "sebuah langkah yang sangat besar" untuk memahami HSP dan jika hal ini terus dipelajari, 30% HSP yang kenyataannya ekstrover secara sosial[43] akan lebih mudah dipahami.[44] Psikolog Christopher Peterson menulis bahwa bahkan para psikolog positif profesional sekalipun bisa mempertahankan "Pemikiran Ekstrover", misalnya dengan mengutamakan perasaan ceria namun mengabaikan perasaan diam.[45] Peterson menulis bahwa kedua pandangan kesesuaian psikologis—pandangan ribut dan ekstrover dan pandangan diam dan introver—membutuhkan perhatian secara ilmiah. Peterson mengakhiri tulisannya dengan usulan "psikologi positif diam."[45] Jessica Stillman dari GigaOM memakai konsep Quiet untuk menganalisis coworking (bekerja sendiri-sendiri, tetapi di satu tempat), kerja luar kantor (telecommuting), dan pergantian jam kerja (tempat kerja non-tradisional). Ia menyebut cara-cara seperti itu memiliki keuntungan dan kerugian bagi orang introver.[46] Meski pekerja dapat "menetapkan level kontaknya sendiri", ia menyebut bahwa "kemampuan bekerja dari mana saja cenderung tidak sehat bagi orang introver".[46] Ia juga mengutarakan argumen hati-hati bahwa "kita terlalu sering membuat lingkungan kerja kita berjalan sendiri (autopilot)".[46] Menjelang pemilu presiden Amerika Serikat 2012, konsep Quiet[47] dipakai untuk membanding-bandingkan mantan Presiden Clinton dengan Obama dan Romney.[48][49] Mengenai kepemimpinan secara umum, Cain mengadopsi pernyataan Peter Drucker bahwa pemimpin yang efektif "memiliki sedikit atau tidak ada ‘karisma’ dan tidak mementingkan istilah tersebut dan maknanya.”[48] Selain itu, Cain disebut-sebut menolak[49] pendapat John Heilemann bahwa orang introver sepert Barack Obama “tidak menyukai orang-orang”.[50] Cain melihat bahwa baik Obama dan Mitt Romney adalah introver.[49] Sherry Colb dari Cornell Law School berbicara tentang sistem penjurian. Konsep Quiet menyatakan bahwa "fenomena kebijaksanaan kerumunan" yang sukses bisa muncul ketika anggota kelompok berbagi kontribusinya setelah menciptakannya secara terpisah dan independen.[24] Colb mengusulkan sistem penjurian baru: setelah semua bukti ditampilkan, masing-masing juri akan membuat analisis tertulis mengenai fakta dan masalahnya, lalu mengajukan temuannya. Dokumen-dokumen juri tersebut kemudian disebarkan dan dibaca oleh semua juri sebelum penetapan keputusan dimulai.[24] Pasca penembakan Sandy Hook Elementary School, penulis Quiet mengungkapkan bahwa orang-orang introver, atau orang-orang yang diam karena alasan lain, menerima tuduhan atau stigmatisasi yang tidak adil karena tindakan kejam yang dilakukan sejumlah kecil orang penyendiri.[51][52] Kritik Quiet terhadap kerja kelompok dan curah pendapat dikutip di artikel Profesor Emeritus James Heskett dari Harvard Business School[53] dan editor senior Belinda Lanks dari Fast Company's Co.Design.[54] Setelah Yahoo! Inc. mengumumkan akan menghentikan opsi kerja luar kantor bagi para karyawannya, Quiet dikutip oleh Isolde Raftery dari NBC News yang menyatakan bahwa keputusan semacam itu menghambat kreativitas,[55] dan oleh Leonard Pitts, Jr. dari The Miami Herald yang menentang kepercayaan bahwa sinergi selalu menghasilkan yang terbaik dan produktivitas dan kreativitas hanya bisa muncul jika orang-orang bertemu di satu tempat.[56] TanggapanPenghargaan
Tokoh introver ternama
Lihat pula
Referensi
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "TheAge20120505" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.Pranala luar![]() Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking. Bacaan lanjutan (secara alfabetis):
Tautan ke video dan audio (secara kronologis):
Lain-lain:
|