Penaklukan Kepulauan Banda oleh Belanda

Simbol artikel pilihan
Artikel ini telah dinilai sebagai artikel pilihan pada 24 September 2021 (Pembicaraan artikel)

Penaklukan Kepulauan Banda oleh Belanda dilancarkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC, "Perusahaan Hindia Timur Belanda") sejak 1609 hingga 1621. Kepulauan Banda sebelumnya merupakan bagian dari jaringan perdagangan yang besar di Nusantara. Pada tahun 1609, VOC menuntut monopoli atas perdagangan pala dan fuli di Kepulauan Banda. Rempah-rempah ini sangat menguntungkan untuk dijual di Eropa pada masa itu karena tidak dapat ditemui di tempat lain di dunia. Para orang kaya Banda menolak tuntutan ini. Orang-orang Banda sendiri bergantung pada perdagangan internasional karena mereka perlu mengimpor makanan dan komoditas-komoditas penting lainnya. Pembunuhan seorang pejabat VOC yang bernama Pieter Willemszoon Verhoeff kemudian menjadi alasan bagi VOC untuk memulai perang.

Setelah menjarah beberapa desa di Pulau Banda Neira, Belanda menyepakati perjanjian perdamaian dengan orang Banda dan mendirikan Benteng Nassau di pulau tersebut pada tahun 1609. Namun, orang-orang Banda membenci monopoli Belanda, sehingga mereka mengabaikan monopoli tersebut dan mulai berdagang dengan Inggris dan pedagang-pedagang Nusantara lainnya. Belanda lalu melancarkan ekspedisi untuk menaklukkan Pulau Ay. Walaupun sempat mengalami kegagalan, pada tahun 1616, VOC berhasil menaklukkan pulau tersebut dan membunuh semua penduduk asli yang melawan.

Walaupun VOC sengaja menghukum penduduk Pulau Ay untuk menakut-nakuti penduduk pulau-pulau lain, masyarakat Banda masih berusaha melawan. Pada Desember 1616, orang-orang Banda di Pulau Rhun mendapatkan bantuan dari Inggris dan bahkan bersedia menerima kedaulatan Raja James I untuk mempertahankan diri dari ancaman Belanda. Namun, VOC membalasnya dengan menyerang Pulau Rhun. Walaupun Inggris mampu bertahan selama lebih dari empat tahun, pada akhirnya pulau tersebut jatuh ke tangan Belanda. Sesudah itu, Belanda membantai dan memperbudak semua laki-laki dewasa di pulau ini, dan semua pohon pala di Pulau Rhun juga ditebang.

Orang-orang Banda di Pulau Lontor (atau Banda Besar) juga mengabaikan monopoli VOC. Akibatnya, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen melancarkan ekspedisi ke pulau tersebut pada tahun 1621. Ekspedisi ini berujung pada pembantaian Banda yang menewaskan sekitar 2.500 orang Banda dan mengakibatkan 1.700 warga Banda lainnya diperbudak oleh VOC. Orang-orang Banda yang tersisa diasingkan ke Batavia dan banyak di antara mereka yang diperbudak di sana. Dengan padamnya perlawanan rakyat Banda, VOC berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah, sementara Inggris secara resmi mencabut klaimnya atas Pulau Rhun sesuai ketentuan Perjanjian Breda tahun 1667.

Latar belakang

Peta yang menunjukkan pulau-pulau di Kepulauan Banda

Kepulauan Banda terletak di Kepulauan Maluku bagian selatan di kawasan timur Nusantara.[3] Pada akhir abad ke-16, pala dan fuli hanya dapat ditemukan di Kepulauan Banda, sehingga mereka yang dapat menguasai perdagangan komoditas ini akan memperoleh keuntungan yang besar.[4] Kepulauan Banda sendiri sudah menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang besar di Nusantara, dan pedagang-pedagang dari Jawa sering kali mendatangi kepulauan ini untuk memperdagangkan beras Jawa dan tekstil India dengan pala dan fuli. Mereka juga membawa agama Islam ke kawasan ini. Secara politik, Kepulauan Banda terdiri dari perkumpulan desa-desa. Desa-desa ini dipimpin oleh para orang kaya (pemuka rakyat atau orang yang disegani) yang berkumpul di Pulau Banda Neira untuk menghindari konflik antardesa dan menyepakati perjanjian perdagangan.[3]

Pada awal abad ke-16, orang Portugis tiba di Kepulauan Banda.[5] Para orang kaya Banda melawan upaya Portugis untuk menancapkan kekuasaan. Mereka tidak pernah mengizinkan bangsa Portugis mendirikan pos dagang ataupun benteng.[6] Perlawanan orang Banda juga menghentikan upaya misionaris Portugis untuk menyebarkan agama Katolik.[7] Menurut sejarawan Britania John Villiers, perlawanan dari orang kaya inilah yang membuat bangsa asing tidak dapat menegakkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Banda, sementara di wilayah Maluku lainnya (seperti di Kesultanan Ternate dan Tidore), bangsa Eropa dapat meyakinkan penguasa setempat untuk memberikan hak monopoli dan mengizinkan pendirian benteng.[8]

Situasi di Kepulauan Banda diramaikan dengan kedatangan orang Belanda pada akhir abad ke-16. Pada tanggal 1 Mei 1598, sebuah armada yang dipimpin oleh Laksamana Jacob Corneliszoon van Neck berlayar dari kota Texel. Ekspedisi yang didanai oleh sejumlah voorcompagnieën (secara harfiah berarti "praperusahaan") ini melibatkan Jacob van Heemskerck yang sebelumnya dikenal karena pernah dua kali mencoba mencari Jalur Timur Laut dan berhasil selamat dari musim dingin di Pulau Novaya Zemlya.[9] Pada tahun 1599, Heemskerck berlayar ke Kepulauan Banda,[10] dan ini merupakan pertama kalinya Belanda mencapai kepulauan tersebut.[11] Orang Banda menyambut kedatangan Belanda karena mereka meyakini bahwa Belanda dapat membantu mengusir Portugis.[12] Heemskerck kemudian berhasil membeli pala dan fuli dari Banda.[13] Heemskerck bahkan diperbolehkan mendirikan sebuah pos dagang kecil di Pulau Lontor.[12]

Selanjutnya, pada tahun 1602, persekutuan dagang VOC secara resmi dibentuk. VOC sendiri merupakan hasil dari penggabungan dari sejumlah voorcompagnieën. Perusahaan tersebut memperoleh hak eksklusif dari pemerintah Belanda untuk berdagang di Asia. VOC juga memiliki hak untuk membuat perjanjian dengan negara lain dan mendirikan benteng serta pos dagang.[14]

Konflik meletus

Pertempuran Banda Neira

Benteng Nassau di Banda Neira pada tahun 1646
Setelah berupaya memaksakan monopoli perdagangan rempah dan pendirian benteng Belanda, Pieter Willemszoon Verhoeff dibunuh di Banda Neira pada tahun 1609

Walaupun pada mulanya hubungan antara Banda dan Belanda berlangsung baik, tak lama kemudian orang-orang Banda mulai menyadari bahwa kedatangan Belanda malah lebih merugikan daripada Portugis.[15] Pada awal April 1609, armada VOC yang dipimpin oleh Pieter Willemszoon Verhoeff tiba di Pulau Banda Neira dan ingin memaksakan pendirian sebuah benteng.[16] Selain itu, VOC juga ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah, sehingga mereka menuntut agar rakyat Banda hanya menjual rempah-rempah kepada Belanda.[17] Di sisi lain, orang Banda bergantung pada perdagangan dengan negara-negara lain karena mereka perlu mengimpor makanan dan komoditas-komoditas penting lainnya.[18] Orang Banda juga tidak ingin kehilangan kebebasan ekonomi mereka, karena mereka hendak menjual rempah-rempah kepada penawar tertinggi, terlepas dari apakah penawarnya berasal dari Jawa, Inggris, atau Portugal. Perundingan yang sengit pun berlangsung antara pihak Belanda dan Banda.[17] Namun, Verhoeff mengabaikan penolakan dari orang kaya setempat dan memulai pembangunan benteng.[19] Pada akhir Mei 1609, para pemimpin orang Banda mengajak Verhoeff dan dua komandan lainnya ke hutan, dan membunuh mereka di sana.[20] Penjaga mereka juga dibantai oleh orang Banda; secara keseluruhan terdapat 46 orang Belanda yang tewas.[18] Peristiwa ini disaksikan oleh salah satu anggota ekspedisi yang kelak akan menjadi Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen.[21] Sebagai balasan, serdadu Belanda menjarah beberapa desa orang Banda dan menghancurkan kapal-kapal mereka. Pada bulan Agustus, Belanda dan Banda menyepakati sebuah perjanjian perdamaian. Perjanjian ini menguntungkan Belanda, karena orang Banda harus mengakui monopoli Belanda atas perdagangan rempah.[22] Pada tahun yang sama, Belanda membangun Benteng Nassau di Pulau Banda Neira untuk mengendalikan perdagangan pala.[23][24]

Ekspedisi melawan Lontor, Rhun, dan Ay

Meskipun telah menandatangani perjanjian yang menjamin monopoli Belanda, orang-orang Banda mengabaikan isi perjanjian tersebut.[18] Orang Banda memulai perdagangan dengan Inggris (dengan harga yang lebih menguntungkan) serta pedagang Melayu, Jawa, dan Makassar (yang menjual rempah-rempah dari Banda kepada Portugis).[25] Tidak diketahui apakah para orang kaya ini tidak memahami isi "perjanjian" yang dibuat dengan mengikuti sistem hukum Barat, atau apakah mereka memang tidak mau mematuhinya karena perjanjian tersebut menghilangkan kebebasan ekonomi mereka. Namun demikian, hal ini membuat mereka dianggap sebagai "rekan" yang "tidak bisa dipercaya" di mata orang Belanda.[18]

Sementara itu, Piet Hein menggantikan Verhoeff sebagai komandan armada Belanda. Setelah pembangunan Benteng Nassau diselesaikan, armada Belanda bergerak ke Ternate di utara. Sultan Ternate sudah mengizinkan Belanda membangun kembali sebuah benteng Melayu yang sudah rusak. Nama benteng ini kemudian diganti menjadi Benteng Oranje pada tahun 1609. Benteng ini menjadi ibu kota de facto VOC hingga pemindahan ibu kota ke Batavia (kini Jakarta) di Pulau Jawa pada tahun 1619. VOC sempat berperang dengan Ternate dan Tidore. Pada Maret 1610, Hein tiba di Ambon. Setelah melalui proses perundingan yang panjang dari Maret hingga November 1610, ia berhasil membeli cengkih dari Ambon. Selanjutnya, pada awal tahun 1611, ia melancarkan ekspedisi hukuman ke Pulau Lontor dan Rhun di Kepulauan Banda. Ia lalu ditugaskan membangun Benteng Belgica di Pulau Banda Neira.[26] Pada tahun 1610, VOC juga menyerang Pulau Ay, tetapi serangan tersebut mengalami kegagalan.[18]

Penaklukan Ay

Reruntuhan Fort der Wrake ("Benteng Pembalasan Dendam") yang dibangun VOC setelah penaklukan Pulau Ay

VOC tidak dapat menerima fakta bahwa orang Banda terus-menerus mengabaikan monopoli Belanda, sehingga dewan direksi perusahaan tersebut, Heeren XVII, memutuskan pada tahun 1614 bahwa VOC harus menaklukkan seluruh Kepulauan Banda, bahkan jika hal tersebut akan mengakibatkan kehancuran penduduk asli dan kerugian finansial.[18] Untuk mewujudkan rencana tersebut, Gubernur Jenderal Gerard Reynst memimpin pasukannya ke Banda Neira pada 21 Maret 1615, sebelum mereka menyerang Pulau Ay pada 14 Mei 1615.[25] Pulau Ay sendiri pada saat itu berada di bawah perlindungan Inggris.[27] Pada mulanya VOC berhasil menguasai benteng-benteng orang Ay, tetapi prajurit Belanda terlalu dini dalam melakukan penjarahan.[25] Inggris telah mundur ke Pulau Rhun, kembali menggalang kekuatan, kemudian melancarkan serangan kejutan pada malam yang sama yang berhasil menewaskan 200 prajurit Belanda dan merebut kembali pulau tersebut.[28] Reynst lalu memutuskan untuk mundur dari Pulau Ay. Ia berencana untuk terlebih dahulu menghentikan upaya Inggris untuk memperoleh cengkih di Ambon, dan menaklukkan Ay sesudahnya. Namun, ia meninggal akibat penyakit pada Desember 1615.[25]

Sementara itu, orang-orang Banda meminta bantuan dari Inggris untuk mempertahankan diri dari serangan Belanda. Mereka mengirim utusan ke pos dagang Inggris di Banten dan membawakan surat berikut:

Maka dari itu kami semua ingin mencapai kesepakatan dengan Raja Inggris, karena sekarang orang Belanda menggunakan segala cara untuk menjajah negeri kami dan menghancurkan agama kami dan karena itu kami semua di Kepulauan Banda sungguh sangat membenci rupa orang-orang Belanda ini, anak-anak sundal, karena mereka unggul dalam berbohong dan berbuat jahat dan ingin mengalahkan negeri semua orang dengan pengkhianatan... Jika Raja Inggris karena cintanya kepada kami bersedia untuk menjaga negeri dan agama kami dan akan membantu kami dengan mesiu dan peluru untuk meriam dan membantu kami merebut kembali Puri Neira, sehingga kami dapat berperang melawan Belanda, dengan pertolongan Allah kami akan menjual semua rempah-rempah yang dihasilkan tanah kami hanya kepada Raja Inggris.[a]

Pada April 1616, Jan Dirkszoon Lam membawa 263 prajurit bersamanya. Walaupun menghadapi perlawanan yang sengit, mereka berhasil menaklukkan Pulau Ay. Lam memutuskan untuk menghukum penduduk pulau ini dan membunuh semua penduduk asli yang melawan, sementara 400 warga lainnya (termasuk wanita dan anak-anak) tenggelam saat mencoba melarikan diri ke Pulau Rhun.[18][30] Hal ini memaksa para orang kaya Banda di pulau-pulau lainnya untuk menandatangani perjanjian yang menguntungkan Belanda. Lam lalu memerintahkan pembangunan Fort der Wrake ("Benteng Pembalasan Dendam") di Pulau Ay untuk menunjukkan konsekuensi jika orang Banda berani melanggar perjanjian dengan Belanda. Namun, tindakan ini masih belum dapat memastikan monopoli Belanda atas perdagangan pala dan fuli.[30] Walaupun awalnya sempat terintimidasi, orang-orang Lontor akhirnya meneruskan perdagangan dengan mitra-mitra dagangnya, termasuk Inggris yang telah menancapkan keberadaannya di Pulau Rhun dan Nailaka.[18]

Pengepungan Rhun

Pemandangan Pulau Rhun dan Nailika dari timur pada tahun 2006

Pada Desember 1616,[31] pedagang Inggris Nathaniel Courthope mendarat di Pulau Rhun dengan 39 orang dan mendirikan sebuah benteng di pulau tersebut. Ia berhasil meyakinkan penduduk Pulau Rhun untuk menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa rakyat Rhun menerima Raja James I sebagai pemegang kedaulatan pulau tersebut. Belanda lalu mengepung benteng Inggris. Dengan bantuan penduduk setempat, Inggris dapat bertahan selama beberapa tahun, tetapi pada akhirnya Courthope gugur dalam pertempuran pada tahun 1620 dan benteng Inggris jatuh ke tangan Belanda. Inggris pun harus meninggalkan pulau ini.[28] Selepas menguasai Rhun, Belanda membunuh dan memperbudak semua laki-laki dewasa di pulau tersebut, sementara wanita dan anak-anak diasingkan. Belanda juga menebang semua pohon pala di Pulau Rhun supaya pulau tersebut menjadi tidak berharga lagi.[28][1] Selain itu, Belanda membiarkan sapi bebas berkeliaran di Pulau Rhun agar dapat menjadi sumber makanan untuk pulau-pulau lain.[32] Pada tahun 1638, Inggris kembali mencoba mengunjungi Rhun, sehingga pejabat-pejabat VOC rutin berkunjung ke pulau tersebut setiap tahunnya untuk memeriksa apakah orang-orang Inggris secara diam-diam telah menancapkan keberadaannya di pulau tersebut. Kunjungan tahunan ini baru dihentikan setelah Inggris melepaskan klaim atas Pulau Rhun pada tahun 1667.[32]

Konflik Inggris–Belanda

Selagi benteng Inggris di Pulau Rhun dikepung, ketegangan antara VOC dengan East India Company (EIC) semakin menguat dan berujung pada pertempuran laut yang berlangsung pada tahun 1618. Gubernur Jenderal VOC yang baru, Jan Pieterszoon Coen, menulis sebuah surat kepada Heeren XVII pada 29 September 1618. Dalam surat ini, ia meminta pasukan, dana, kapal, dan keperluan-keperluan lainnya untuk berperang melawan Banda dan Inggris. Sebagai penganut Calvinisme yang taat, ia mencoba meyakinkan atasannya bahwa ini akan menjadi investasi yang menguntungkan karena ia meyakini Tuhan akan mendukung mereka dan menganugerahkan mereka dengan kemenangan meskipun sebelumnya mereka sempat mengalami kegagalan. Ia menulis, "Janganlah bersedih, jangan ampuni musuh-musuhmu, tidak ada satupun hal di dunia yang dapat menghalangi atau merugikan kita, karena Tuhan bersama kita, dan jangan menarik kesimpulan dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, karena di Hindia ada sesuatu yang besar yang dapat dicapai."[33]

Pada akhirnya Belanda berhasil merebut sebelas kapal Inggris, beberapa di antaranya membawa muatan perak, sementara Inggris hanya dapat merampas satu kapal Belanda. Namun, perang informal ini tidak menguntungkan pemerintahan masing-masing negara di Eropa. Pada tahun 1619, pemerintahan kedua negara tersebut berdamai dan menandatangani sebuah Perjanjian Pertahanan, karena Gencatan Senjata Dua Belas Tahun akan segera berakhir dan mereka hendak membentuk persekutuan Protestan untuk melawan Spanyol dan Portugal yang beragama Katolik. Heeren XVII lalu memerintahkan Coen untuk menghentikan permusuhan dengan Inggris. Inggris akan mendapatkan sepertiga rempah-rempah dari Maluku, sedangkan Belanda dapat memperoleh dua pertiganya. Coen dibuat murka oleh arahan ini, karena ia ingin mengusir Inggris dari Maluku dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Ia menulis surat berikut kepada atasan-atasannya:[21]

Saya mengakui bahwa tindakan majikan bukan urusan hamba (...). Namun, bisa saja kami salah, Kalian yang Mulia terlalu terburu-buru, dan tidak bisa dipahami mengapa Inggris diperbolehkan [menerima] sepertiga cengkih, pala, dan fuli, sementara mereka tidak dapat mengklaim satu bulir pasir pun di Maluku, Amboina, atau Banda.[21]

Pembantaian Banda

Pembantaian Banda
Tanggal7 Maret – akhir 1621
LokasiLontor (Banda Besar)
Hasil Kemenangan Belanda
Pihak terlibat
 VOC Orang Lontor
Tokoh dan pemimpin
Jan Pieterszoon Coen Orang kaya Lontor
Kekuatan
  • 1.905 prajurit Eropa
  • 286 serdadu Asia
  • 45 kapal

2.000 prajurit[32]


2.500–3.000 warga[34]
Korban
  • 7+ tewas
  • 31+ terluka
  • 2.500–2.800 tewas[34]
  • 1.700 diperbudak[34]
Lukisan Jan Pieterszoon Coen. Gubernur Jenderal VOC ini melancarkan penaklukan Lontor yang berujung pada pembantaian penduduk asli di pulau tersebut

Sebagai saksi peristiwa pembunuhan Verhoeff, Coen menyimpan dendam kepada orang Banda.[21] Pada tanggal 26 Oktober 1620, Coen menulis sebuah surat kepada Heeren XVII yang berbunyi: "Untuk menangani masalah ini secara tepat, Banda perlu ditundukkan sekali lagi dan diisi dengan suku bangsa lain."[34] Selanjutnya, Heeren XVII memberikan arahan kepada Coen untuk menaklukkan Kepulauan Banda dan mengusir para pemimpin mereka dari wilayah tersebut.[35]

Penyerbuan

Armada VOC yang dipimpin oleh Coen berlayar dari Batavia pada akhir tahun 1620.[1] Armada ini pertama-tama tiba di Ambon, dan di situ armada Coen diperkuat oleh sejumlah pasukan dan kapal. Armada Coen lalu berlayar ke Pulau Banda.[36] Armada tersebut terdiri dari 19 kapal, 1.655 bala tentara Eropa, dan 286 tentara bayaran Jepang.[1] Pada 21 Februari 1621, armada Coen tiba di Benteng Nassau, dan di situ armadanya diperkuat oleh 250 prajurit Banda[37] serta 36 kapal.[1]

Setelah gagal merekrut orang Inggris dari Pulau Rhun dan Ay, Coen mulai mengirim para pengintai ke pesisir Pulau Lontor. Pengintaian itu memakan waktu dua hari, dan pada saat itu prajurit Banda menembakkan meriam ke arah beberapa kapal. Para pengintai menemukan tempat-tempat yang cocok untuk bertahan di pesisir selatan dan di wilayah perbukitan, tetapi mereka gagal menemukan tumpuan pantai. Pada 7 Maret, sebuah rombongan pengintai VOC mendarat di pulau tersebut, tetapi dipukul mundur selepas jatuhnya korban: satu orang tewas dan empat terluka.[38]

Pada 11 Maret, Coen memerintahkan serangan mati-matian. Ia membagi pasukannya menjadi beberapa kelompok yang menyerang berbagai titik di Pulau Lontor. Para penyerbu dengan cepat merebut kubu-kubu kunci, dan pada penghujung hari mereka juga berhasil menguasai dataran rendah di bagian utara dan tanjung di bagian selatan. Prajurit Lontor dan penduduk setempat melarikan diri ke perbukitan yang berada di tengah pulau, sementara pasukan VOC berupaya mengejar mereka. Pada penghujung hari tanggal 12 Maret, VOC berhasil menduduki seluruh Pulau Lontor, dengan korban enam orang tewas dan 27 orang terluka.[39]

Perdamaian sementara

Selepas keberhasilan tersebut, para orang kaya di Lontor mengajak berdamai. Mereka menawarkan hadiah kepada Coen dan menerima semua tuntutan VOC. Mereka bersedia untuk menyerahkan senjata, menghancurkan kubu mereka, dan melepaskan sandera. Mereka menerima kedaulatan Belanda dan pembangunan beberapa benteng Belanda di pulau tersebut. Mereka juga berjanji akan menyerahkan sebagian dari hasil panen mereka dan menjual sisanya secara eksklusif kepada VOC dengan harga tetap. Sebagai gantinya, Belanda akan menjamin kebebasan, otonomi, dan hak untuk tetap memeluk agama Islam.[40][1]

Dimulainya lagi pertempuran dan pembantaian

Ketika para orang kaya dan VOC tengah berdamai, sebagian besar penduduk Lontor melarikan diri ke kawasan perbukitan dan mulai melancarkan pertempuran kecil melawan Belanda. Coen membalasnya dengan menghancurkan desa-desa dan memaksa para penduduknya bekerja untuk VOC.[40]

Pada 21 April, Belanda menyiksa para orang kaya dan berhasil memperoleh "pengakuan" bahwa mereka tengah melakukan persekongkolan.[41] Coen menangkap setidaknya 789 "orang kaya" dan anggota keluarga mereka dan mendeportasi mereka ke Batavia; di situ, banyak dari mereka yang diperbudak.[2][1] Atas tuduhan melanggar perjanjian dan bersekongkol melawan Belanda, 24 orang kaya dihukum mati dan dipenggal oleh tentara bayaran Jepang pada tanggal 8 Mei.[34] Namun, tindakan-tindakan ini masih belum dapat meredam perlawanan rakyat Lontor,[34] sehingga Coen memerintahkan pasukannya menyapu pulau tersebut dan menghancurkan desa-desa agar penduduk Lontor mau menyerah.[2] Pertempuran yang sengit pun meletus dalam kurun waktu beberapa bulan. Selepas melihat kehancuran yang disebabkan oleh Belanda, banyak penduduk Lontor yang memilih mati kelaparan atau melompat dari tebing alih-alih menyerah.[1]

Selepas penaklukan

Peta buatan Belanda dari tahun 1753 yang menggambarkan Kepulauan Banda, dengan catatan dalam bahasa Prancis: "di kepulauan inilah pala tumbuh"

Menurut Coen, "sekitar 2.500" penduduk tewas "karena kelaparan dan kesengsaraan atau oleh pedang", "banyak wanita dan anak-anak" yang ditawan, dan tidak lebih dari 300 orang berhasil melarikan diri.[2] Sejarawan Hans Straver menyimpulkan bahwa kemungkinan penduduk Lontor saat itu berjumlah 4.500 hingga 5.000 orang; 50 hingga 100 dari mereka gugur dalam pertempuran, 1.700 diperbudak, dan 2.500 tewas akibat kelaparan dan penyakit, sementara jumlah penduduk yang tewas karena melompat dari tebing tidak diketahui. Ia juga mencatat bahwa ratusan penduduk melarikan diri ke kepulauan terdekat, seperti Kepulauan Kei dan Pulau Seram.[34]

Selepas penaklukan ini, Belanda menjajah seluruh Kepulauan Banda. Inggris sendiri sudah meninggalkan Pulau Rhun, dan hanya datang sesekali ke Pulau Nailaka. Berdasarkan Perjanjian Breda tahun 1667, Inggris secara resmi melepaskan klaim mereka atas kepulauan tersebut.[32] Akibat ulah Belanda, Kepulauan Banda mengalami depopulasi. Sejarawan Vincent C. Loth dan Charles Corn memperkirakan bahwa Kepulauan Banda secara keseluruhan kemungkinan memiliki jumlah penduduk sebesar 15.000 jiwa sebelum ditaklukkan oleh Belanda. Dari jumlah tersebut, hanya 1.000 yang selamat.[2][1] Arkeolog Peter Lape bahkan memperkirakan bahwa akibat penaklukan ini, 90 persen penduduk Kepulauan Banda tewas, diperbudak, atau dideportasi.[42]

VOC lalu mengisi kembali populasi Kepulauan Banda dengan tujuan agar kepulauan tersebut tetap produktif. Kebanyakan orang yang dimukimkan di kepulauan ini adalah budak-budak yang diimpor dari wilayah Nusantara lainnya, India, dan Tiongkok. Budak-budak ini kemudian menjadi tenaga kerja untuk para pemilik perkebunan Belanda yang dikenal dengan sebutan perkeniers.[43] Penduduk asli juga diperbudak dan diperintahkan untuk mengajarkan kepada para pendatang baru cara untuk membudidaya pala dan fuli.[44] Para budak diperlakukan dengan buruk; jumlah penduduk asli Banda turun menjadi 100 orang saja pada tahun 1681, dan 200 budak harus diimpor setiap tahun untuk memastikan agar populasi budak tetap stabil pada angka 4.000.[44] Walaupun Belanda tidak memprioritaskan upaya untuk mengkristenkan budak-budak mereka, mereka memaksa semua orang Eropa di Kepulauan Banda untuk mengikuti Gereja Reformasi Belanda (salah satu gereja Calvinis), sementara agama Katolik (yang diperkenalkan oleh Yesuit dari Portugis pada abad ke-16) dilarang dan semua orang Katolik dipaksa menjadi Calvinis. Para budak diperbolehkan memeluk agama Islam dan animisme, tetapi mereka diajak dan kadang juga dipaksa untuk bergabung dengan Gereja Reformasi Belanda.[45]

Keterangan

  1. ^ Ini adalah terjemahan dari versi bahasa Inggris. Kutipan lengkapnya: "Therefore we all desire to come to an agreement with the kinge of England, because nowe the Hollanders doe practise by all meanes possible to conquer our Country and destroy our Religion by reason whereof all of us of the Islands of Banda do utterly hate the sight of theis Hollanders, sonnes of Whores, because they exceed in lying and villainy and desire to overcome all mens Country by Treachery... That if soe be the Kinge of England out of his love towards us will have a care of our Country and Religion and will help us with Artillary powder and shott and help us recover the Castle of Nera, whereby we may be able to make war with the Hollanders, by Gods helpe all the spices, that our land shall yeald, we will sell only to the King of England."[29]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j Loth 1995, hlm. 18.
  2. ^ a b c d e Corn 1998, hlm. 170.
  3. ^ a b van Ittersum 2016, hlm. 460.
  4. ^ Rozendaal 2019, hlm. 126.
  5. ^ Villiers 1981, hlm. 723.
  6. ^ Villiers 1981, hlm. 745.
  7. ^ Villiers 1981, hlm. 746.
  8. ^ Villiers 1981, hlm. 730.
  9. ^ Masselman 1963, hlm. 110–111.
  10. ^ Masselman 1963, hlm. 115.
  11. ^ Loth 1995, hlm. 16.
  12. ^ a b Villiers 1981, hlm. 749.
  13. ^ Masselman 1963, hlm. 116–117.
  14. ^ Masselman 1963, hlm. 144–150.
  15. ^ Loth 1995, hlm. 16–17.
  16. ^ Dillen 1970, hlm. 128–129.
  17. ^ a b Rozendaal 2019, hlm. 127.
  18. ^ a b c d e f g h Loth 1995, hlm. 17.
  19. ^ Burnet 2013, hlm. 102.
  20. ^ Rozendaal 2019, hlm. 127–128.
  21. ^ a b c d Burnet 2013, hlm. 103.
  22. ^ Rozendaal 2019, hlm. 128.
  23. ^ Hanna 1991, hlm. 27.
  24. ^ Milton 1999, hlm. 3.
  25. ^ a b c d Molhuysen & Blok 1918, hlm. 1147–1148.
  26. ^ Rozendaal 2019, hlm. 129.
  27. ^ Burnet 2013, hlm. 104.
  28. ^ a b c Burnet 2013, hlm. 105.
  29. ^ Burnet 2013, hlm. 102–103.
  30. ^ a b den Heijer 2006, hlm. 45.
  31. ^ van Ittersum 2016, hlm. 471.
  32. ^ a b c d Loth 1995, hlm. 19.
  33. ^ Joustra 2005, hlm. 47.
  34. ^ a b c d e f g Straver 2018, hlm. 90–91.
  35. ^ Burnet 2013, hlm. 103–104.
  36. ^ Burnet 2013, hlm. 102–105.
  37. ^ Corn 1998, hlm. 165.
  38. ^ Corn 1998, hlm. 165–166.
  39. ^ Corn 1998, hlm. 166.
  40. ^ a b Corn 1998, hlm. 167.
  41. ^ Corn 1998, hlm. 169.
  42. ^ Lape 2000, hlm. 139.
  43. ^ Loth 1995, hlm. 24.
  44. ^ a b van Zanden 1993, hlm. 77.
  45. ^ Loth 1995, hlm. 27–28.

Daftar pustaka

Read other articles:

Cet article est une ébauche concernant le Concours Eurovision de la chanson et l’Arménie. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) ; pour plus d’indications, visitez le projet Eurovision. Arménieau Concours Eurovision 2015 Données clés Pays  Arménie Chanson Face the Shadow Interprète Genealogy Langue Anglais Sélection nationale Type de sélection Sélection interne Date 11 février 2015 (artiste)12 mars 2015 (chanson) Concours Eurovisio...

 

Grand Prix Sepeda MotorFédération Internationalede Motocyclisme Musim saat ini MotoGP musim 2024Moto2 musim 2024Moto3 musim 2024MotoE musim 2024 Kategori kelas MotoGP • Moto2 • Moto3 • MotoE Daftar terkait Pembalap (Juara • (per tahun) • 500cc/MotoGP • 350cc • 250cc/Moto2 • 125cc/Moto3 • 50/80cc) Pemenang lomba • Peraih Pole • Rekor • (semua kelas) • Konstruktor • (Juara • Pemenang balapan MotoGP) • Motor • Tim • (Juara) Musim • Grand Prix • Sirkuit �...

 

Referendum that passed a new Puerto Rico constitution 1952 Puerto Rican constitutional referendum 3 March 1952 Results Choice Votes % Yes 420,036 87.78% No 58,484 12.22% Valid votes 478,520 100.00% Invalid or blank votes 0 0.00% Total votes 478,520 100.00% Registered voters/turnout 883,219 54.18% Politics of Puerto Rico Constitution and law United States Constitution Puerto Rico Constitution Puerto Rico law Executive Governor Cabinet Chief of Staff Executive departments Fiscal agent and fina...

Claymoreクレイモア(Kureimoa)GenrePetualangan,[1] fantasi gelap,[2] pedang dan sihir[3] MangaPengarangNorihiro YagiPenerbitShueishaPenerbit bahasa InggrisAUS Madman EntertainmentNA Viz MediaImprintJump ComicsMajalahMonthly Shōnen Jump(Mei 2001–Juni 2007)Weekly Shōnen Jump(Juli 2007–Oktober 2007)Jump Square(November 2007–Desember 2014)DemografiShōnenTerbitMei 2001 – 4 Desember 2014Volume27 (Daftar volume) Seri animeSutradaraHiroyuki TanakaProduserManabu T...

 

Catholic parish church Church in Mamaroneck, New YorkSt. Vito's Church40°57′26.7″N 73°44′27.7″W / 40.957417°N 73.741028°W / 40.957417; -73.741028LocationMamaroneck, New YorkDenominationCatholic ChurchWebsitestvitochurch.comHistoryStatusParish churchFounded1911DedicationSaint VitoArchitectureFunctional statusRegular useStyleRomanAdministrationArchdioceseArchdiocese of New YorkParishMost Holy Trinity-Saint VitoClergyArchbishopTimothy Cardinal DolanPastor(s)Ms...

 

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Februari 2023. Kodai adalah nama Jepang. Tokoh-tokoh dengan nama Jepang ini antara lain: Pemain sepak bola Jepang Kodai Dohi Kodai Enomoto Kodai Fujii Kodai Hagino Kodai Nagashima Kodai Sakamoto Kodai Sato Kodai Watanabe Kodai Yasuda Halaman-halaman lainnya Semua ha...

† Человек прямоходящий Научная классификация Домен:ЭукариотыЦарство:ЖивотныеПодцарство:ЭуметазоиБез ранга:Двусторонне-симметричныеБез ранга:ВторичноротыеТип:ХордовыеПодтип:ПозвоночныеИнфратип:ЧелюстноротыеНадкласс:ЧетвероногиеКлада:АмниотыКлада:Синапсиды�...

 

This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article's lead section may be too short to adequately summarize the key points. Please consider expanding the lead to provide an accessible overview of all important aspects of the article. (March 2017) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Uns...

 

UltraSPARC IVUltraSPARC IVGeneral informationDesigned bySun MicrosystemsCommon manufacturer(s)Texas InstrumentsPerformanceMax. CPU clock rate1.05 GHz to 2.1 GHzArchitecture and classificationInstruction setSPARC V9Physical specificationsCores2HistoryPredecessor(s)UltraSPARC IIISuccessor(s)SPARC64 VI The UltraSPARC IV Jaguar and follow-up UltraSPARC IV+ Panther are microprocessors designed by Sun Microsystems and manufactured by Texas Instruments. They are the fourth generation ...

この記事は検証可能な参考文献や出典が全く示されていないか、不十分です。出典を追加して記事の信頼性向上にご協力ください。(このテンプレートの使い方)出典検索?: コルク – ニュース · 書籍 · スカラー · CiNii · J-STAGE · NDL · dlib.jp · ジャパンサーチ · TWL(2017年4月) コルクを打ち抜いて作った瓶の栓 コルク(木栓、�...

 

此條目可参照英語維基百科相應條目来扩充。 (2021年5月6日)若您熟悉来源语言和主题,请协助参考外语维基百科扩充条目。请勿直接提交机械翻译,也不要翻译不可靠、低品质内容。依版权协议,译文需在编辑摘要注明来源,或于讨论页顶部标记{{Translated page}}标签。 约翰斯顿环礁Kalama Atoll 美國本土外小島嶼 Johnston Atoll 旗幟颂歌:《星條旗》The Star-Spangled Banner約翰斯頓環礁�...

 

此條目可能包含不适用或被曲解的引用资料,部分内容的准确性无法被证實。 (2023年1月5日)请协助校核其中的错误以改善这篇条目。详情请参见条目的讨论页。 各国相关 主題列表 索引 国内生产总值 石油储量 国防预算 武装部队(军事) 官方语言 人口統計 人口密度 生育率 出生率 死亡率 自杀率 谋杀率 失业率 储蓄率 识字率 出口额 进口额 煤产量 发电量 监禁率 死刑 国债 ...

Canadian independent record label A major contributor to this article appears to have a close connection with its subject. It may require cleanup to comply with Wikipedia's content policies, particularly neutral point of view. Please discuss further on the talk page. (November 2013) (Learn how and when to remove this message) Cadence RecordingsParent companyCadence Music GroupFounded1999 (1999)[1]FounderGrant DexterAndy MaizeDistributor(s)Fontana NorthUniversal Music CanadaGenreR...

 

2012 single by Alice in ChainsHollowSingle by Alice in Chainsfrom the album The Devil Put Dinosaurs Here ReleasedDecember 18, 2012StudioHenson Recording Studios, HollywoodGenre Grunge[1] sludge metal[2] doom metal[1] Length5:43Label Virgin EMI Songwriter(s)Jerry CantrellProducer(s) Nick Raskulinecz Alice in Chains Alice in Chains singles chronology Lesson Learned (2010) Hollow (2012) Stone (2013) Alternative coverArtwork used for the initial online release of the song...

 

Ethnic group native to Chile; people identified with the country of Chile This article is about the Chilean ethnic group. For Chilean nationality, see Chilean nationality law. Ethnic group ChileansChilenos (Spanish)Map of the Chilean diasporaTotal population19,212,362[a]Regions with significant populations Chile        18,175,016[1][2]Total diaspora1,037,346[3] Argentina439,582[3] United States138,969[3]...

Questa voce o sezione sull'argomento veicoli militari non cita le fonti necessarie o quelle presenti sono insufficienti. Puoi migliorare questa voce aggiungendo citazioni da fonti attendibili secondo le linee guida sull'uso delle fonti. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Steam TankLo Steam Tank dello US Army Corps of Engineers. La barbetta è assente.DescrizioneTipoCarro armato Equipaggio8 Esemplari1 Costo unitario60000 $ circa Dimensioni e pesoLunghezza10,6 m Larghe...

 

Finsbury CircusFinsbury Circus from the southeast, as seen from the top of Tower 42.TypeParkNearest cityCity of London, EnglandCoordinates51°31′04″N 0°05′12″W / 51.517825°N 0.086595°W / 51.517825; -0.086595Area2.2 hectaresCreated1812 Finsbury Circus is a park in the Coleman Street Ward of the City of London, England. The 2 acre park is the largest public open space within the City's boundaries.[1] It is not to be confused with Finsbury Square, ...

 

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Oktober 2022. Pembentukan pemerintah Britania Raya 2010Tempat pemungutan suara di Camberwell, London pada 6 Mei 2010.Tanggal7 Mei 2010 – 12 Mei 2010LokasiLondon, Inggris, Britania RayaPenyebabParlemen menggantung setelah pemilihan umum tahun 2010Peserta/Pihak terl...

صندوق معلومات تقسيمات إداريةالدولةأسترالياالعدد16 (6 الولايات و3 أقاليم داخلية و7 أقاليم خارجية)السكانأصغر ولاية:تاسمانيا541,071أكبر ولاية:نيوساوث ويلز 8,166,369أصغر إقليم:جزر أشمور وكارتيير0 (غير مأهولة)جزيرة هيرد وجزر ماكدونالد0 (غير مأهولة)أكبر إقليم:إقليم العاصمة الأسترالية43...

 

Stasiun Chikatetsu-Akatsuka地下鉄赤塚駅Pintu masuk 3, Juni 2008LokasiPrefekturTokyo(Lihat stasiun lainnya di Tokyo)Distrik kotaNerimaAlamat8-37-16 KitamachiKode pos179-0081Alamat dalam bahasa Jepang東京都練馬区北町8-37-16SejarahDibuka1983Nama sebelumnyaEidan-Akatsuka StationNama sekarang digunakan sejak2004Layanan kereta apiNomor stasiunF-03, Y-03OperatorTokyo MetroJalurJalur YūrakuchōJalur Fukutoshin Stasiun Chikatetsu-Akatsuka (地下鉄赤塚駅code: ja is deprecated , Chik...