Pakem Pengantin Jawa
Pengertian dan Makna PaesPaes atau papaes dalam bahasa Jawa merupakan tata rias pada dahi pengantin wanita yang memiliki pola dan bentuk khusus. Paes bukan sekadar riasan kosmetik, melainkan mengandung makna filosofis tentang perjalanan hidup manusia. Pembuatan paes dilakukan oleh juru paes yang telah menjalani persiapan batin seperti puasa dan ritual tertentu sebelum merias pengantin.[2] Ragam Tata Rias Pengantin Solo1. Solo PutriTata rias Solo Putri menggunakan busana berupa kebaya panjang berbahan bludru dengan motif merak dan kain sido mukti atau sido asih. Riasan wajahnya mencakup bedak kekuningan, alis mangot, eye shadow hijau dan coklat, blush on merah merona, lipstik merah keoranyean, serta paes berwarna hitam. Rambut pengantin dihias dengan sunggaran, lungsen, dan sanggul bangun tulak dari pandan, dilengkapi dengan aksesori seperti cunduk mentul, tanjungan, dan roncean melati bangun tulak. 2. Solo BasahanPada tata rias Solo Basahan, pengantin mengenakan kain dodot alas-alasan dan selendang udet cinde. Riasan wajahnya menggunakan paes berwarna hijau dengan bentuk alis menjangan mranggah. Rambut ditata dengan sanggul bokor mengkurep dari pandan dengan hiasan aksesori seperti kalung rembulan tumanggal, bros contok, dan cunduk mentul alas-alasan. Roncean melati yang digunakan meliputi teplok, sisir, tibo dada pager timun, dan sintingan bawang sebungkul. 3. Solo KsatrianPengantin dengan tata rias Solo Ksatrian mengenakan kebaya pendek berbahan kain lami bermotif bunga-bunga dan kain sido mukti atau sido asih. Riasan wajah menggunakan paes berwarna hitam dengan alis mangot. Rambut dihias dengan sanggul bangun tulak dari pandan dengan aksesori seperti cunduk mentul nanas-nanasan dan tanjungan. 4. Solo SawitanSolo Sawitan merupakan tata rias yang paling sederhana di antara ragam tata rias Solo lainnya. Pengantin mengenakan kebaya pendek berbahan kain citah dengan motif daun atau bunga. Riasan wajah menggunakan paes yang belum diwarnai. Rambut dihias dengan sanggul bangun tulak dari pandan tanpa aksesori maupun roncean melati. 5. Solo LangenharjanTata rias Solo Langenharjan menggunakan busana berupa kebaya panjang berbahan bludru dengan motif merak. Riasan wajah menggunakan paes hitam dengan alis mangot. Rambut dihias dengan sanggul bangun tulak dari pandan dengan aksesori seperti cunduk mentul nanas-nanasan dan roncean melati bangun tulak. 6. Solo TakwoPada tata rias Solo Takwo, pengantin mengenakan kebaya panjang dengan bahan yang sama seperti busana takwo pengantin pria. Riasan wajah menggunakan paes berwarna hijau dengan alis menjangan mranggah. Rambut dihias dengan sanggul bokor mengkurep dari pandan dengan aksesori seperti kalung rembulan tumanggal dan cunduk mentul alas-alasan. Ragam Tata Rias Pengantin Yogyakarta1. Yogya Paes AgengTata rias Yogya Paes Ageng memiliki ciri khas paes berbentuk runcing dengan pidih warna hitam berbingkai emas (prodo). Pola ukirannya terdiri dari penunggul (berbentuk mucuk sedah atau pucuk daun sirih), pengapit (berbentuk ngudup kantil), penitis (berbentuk mucuk sedah), dan godheg (berbentuk pangot). Hiasan kepala menggunakan sanggul bokor dengan gajah ngolig dan cunduk mentul berjumlah lima sebagai simbol rukun Islam. 2. Yogya PutriTata rias Yogya Putri serupa dengan Yogya Paes Ageng namun lebih sederhana tanpa prodo. Riasan menggunakan cithak dari daun sirih berbentuk wajik pada dahi antara dua alis. Rambut ditata dengan sanggul ukel tekuk dan lungsen dengan aksesori berupa sisir gunungan, sebuah cunduk mentul, dan sepasang subang cepli. Perbedaan Tata Rias Solo dan YogyakartaPerbedaan utama antara tata rias pengantin Solo dan Yogyakarta terletak pada bentuk paes. Paes Yogyakarta memiliki bentuk yang lebih runcing, sementara paes Solo lebih membulat. Kemiripan antara kedua gaya tata rias ini bukan kebetulan, melainkan karena keduanya berasal dari satu kerajaan yang terbagi setelah Perjanjian Giyanti yang memisahkan kerajaan menjadi Kesultanan Hamengkubuwono di Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta di Solo. Paes Solo terdiri dari gajahan (berbentuk setengah bulatan telur bebek), pengapit (berbentuk ngudup kantil), penitis (berbentuk setengah bulatan telur ayam), dan godeg (berbentuk ngudup turi), dengan pidih berwarna kehijauan. Sedangkan paes Yogyakarta terdiri dari penunggul (berbentuk mucuk sedah), pengapit (berbentuk ngudup kantil), penitis (berbentuk mucuk sedah), dan godeg (berbentuk pangot), dengan pidih berwarna hitam.[3] Kaidah dalam Tata Rias Pengantin JawaMeskipun perkembangan zaman telah mempengaruhi tata rias pengantin tradisional, ada beberapa pakem yang tidak boleh diubah. Menurut Mamie Hairdo, perias pengantin dan pemandu adat pernikahan Jawa, modifikasi dalam adat Jawa hanya diperbolehkan sebesar 30 persen, sedangkan 70 persen lainnya harus tetap mengikuti pakem. Untuk busana seperti dodot, tidak boleh dimodifikasi sama sekali. Demikian pula dengan warna paes yang tidak boleh diubah, seperti paes Solo yang harus berwarna hijau.[4] PenutupTata rias pengantin tradisional Jawa merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan filosofi. Meskipun zaman terus berkembang, nilai-nilai yang terkandung dalam tata rias pengantin Jawa tetap dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia. Keberagaman paes di Jawa mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang. Referensi
|