Muhammad bin Nuh
Biografi dan KisahIa dikenal dengan nama Muhammad bin Nuh bin Abdillah Abul Hasan Al Jundisaburi, walau ada yang mengenalnya sebagai Muhammad bin Nuh bin Maimun bin Abdul Hamid bin Abi Ar Rizal Al Ajli As Sarraj. Ayahnya dikenal sebagai 'yang dianiaya atau dipukul' yang dalam bahasa arabnya sendiri ialah 'Al Madhrub'. Ia merupakan seorang pemuda di kota Baghdad yang menggeluti ilmu keagamaan selayaknya para pemuda lainnya di masa itu. Mendatangi majelis para ulama dan menimba ilmu langsung dari mereka, sebut saja salah satunya ialah Alim Ulama kondang seperti Abu Yusuf yang seorang alim ulama hanafiyah alias bermazhabkan Hanafi yang ternisbatkan kepada imam Abu Hanifah dan juga seorang qadi di masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Di kota Baghdad inilah, ia mengenal salah satu tokoh masa depan yang nantinya akan menurunkan Mazhab Hambali dari dasar-dasaerr pemikirannya akan kaidah aqidah dan fiqh Islam yang didasarkan pada Al Qur'an dan Sunnah serta dari kaidah para salaf dan atsar, yakni Ahmad bin Muhammad bin Hanbal atau yang lebih umum dikenal dengan nama 'Ahmad bin Hanbal' yang nantinya lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Ahmad bin Hanbal. Setelah masuknya aqidah mu'tazilah yang ditandai dengan peresmiannya sebagai sebuah pandangan aqidah nasional yang dilegalkan oleh Khalifah Al Ma'mun, membuat para alim ulama Sunnah yang berada di Baghdad dan daerah lainnya tidak terima dan memberikan perlawanan dengan kengganan para alim ulama dalam mengiyakan perkataan bahwa Al Qur'an merupakan mahluk. Ahmad bin Hanbal dan dirinya (Muhammad bin Nuh) juga tidak mau ketinggalan. Mereka menentang secara keras dan tegas akan pemikiran sesat yang merusak Islam dari dalam ini. Dengan ciri khas pemikiran ini yang mengkultuskan akal manusia, menolak sifat-sifat Allah dan pemikiran semantik-kalamnya yang dapat merusak Islam karena interpretasi mereka yang berlawanan dan berkontradiksi dengan pemikiran salaf alias pemikiran Rasulullah dan para sahabat. Sekitar tahun 218 H atau tahun 833 M, pad saat Al Ma'mun tengah gencar-gencarnya memaksakan pemikiran Mu'tazilah dengan memaksa para ulama mengatakannya, banyak alim ulama yang diancam akan disiksa bahkan hingga dibunuh apabila tidak mengatakan bahwa Al Qur'an adalah mahluk. Hal ini ia sampaikan kepada pengampu kota Baghdad saat itu, Ishaq bin Ibrahim sehingga membuat hal tersebut menjadi semacam perintah Khalifah yang mutlak dan wajib dilaksanakan. Posisi Al Ma'mun saat itu berada di Tarsus yang sekarang menjadi berada di Turki. Ia menyuruh pejabat-pejabat di bawah kekuasaannya untuk menyampaikan masalah ini kepada ulama-ulama Sunnah dan salaf. Di kota Baghdad, awalnya cukup banyak alim-ulama yang teguh melawan fitnah ini, namun karena ancaman penyiksaan dan pembunuhan yang mereka terima, mereka terlebih dahulu menyelamatkan diri mereka sehingga hanya menyisakan sekitar 4 orang yang tercatat masih teguh mengatakan bahwa Al Qur'an itu bukan mahluk yang 2 di antaranya adalah Muhammad bin Nuh sendiri dan Ahmad bin Hanbal. Ketika hanya tersisa Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Nuh karena 2 orang lainnya menyerah, Muhammad bin Nuh dan Ahmad bin Hanbal ditangkap otoritas setempat dan digiring menuju Tarsus atas perintah Khalifah Al Ma'mun untuk lanjut memaksa mereka membenarkan aqidah Kemahlukan Al Qur'an-nya Mu'tazilah. Mereka dibawa menaiki Unta yang bahkan dalam beberapa sumber, mereka dibawa menggunakan kerangkeng atau semacam kandang besi yang jikalau melewati Padang pasir, sudah tentu akan sangat panas dan menyiksa orang yang berada di dalam. Dengan perbekalan yang diceritakan minim dan memang hanya untuk mempertahankan agar mereka hidup, Muhammad bin Nuh dan Ahmad bin Hanbal melakukan perjalanan sejauh kurang lebih 1.300 KM dari kota Baghdad ke Tarsus yang jelas hal ini sangat-lah menyiksa. Di peristiwa ini-lah, saat sudah sekitar tengah perjalanan, Muhammad bin Nuh jatuh sakit yang karena tidak ditangani dengan tepat karna dalam agenda perjalanan sebagai tahanan Khalifah, pada akhirnya, ia menemui akhir hayatnya dan wafat di lokasi pertengahan antara Tarsus dengan Baghdad ( di sekitaran daerah Raqqah ). Dirinya wafat saat sebelum mencapai kota Tarsus. Ahmad bin Hanbal pun melanjutkan perjalananannya sendiri dan akhirnya dipulangkan kembali ke Baghdad karena Al Ma'mun meninggal tak lama setelahnya pada tahun yang sama yakni sekitaran tahun 218 Hijriah atau tahun 833 M. Pujian UlamaReferensi |