Mabbaca-baca merupakan tradisi yang kerap dilakukan oleh suku Bugis pada momen tertentu seperti kenduri, syukuran, maupun peringatan hari tertentu yang bersifat sakral. tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh tokoh yang dituakan atau pemuka agama. Tradisi ini dimulai dengan membaca doa-doa tertentu yang dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh yang dituakan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dengan para keluarga dan tetangga. hidangan yang kerap disajikan pada saat pelaksanaan tradisi ini biasanya berupa olahan daging ayam atau kambing, kue tradisional, dan beberapa sajian tradisional lainnya.[1]
tradisi ini masih dilaksanakan hingga saat ini oleh suku bugis baik yang berada di wilayah sulawesi selatan maupun di perantauan. tradisi ini merupakan akulturasi budaya bugis dengan ajaran agama islam yang dibawa oleh para ulama beberapa abad yang lalu, yang kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi yang sarat nilai budaya.[2]
Perkembangan
Dewasa ini mabaca-baca sebagian besar dilakukan oleh orang bugis yang sudah dewasa dan justru cenderung ditinggalkan oleh para generasi muda suku bugis dengan pertimbangan rutinitas harian yang sibuk, hingga kepercayaan agama yang dianggap bertentangan dengan tradisi ini. namun di kawasan pedesaan tradisi ini masih sering dilakukan dan dilestarikan.
Referensi
- ^ "Mabbaca-baca, Tradisi Lebaran di Sulawesi Barat yang Masih Terjaga". kumparan. Diakses tanggal 2024-10-05.
- ^ Ridwan, Edward. "Suku Bugis: Sejarah, Budaya dan Kisah Perantauan yang Hebat". detiksulsel. Diakses tanggal 2024-10-05.