Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Ekspedisi Sambas

Ekspedisi Sambas
TanggalPertama: Oktober 1812
Kedua: Juni 1813
LokasiSambas, Kalimantan
Hasil Kemenangan Britania
Pihak terlibat
Kesultanan Sambas
Tokoh dan pemimpin
Pangeran Anom dari Sambas Kol. James Watson
Kapt. George Sayer
Kapt. James Bowen
Kekuatan
ca 1,000 Ekspedisi pertama:
1 frigat, 2 sloop
~100 serdadu
Ekspedisi kedua:
4 frigat, 10 sloop
1,300–1,400 serdadu
Korban
150 tewas (Ekspedisi kedua)
67 meriam direbut
8 tewas (Ekspedisi kedua)
59 luka-luka

Pemerintah kolonial Hindia Timur dibawah pendudukan Britania Raya di Jawa meluncurkan dua ekspedisi militer untuk menumpas Kesultanan Sambas di Kalimantan Barat di tahun 1812 dan 1813. Ekspedisi-ekspedisi tersebut bertujuan untuk menghentikan aktivitas bajak laut yang beroperasi dari Sambas dibawah pimpinan Pangeran Anom, putra mahkota Sambas.

Ekspedisi pertama mencakup pergerakan kapal perang Britania yang diluncurkan di bulan Oktober 1812, dan dipaksa mundur sebelum mencapai kota Sambas karena menghadapi benteng pertahanan. Ekspedisi kedua di bulan Juni 1813, berkekuatan lebih dari 1,000 orang prajurit dan lebih banyak kapal perang, menyerang benteng melalui lajur darat, dan berhasil merebut Sambas setelah jatuhnya benteng. Pangeran Anom mundur ke pedalaman Kalimantan setelah setengah jam pertempuran.

Meskipun kalah secara militer, Kesultanan Sambas menandatangani traktat dengan Britania beberapa bulan kemudian, yang mengembalikan kota Sambas dengan syarat adanya residen dan penghentian aktivitas perompakan. Pangeran Anom sendiri menjadi Sultan Sambas di tahun 1815 setelah memperoleh amnesti dari Britania.

Latar belakang

Sebagai bagian dari Perang Napoleon, Britania Raya merebut Maluku di tahun 1810 dan pulau Jawa di tahun 1811, namun status pulau-pulau lainnya tidak jelas. Pemerintah kolonial Britania di bawah Stamford Raffles telah mulai berunding dengan kerajaan-kerajaan di Kalimantan seperti Banjar di Kalimantan Selatan tidak lama setelah merebut Jawa.[1] Di pesisir barat pulau Kalimantan pada masa itu, Kesultanan Pontianak dan Kesultanan Sambas merupakan pemain-pemain politik utama sejak berkurangnya aktivitas Belanda di akhir abad ke-18.[2][3] Meskipun Sultan Pontianak memilih untuk bersahabat dengan pemerintah kolonial Britania dan mengundang Raffles untuk menempatkan tentara Britania di Pontianak, Sambas yang pada masa itu merupakan pusat bajak laut tidak membalas tawaran-tawaran dari Raffles.[2][4]

Pemerintahan Kesultanan Sambas pada tahun 1811–1812 dijalankan oleh putra mahkota Pangeran Anom karena uzurnya Sultan Abubakar Tadjuddin I.[2][4] Pangeran Anom sendiri aktif dalam aktivitas perompakan, dan menurut Britania pada waktu itu, merupakan seorang penjahat.[5] Menurut perkiraan pemerintah kolonial, Kesultanan Sambas memiliki angkatan laut yang berkekuatan 10 hingga 12 kapal bermeriam yang diawaki masing-masing 70-80 orang.[6] Pada tahun 1812, Pangeran Anom membajak kapal dagang Coromandel berbendera Portugis, dan menawan sembilan orang awak kapal sloop Hecate berbendera Britania. Insiden ini menyebabkan Britania menyiapkan ekspedisi militer melawan Sambas.[6]

Ekspedisi pertama

Meriam Lela di Sanggau. Meriam jenis ini digunakan oleh prajurit Sambas.[7]

Pada bulan Oktober 1812, Kapten James Bowen dengan kapal frigat Phoenix didampingi dua kapal sloop Procris dan Barracouta berangkat dari Batavia ke Sambas. Ketiga kapal tersebut mengangkut sekitar 100 orang serdadu resimen infanteri ke-78.[5][6] Meskipun Bowen diberikan perintah untuk menghancurkan Sambas, pimpinan Britania beranggapan bahwa pihak Sambas akan terintimidasi oleh kedatangan kapal perang, sehingga mereka tidak mempersiapkan kekuatan untuk serangan darat.[2] Bowen sendiri telah mendorong rencana ekspedisi yang hanya menggunakan kapal perang.[5] Setibanya kapal-kapal tersebut di Sungai Sambas, mereka berhadapan dengan benteng-benteng pertahanan Sambas di tepi sungai yang menembaki kapal Barracouta dengan meriam. Sejumlah korban jatuh dari pihak Britania karena serangan ini. Bowen dan kapal-kapalnya tidak dapat menembus garis pertahanan ini dan dipaksa berputar dan kembali ke Batavia.[2][6]

Sepulangnya ekspedisi tersebut, para pimpinan Britania menyalahkan Bowen atas kegagalan tersebut.[5] Tidak lama setelah kembali, Bowen jatuh sakit dan meninggal.[6] Laporan-laporan resmi terkait ekspedisi tersebut menutupi rincian gagalnya.[8] Meskipun kegagalan tersebut mempermalukan pemerintah kolonial, ketidaksediaan sumber daya menunda ekspedisi lanjutan sampai tahun berikutnya.[2] Dalam kurun waktu itu, kapal perang Aurora milik Perusahaan Hindia Timur Britania Raya (East India Company/EIC) ditugaskan untuk memblokade muara Sungai Sambas untuk mencegah aktivitas perompakan dari Sambas.[6]

Ekspedisi kedua

Kapal frigat HMS Hussar, bagian dari ekspedisi kedua.

Ekspedisi kedua, yang bertujuan "membela kehormatan bendera Britania",[6] dipersiapkan lebih matang dan persiapan berlangsung sepanjang awal tahun 1813. Kontingen militer yang ikut serta dalam ekspedisi 1813 jauh lebih besar, dengan kapal perang yang berasal dari Angkatan Laut Britania Raya (Royal Navy) dan EIC. Dari Royal Navy terdapat empat kapal frigat (Leda, Hussar, Malacca, dan Volage) dan dua kapal sloop (Hecate dan Procris), sementara EIC mengirimkan delapan kapal sloop. Selain kapal perang, dua kapal pengangkut prajurit juga turut serta dalam ekspedisi tersebut. Kapten George Sayer di kapal Leda ditunjuk menjadi komandan angkatan laut dalam ekspedisi.[6] Kontingen angkatan darat, yang dikomandoi kolonel James Watson, mencakup sekitar 700 hingga 800 prajurit Eropa dari resimen infanteri ke-14 dan 600 prajurit Sepoy dari Benggala.[9]

Gugus tempur tersebut berangkat dari Batavia, dan tiba di muara Sungai Sambas di tanggal 22 Juni. Karena banyaknya lumpur di sungai tersebut, kapal-kapal frigat yang lebih besar tidak dapat masuk, dan sebagian kapal sloop harus ditarik dan memakan waktu empat hari.[9] Tentara Britania melanjutkan perjalanan dengan kapal-kapal sloop tersebut ditambah sejumlah perahu kecil yang dikirim dari Pontianak.[10] Di dekat kota Sambas sendiri, terdapat dua benteng batu berhadapan yang mempertahankan Sungai Sambas, dan kedua benteng ini merupakan sasaran dari serangan Britania. Selain itu, Sambas juga memasang rintangan yang membentangi sungai, dan terdapat sejumlah benteng kecil yang melindungi kedua benteng utama.[9] Setelah tiba dekat Sambas pada tanggal 26 Juni, prajurit yang ada dibagi menjadi tiga kolom.[10]

Serangan Britania diluncurkan sekitar pukul 3 dini hari pada tanggal 28. Dua kelompok prajurit ditugaskan untuk menyerang kedua benteng utama, sementara kelompok ketiga menyerang benteng-benteng kecil disekelilingnya. Prajurit Sambas menembaki kapal-kapal Britania dengan meriam dari benteng ketika awak kapal Britania memotong rintangan sungai.[10] Setelah pertempuran selama setengah jam, salah satu benteng telah direbut Britania, dan prajurit Sambas dalam benteng kedua memutuskan untuk mundur. Pangeran Anom turut mundur ke pedalaman, dan prajurit Britania merebut kota Sambas tanpa perlawanan lebih lanjut.[11] Menurut kolonel Watson, sekitar 150 orang tentara Sambas tewas dalam pertempuran (meskipun ia mengakui bahwa angka tersebut merupakan perkiraan), sementara delapan tentara Britania tewas dan 59 luka-luka. Britania juga merebut 67 pucuk meriam yang ditinggalkan di benteng-benteng.[12] Antara korban tewas dari pihak Sambas, terdapat saudara dari Sultan Abubakar dan anak dari Pangeran Anom.[13] Kapal Coromandel beserta sejumlah kapal Sambas juga direbut.[14]

Pangeran Anom mundur ke timur kota Sambas dengan mengikuti sungai, dan tentara Britania meluncurkan pengejaran.[13] Dalam proses pengejaran tersebut, satu kampung di seberang kota Sambas dibakar prajurit Britania dan kini dikenal sebagai Kampung Angus.[15]

Kelanjutan

Britania menempatkan garnisun di Sambas, dan meskipun tidak banyak korban tewas dalam pertempuran, banyak korban yang berjatuhan karena penyakit dari garnisun. Dari 75 orang awak Eropa di kapal Teignmouth saja, 50 orang mati karena sakit, belum termasuk awak kapal non-Eropa.[14] Raffles dalam surat-surat perintahnya ke pegawai kolonial Britania menekankan bahwa Sambas tidak akan menjadi pemukiman kolonial, dan serangan Britania hanya bertujuan untuk menekan aktivitas bajak laut di Kalimantan.[16]

Pada bulan September 1813, Britania mengumumkan "amnesti" dan mengembalikan takhta kepada Sultan Abubakar Tadjuddin dengan mensyaratkan Sultan menandatangani suatu traktat yang menyetujui penempatan seorang residen Eropa di Sambas. Traktat tersebut ditandatangani pada tanggal 24 Oktober 1813.[17] Traktat tersebut juga melarang Sambas melindungi bajak laut.[18] Pangeran Anom juga belakangan menerima amnesti di bulan Agustus 1814, dan setelah mangkatnya Sultan Abubakar, ia naik takhta menjadi Sultan Muhamad Ali Sjaifudin di tahun 1815.[4][19]

Referensi

  1. ^ Irwin, Graham (1955). Nineteenth-Century Borneo: A Study in Diplomatic Rivalry (dalam bahasa Inggris). BRILL. hlm. 14–16. ISBN 9789004286375.
  2. ^ a b c d e f Irwin 1955, hlm. 24–25.
  3. ^ Smith, F. Andrew (2002). "Missionaries, mariners, and merchants: overlooked British travelers to West Borneo in the early nineteenth century". Borneo Research Bulletin (dalam bahasa Inggris). 33.
  4. ^ a b c Propinsi Kalimantan. Kementerian Penerangan. 1959. hlm. 401.
  5. ^ a b c d Bastin, John (1954). "Raffles and British Policy in the Indian Archipelago, 1811-1816". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society. 27 (1 (165)): 94. ISSN 2304-7550.
  6. ^ a b c d e f g h Low, Charles Rathbone (1877). History of the Indian navy: 1613-1863 (dalam bahasa Inggris). London: Richard Bentley. hlm. 255–256.
  7. ^ Syahrie, R. Rido Ibnu (2 Agustus 2023). "Museum Masuk Sekolah Kenalkan Benda Sejarah". Pontianak Times. Diakses tanggal 7 Mei 2025.
  8. ^ McLaughlin, Tom (25 June 2023). "Adventures in Penang, Sambas and Pontianak". borneohistory.net. Diakses tanggal 5 May 2025.
  9. ^ a b c Low 1877, hlm. 257–258.
  10. ^ a b c Low 1877, hlm. 259.
  11. ^ Irwin 1955, hlm. 26.
  12. ^ "General Orders" (PDF). Java Government Gazette (dalam bahasa Inggris). 24 Juli 1813. hlm. 2–3. Diakses tanggal 7 Mei 2025.
  13. ^ a b Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Kalimantan Barat (PDF). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. hlm. 18–19. Diakses tanggal 7 Mei 2025.
  14. ^ a b Low 1877, hlm. 260.
  15. ^ Pratama, Andra (18 Agustus 2023). "Cerita Rakyat Asal Mula Nama Kampung Angus di Sambas, Kalimantan Barat". Indeks Media. Diakses tanggal 7 Mei 2025.
  16. ^ Bastin 1954, hlm. 95.
  17. ^ Irwin 1955, hlm. 27–28.
  18. ^ Bastin 1954, hlm. 96.
  19. ^ Irwin 1955, hlm. 31–32.
Kembali kehalaman sebelumnya