Edith Bülbring
Kehidupan AwalMasa Kecil Edith Bülbring lahir di Bonn pada 27 Desember 1903 dari pasangan Hortense Leonore Bülbring (née Kann; 1868–1938), putri seorang bankir Yahudi dari Den Haag, dan Dr. Karl Bülbring, seorang profesor bahasa Inggris di Universitas Bonn (1863–1917).[1] Meskipun ibunya berasal dari keluarga Yahudi[2] dan ayahnya beragama Protestan, Edith tidak menganut agama dan memilih menjadi ateis. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, yaitu Hans, Luci, Maud, dan Edith. Selama Perang Dunia I (1914–1918),[3] ia dan kedua kakaknya pindah ke Den Haag, Belanda, untuk tinggal bersama pamannya, seorang bankir kerajaan terkemuka, Jacobus Henricus Kann. Sementara itu, kakaknya, Hans, bertugas sebagai tentara dalam perang tersebut dan gugur pada tahun 1918.[4] PendidikanPada tahun 1923, Bülbring masuk Universitas Bonn untuk belajar fisiologi agar dapat melanjutkan ke bidang kedokteran. Ketertarikannya pada histologi membawanya bekerja di laboratorium Boeke, seorang ahli anatomi. Bülbring menghabiskan satu tahun di Munich untuk mendalami kedokteran internal, pediatri, dan bedah, tertarik oleh reputasi Friedrich von Müller, seorang profesor kedokteran internal. Tahun berikutnya, ia pindah ke Freiburg selama satu semester untuk mengikuti kuliah Paul Trendelenburg sebelum kembali ke Bonn untuk menyelesaikan studinya. Di Bonn, ia dibimbing oleh Profesor Ceelen, seorang ahli anatomi patologis. Dalam disertasinya, ia menerapkan teknik pewarnaan serat saraf yang dipelajarinya dari Boeke pada sel feokromositoma, menunjukkan bahwa sel-sel tersebut juga memiliki serat saraf. Disertasinya diajukan pada 3 Mei 1928 dan diterbitkan dalam volume 268 Virchows Archiv.[5] KarierSetelah menyelesaikan studinya, ia pindah ke Berlin untuk bekerja sebagai dokter rumah sakit. Setahun kemudian, Paul Trendelenburg membujuknya untuk bekerja di laboratoriumnya di Berlin.[6] Selama bekerja di laboratorium tersebut, ia diminta untuk mendemonstrasikan jantung katak yang dipersiapkan dengan perfusi, di mana resistansi aliran masuk dan keluar dapat dikendalikan. Teknik ini kemudian digunakannya dalam studi aksi obat yang diterbitkan pada tahun 1930. Setelah kematian mentornya, Paul Trendelenburg, ia meninggalkan Berlin dan bekerja sebagai dokter anak di Jena selama satu tahun sebelum kembali ke Berlin pada tahun 1932 untuk bekerja di unit penyakit menular di Virchow Krankenhaus. Saat Nazi mulai berkuasa, Bülbring semakin khawatir dengan latar belakang Yahudinya. Ia akhirnya diberhentikan dari rumah sakit karena peraturan yang melarang individu berdarah Yahudi untuk menduduki posisi akademik atau profesional. Tak lama setelah diberhentikan, ia berangkat ke Inggris bersama kedua kakaknya. Pada tahun 1953, Gustav Born bergabung dengannya dan memulai kolaborasi yang menjadi cikal bakal kelompok penelitian otot polosnya. Di awal kelompok ini, ia meneliti metabolisme dan sifat listrik pasif dari otot polos. Ia juga mempelajari peran serotonin dalam peristaltik usus halus serta mengembangkan perangkat celah sukrosa ganda untuk eksperimen. Bülbring meneliti pengaruh neurotransmiter, khususnya asetilkolin dan adrenalin, terhadap ketegangan otot polos. Pada tahun 1969, ia menerbitkan tiga makalah tentang taeniae yang menyimpulkan bahwa hiperpolarisasi membran yang terjadi setelah pemberian adrenalin disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran terhadap klorida dan kalium. Selama empat dekade, pengaruh Bülbring berkontribusi besar terhadap perkembangan bidang otot polos. Wafat dan Warisan Penelitiannya tentang katekolamin dan otot polos membuatnya terpilih menjadi anggota Royal Society pada tahun 1958. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Schmiedeberg-Plakette dari Deutsche Pharmakologische Gesellschaft,[7] Wellcome Gold Medal in Pharmacology,[8] serta gelar doktor kehormatan dari Groningen, Leuven, dan Homburg (Saar).[9] Setelah pensiun pada tahun 1971, Bülbring tetap aktif meneliti di Laboratorium Fisiologi Oxford. Masalah aterosklerosis dan cedera pergelangan kaki lama menyebabkan sirkulasi darahnya memburuk hingga kakinya harus diamputasi. Ia tetap bekerja menggunakan kaki prostetik hingga kondisi kesehatannya semakin menurun. Setelah menjalani operasi berisiko, ia meninggal pada 5 Juli 1990. Daftar Referensi
|