Alma Sundquist
Alma Maria Katarina Sundquist (23 Maret 1872 - 7 Januari 1940) adalah seorang venereolog, ginekolog, dan dokter sekolah perempuan pertama di Swedia. Dia mengajar kebersihan di sekolah perempuan dan diberbagai program pengajaran sementara serta memberikan kuliah pendidikan seksual di seluruh negeri pada akhir pekan. Pada tahun 1910, dia menjadi anggota dewan untuk Svenska sällskapet för rashygien (SSR) (masyarakat Swedia untuk eugenika) yang baru didirikan, yang berusaha meningkatkan kesehatan fisik dan spiritual di masa depan.[1] Kehidupan dan pendidikanAlma Maria Katarina Sundquist lahir pada 23 Maret 1872 di Torp, Medelpad. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, putri seorang kepala kantor pos, Johan Erik Sundquist, dan Katharina Kristina Holmer.[1] Setelah ayahnya meninggal, ia bersama ibu dan dua saudara perempuannya pindah ke Sundsvall. Namun, tragedi besar melanda ketika rumah mereka hancur akibat kebakaran hebat tahun 1888. Akhirnya, keluarga Sundquist pindah ke Stockholm, di mana Alma menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Wallinska dan lulus pada tahun 1891.[1] Setelah lulus, Alma melanjutkan studinya di Universitas Uppsala, mengambil mata kuliah persiapan dalam bidang kedokteran dan filsafat.[2] Di sana, ia bertemu dengan sesama mahasiswa, Ada Nilsson, yang kemudian menjadi sahabat sekaligus koleganya. Pada tahun 1892, mereka bergabung dengan Asosiasi Mahasiswa Perempuan Uppsala yang didirikan oleh Lydia Wahlström, bersama anggota lainnya seperti Adèle Philipson, Gulli Rossander, dan Signe Trygger. Meskipun saat itu perempuan dilarang bekerja di rumah sakit umum, Alma tetap memilih untuk menempuh pendidikan kedokteran di Institut Karolinska, yang didominasi oleh laki-laki. Selama kuliah, ia dan Nilsson menghadapi diskriminasi dari para dosen yang enggan memberikan nilai tinggi kepada mahasiswa perempuan dibandingkan mahasiswa laki-laki. Setelah lulus pada tahun 1900, Alma dan Nilsson segera mengambil langkah besar. Pada Januari tahun berikutnya, mereka menyusun petisi yang ditandatangani hampir semua dokter perempuan dan mahasiswa kedokteran perempuan di Swedia. Mereka menuntut hak untuk bekerja di rumah sakit umum, setidaknya sebagai dokter anak atau dokter bagi pasien perempuan, karena saat itu mereka hanya diizinkan membuka praktik pribadi. Alma menyoroti bahwa dalam surat keputusan kerajaan tahun 1873 yang mengakreditasi program studi kedokteran di Institut Karolinska, tidak ada ketentuan yang secara eksplisit melarang perempuan bekerja di rumah sakit umum. Sejak perempuan diizinkan belajar di sana sejak 1870, ia pun menuntut hak yang sama untuk bekerja di fasilitas medis publik.[3] KarierAwal Karier (1901-1918)Pada tahun 1901, Alma Sundquist membuka praktik pribadi di Stockholm, yang ia jalankan hingga tahun 1939. Sebagai dokter spesialis ginekologi, penyakit menular seksual, dan dermatologi, ia juga mengajar kesehatan di sekolah-sekolah perempuan dan memberikan ceramah tentang pendidikan seksual di seluruh Swedia. Ia memiliki peran penting dalam memperjuangkan akses terhadap kontrasepsi melalui resep dokter serta melakukan penelitian tentang penyakit menular seksual.[1] Dari tahun 1902 hingga 1918, Sundquist bekerja sebagai dokter di Sekolah Detthowska, sebuah sekolah swasta untuk perempuan. Pada tahun 1903, ia juga mulai bekerja di Poliklinik Kota Stockholm, yang khusus menangani penyakit menular seksual. Di sini, ia merawat pasien dari kalangan miskin yang hidup dalam kondisi tidak sehat, banyak di antaranya adalah pekerja seks komersial. Melihat langsung dampak buruk dari regulasi prostitusi, ia mendukung reformator, seperti Johan Erik Johansson yang mengusulkan dekriminalisasi perdagangan seks dan penghentian regulasi yang menindas perempuan di industri ini.[4] Pengalaman medisnya memperkuat komitmen Sundquist terhadap reformasi sosial yang berfokus pada masalah yang dihadapi perempuan. Ia menjadi salah satu pelopor gerakan hak pilih perempuan dan bergabung dengan dewan Föreningen för kvinnans politiska rösträtt (FKPR) pada tahun 1902, meskipun ia mengundurkan diri pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun 1903 hingga awal 1904, ia bekerja dalam Komite Pencegahan Penyakit Menular Seksual dan pada tahun 1904, ia terpilih menjadi anggota Masyarakat Dermatologi yang baru dibentuk. Pada tahun 1909, undang-undang yang melarang dokter perempuan bekerja di fasilitas publik akhirnya dicabut, sebuah pencapaian besar dalam perjuangannya.[5] Tahun 1910, Sundquist bergabung dengan dewan Swedish Society for Racial Hygiene (SSR), sebuah organisasi yang terinspirasi oleh gerakan eugenika di Eropa. Namun, ia hanya tercatat sebagai anggota dewan selama satu tahun. Pada tahun yang sama, Parlemen Swedia memberlakukan undang-undang yang melarang penyebaran informasi tentang kontrasepsi (dikenal sebagai Lex Hinke), dengan hukuman hingga dua tahun penjara bagi pelanggarnya.[6] Sundquist sangat menentang aturan ini dan aktif menulis artikel tentang bahaya penyakit menular seksual serta pentingnya kondisi kerja yang lebih baik bagi perempuan dan hak pilih perempuan. Pada tahun 1911, ia turut mendirikan Swedish Association for Parental Protection and Sexual Reform, yang berfokus pada kampanye menentang prostitusi.[7] Pada tahun 1916, ia berpartisipasi dalam konferensi dokter perempuan dan mahasiswa kedokteran yang dipimpin oleh Wahlström. Dari sini, terbentuklah Komite Permanen Dokter Perempuan (Kvinnliga läkares permanenta kommitté, KLPK) yang bertujuan mengubah undang-undang yang membatasi perempuan dalam profesi medis. Sundquist dan koleganya, termasuk Ada Nilsson, Andrea Andreen, Elin Odencrants, dan Nanna Svartz, mengajukan laporan ke Badan Medis Nasional Swedia untuk mendukung peningkatan posisi supervisi bagi dokter perempuan.[8] Mereka membuktikan bahwa mayoritas kandidat medis adalah perempuan dan bahwa mereka sama kompetennya dengan dokter laki-laki dalam menangani pasien.[9] Karier Lanjutan (1919-1939)Pada Maret 1919, Sundquist mengumumkan di Amerika Serikat bahwa perempuan Swedia telah memperoleh hak pilih dari majelis pertama Parlemen Swedia untuk semua perempuan di atas usia 23 tahun, dengan pencabutan batasan kepemilikan properti. Pada Mei 1919, hak pilih penuh akhirnya disahkan. Sundquist kemudian menghadiri berbagai konferensi di Amerika Serikat pada musim gugur tahun itu.[2] Ia tiba di Amerika pada 17 September untuk menghadiri Konferensi Internasional Dokter Perempuan yang diselenggarakan oleh YWCA. Dalam konferensi ini, ia mendukung pendidikan seksual di sekolah, yang telah diterapkan di Swedia. Meskipun para dokter Amerika setuju dengan pentingnya pendidikan seksual, mereka lebih mendukung pengajaran di lingkungan keluarga.[10] Pada 21 Oktober, dalam sebuah jamuan makan malam bagi para dokter perempuan peserta konferensi, mereka sepakat untuk membentuk Medical Women's International Association, dan Sundquist terpilih menjadi salah satu dari 12 anggota komite yang bertanggung jawab atas organisasi tersebut. Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan secara internasional serta mendorong program kesehatan masyarakat yang progresif.[11] Pada akhir Oktober, Sundquist melanjutkan perjalanan ke Washington, D.C., untuk menghadiri Kongres Internasional Perempuan Pekerja yang pertama sebagai anggota komite eksekutif. Konferensi ini bertujuan untuk memastikan reformasi ketenagakerjaan yang melindungi hak-hak perempuan dan laki-laki, termasuk penghapusan pekerja anak, pendidikan wajib, kesempatan kerja yang setara, gaji yang setara untuk pekerjaan yang sama, serta penetapan upah minimum dan jam kerja maksimum.[12] Dalam presentasinya tentang kondisi tenaga kerja di Swedia, ia melaporkan bahwa anak-anak berusia 14 tahun ke atas diizinkan bekerja jika lulus pemeriksaan kesehatan, serta bahwa perempuan yang sebelumnya bekerja selama perang mulai kehilangan pekerjaan mereka dan berjuang untuk mempertahankan hak bekerja.[13] Sundquist juga ikut serta dalam Majelis Konstitusional Medical Women's International Association di Jenewa pada tahun 1922 dan kemudian terpilih sebagai presiden organisasi tersebut untuk periode 1934 hingga 1937. Ia terus mendorong reformasi ekonomi, dan pada tahun 1923, Undang-Undang Kompetensi (Kompetenslagen) membuka akses perempuan ke berbagai karier dalam pelayanan sipil. Pada tahun 1926, ia membantu mengubah Komite Permanen Dokter Perempuan menjadi Women's Physicians' Club dan terpilih sebagai ketuanya pada tahun 1929.[11] Pada tahun 1930, Liga Bangsa-Bangsa menunjuknya bersama Bascomb Johnson, seorang penulis Amerika, dan Karol Pindór, seorang diplomat Polandia, menyusun laporan tentang perdagangan perempuan dan anak-anak di Asia. Setelah laporan pertama selesai pada tahun 1932, mereka diberi tugas melakukan penelitian lebih luas secara internasional. Mereka mengunjungi Jepang, Tiongkok, Indochina, Indonesia, India, serta berbagai kota di Timur Tengah, seperti Teheran, Baghdad, dan Beirut, bekerja sama dengan pejabat setempat untuk mengumpulkan data.[14] Akhirnya, pada tahun 1938, Undang-Undang Kontrasepsi yang telah lama ia tentang berhasil dicabut. Sundquist terus menjalankan praktik pribadinya hingga tahun 1939, sebelum akhirnya mengakhiri kariernya yang luar biasa dalam dunia medis dan aktivisme sosial.[2] Wafat dan WarisanAlma Sundquist meninggal di Stockholm pada 7 Januari 1940. Ia dikenang sebagai salah satu venereolog paling berpengaruh di Swedia pada paruh pertama abad ke-20, dengan peran aktif dalam menangani tantangan sosial dan politik yang dihadapi perempuan. Melalui penelitiannya, ia menyoroti dampak penyakit menular seksual kepada otoritas Swedia serta memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pencegahan dan pengobatan.[15] Selain kiprahnya dalam dunia medis, Sundquist berkomitmen untuk memperjuangkan perubahan hukum guna meningkatkan kesejahteraan perempuan. Ia juga menentang undang-undang protektif yang mendiskriminasi individu berdasarkan gender, dengan tujuan menciptakan sistem hukum yang lebih setara dan adil bagi semua. Karya terpilih
Referensi
|