Syekh Abdus Samad Al-Palimbani adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal dari Palembang.[1] Abdus Samad lahir pada tahun 1116 H (1704 M) di Kesultanan Palembang dan wafat pada 1203 H (1789 M) di usia 85 tahun,[1] mengenai lokasi dikebumikan jenazahnya masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ulama.[2]
Dari susunan silsilah atau nasab Syaikh Al-Falimbani Keturunan Arab, dari sebelah ayah. Syaikh Abdul Jalil bin Sayyid Abdurrahman Al-Jawi bin Syaikh Abdullah Al-Jawi Al-Falimbani bin Syaikh Abdul Wahhab bin Syaikh Ahmad Al-Madani, ayah Al-Falimbani, adalah ulama yang berasal dari Madinah yang dilantik menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Raden Ranti, adalah wanita Palembang yang diperisterikan oleh Syaikh Abdul Jalil, setelah sebelumnya menikahi Wan Zainab, puteri Dato´Sri Maharaja Dewa di Kedah.
Kehidupan
Syekh Abdus Shamad memiliki darah campuran pribumi dan Arab, ayahnya bernama Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad al-Mahdani seorang ulama dari Yaman dan ibunya Radin Ranti merupakan perempuan keturunan asli Palembang.[3] Beliau menjalani masa kecilnya di kampung halamannya, Palembang. Di sana ia mendalami agama Islam dan berguru dengan Syamsuddin as-Sumatrani dan Syekh Abdurrauf al-Fansuri untuk mempelajari tasawuf.
Pendidikan
Syeikh Abdus Shamad mendapat pendidikan dasar dari ayahnya sendiri, Syeikh Abdul Jalil, di Kedah. Kemudian Syeikh Abdul Jalil mengantar semua anaknya ke pondok di negeri Patani. Zaman itu memang di Patani lah tempat menempa ilmu-ilmu keislaman sistem pondok yang lebih mendalam lagi.
Mungkin Abdus Shamad dan saudara-saudaranya Wan Abdullah dan Wan Abdul Qadir telah memasuki pondok-pondok yang terkenal, antaranya ialah Pondok Bendang Gucil di Kerisik, atau Pondok Kuala Bekah atau Pondok Semala yang semuanya terletak di Patani.
Di antara para gurunya di Patani, yang dapat diketahui dengan jelas hanyalah Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok. Demikianlah yang diceritakan oleh
beberapa orang tokoh terkemuka Kampung Pauh Bok itu (1989), serta sedikit catatan dalam salah satu manuskrip terjemahan Al-‘Urwatul Wutsqa, versi Syeikh Abdus Shamad bin Qunbul al-Fathani yang ada. Kepada Syeikh Abdur Rahman Pauh Bok itulah sehingga membolehkan pelajaran Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani dilanjutkan ke Mekah dan Madinah. Walau bagaimanapun mengenai Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani belajar kepada Syeikh Abdur Rahman Pauh Bok al-Fathani itu
belum pernah ditulis oleh siapa pun, namun sumber asli didengar di Kampung Pauh Bok sendiri.
Sistem pengajian pondok di Patani pada zaman itu sangat terikat dengan hafalan matan ilmu-ilmu Arabiyah yang terkenal dengan ‘llmu Alat Dua Belas’. Dalam bidang syariat Islam dimulai dengan matan-matan fiqh menurut Mazhab Imam Syafi’i. Di bidang tauhid dimulai dengan menghafal matan-matan ilmu kalam/usuluddin menurut paham Ahlus Sunah wal Jamaah yang bersumber dari Imam Syeikh Abul Hasan al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi.
Dia juga mempelajari ilmu sufi daripada Syeikh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf daripada Syeikh Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, kedua-duanya dari Aceh. Oleh sebab dari kecil dia lebih banyak mempelajari ilmu tasawuf, maka dalam sejarah telah tercatat bahawa dia adalah ulama yang memiliki kepakaran dan keistimewaan dalam cabang ilmu tersebut.
Setelah Syeikh Abdus Shamad banyak hafal matan lalu dilanjutkan pula dengan penerapan pengertian yang lebih mendalam lagi. Sewaktu masih di Patani lagi, Syeikh Abdus Shamad telah dipandang alim, kerana dia adalah sebagai kepala thalaah (tutor), menurut istilah pengajian pondok. Namun ayahnya berusaha mengantar anak-anaknya melanjutkan pelajarannya ke Makkah. Memang merupakan satu tradisi pada zaman itu walau bagaimana banyak ilmu pengetahuan seseorang belumlah di pandang memadai, jika tak sempat mengambil barakah di Mekah dan Madinah kepada para ulama yang dipandang Wali Allah di tempat pertama lahirnya agama Islam itu.
Belajar Di Makkah
Orang tua Al-Falembani kemudian menghantar anaknya itu ke Arab yaitu Makkah, dan Madinah. Tidak jelas, bilakah dia diantar ke salah satu pusat ilmu Islam pada waktu itu. Setakat yang terakam dalam sejarah, dia dikatakan menganjak dewasa ketika ´berhijrah´ ke tanah Arab. Di negeri barunya ini, dia terlibat dalam masyarakat Jawa, dan menjadi teman seperguruan, menuntut ilmu dengan ulama Nusantara lainnya seperti Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis, Abdul Rahman Al-Batawi, dan Daud Al-Fatani. Walaupun dia menetap di Mekah, tidka bermakna dia melupakan negeri leluhurnya. Syeikh Al-Falembani, menurut Azyumardi, tetap memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.
Sejak perpindahannya ke tanah Arab itu, Syeikh Al-Palembani mengalami perubahan besar berkaitan dengan intelektualitas dan spiritual. Perkembangan dan perubahan ini tidak terlepas dari proses ´pencerahan´ yang diberikan para gurunya. Beberapa gurunya yang masyhur dan berwibawa dalam proses tersebut, antara lain Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun´im Al-Damanhuri. Selain itu, tercatat juga dalam sejarah Al-Palembani berguru kepada ulama besar, antaranya Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan Athaullah Al-Mashri. Tidak sia-sia, perjuangannya menuntut ilmu di Masjidil Haram dan tempat-tempat lainnya, ´mengangkat´ dirinya menjadi salah seorang ulama Nusantara yang disegani dan dihormati di kalangan ulama Arab, juga Nusantara.
Mengkritik Tarekat yang Berlebihan
Meskipun mendalami tasawuf, tidak bermakna Syeikh Al-Palembani tidak kritis. Dia dikatakan kerap mengkritik kalangan yang mempraktikkan tarekat secara berlebihan. Dia selalu mengingatkan akan bahaya kesesatan yang diakibatkan oleh aliran-aliran tarekat tersebut, khususnya tarekat Wujudiyah Mulhid yang terbukti telah membawa banyak kesesatan di Aceh. Untuk mencegah apa yang diperingatkannya itu, Syeikh Al-Palembani menulis intisari dua kitab karangan ulama dan ahli falsafah agung abad pertengahan, Imam Al-Ghazali, yaitu kitab Lubab Ihya´ Ulumud Diin (Intisari Ihya´ Ulumud Diin), dan Bidayah Al-Hidayah (Awal Bagi Suatu Hidayah). Dua karya Imam Al-Ghazali ini dinilainya secara ´moderat´ dan membantu membimbing mereka yang mempraktikkan aliran sufi.
Berkaitan dengan ajaran tasawufnya, Syeikh Al-Palembani mengambil jalan tengah antara doktrin tasawuf Imam Al-Ghazali dan ajaran ´wahdatul wujud´ Ibnu Arabi; bahwa manusia sempurna (insan kamil) adalah manusia yang memandang hakikat Yang Maha Esa itu dalam fenomena alam yang serba aneka dengan tingkat makrifat tertinggi, sehingga mampu ´melihat´ Allah s.w.t sebagai ´penguasa´ mutlak.
Di Nusantara, khususnya di Indonesia, pengaruh Al-Palembani dianggap cukup besar, khususnya berkaitan dengan ajaran tasawuf.
Banyak meriwayatkan cerita yang menarik ketika Sheikh Abdus Shamad berada di negerinya Palembang. Oleh karena rasa bencinya kepada Belanda, ditambah pula dengan peristiwa di atas kapal itu, dia bertambah kecewa karena melihat pihak Belanda yang kafir telah memegang pemerintahan di lingkungan Islam dan tiada
kuasa sedikit pun bagi Sultan.
Maka dia merasa tidak betah untuk tinggal di Palembang walaupun dia kelahiran negeri itu. Sheikh Abdus Shamad mengambil keputusan sendiri tanpa musyawarah
dengan siapa pun, semata-mata memohon petunjuk Allah dengan melakukan sholat istikharah. Keputusannya, dia mesti meninggalkan Palembang, kembali ke
Mekah.
Lantaran anti Belanda, dia tidak mau menaiki kapal Belanda sehingga terpaksa menebang kayu di hutan untuk membuat perahu bersama-sama orang-orang yang patuh sebagai muridnya. Walaupun sebenarnya dia bukanlah seorang tukang yang pandai membuat perahu, namun dia sanggup mereka bentuk perahu itu sendiri untuk
membawanya ke Mekah. Tentunya ada beberapa orang muridnya mempunyai pengetahuan membuat perahu seperti itu.
Ini membuktikan Sheikh Abdus Shamadal-Falimbani telah menunjukkan keteguhan pegangan, tawakal adalah merupakan catatan sejarah yang tidak dapat dilupakan.
Penulis Produktif dan Karya-Karyanya
Karya Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani tidak sebanyak karya sahabatnya, Sheikh Daud bin Abdullah al-Fathani. Ini karena Sheikh Daud bin Abdullah al-Fathani
memperoleh ilmu pengetahuan dalam usia muda dan umurnya juga panjang. Sedangkan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani, maupun Sheikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari umumnya jauh lebih tua daripada Sheikh Daud bin Abdullah al-Fathani bahkan boleh dijadikan ayahnya.
Walau bagaimanapun, Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani dan Sheikh Muhammad Arsyad al-Banjari termasuk dalam klasifikasi pengarang yang produktif. Sheikh Muhammad Arsyad al-Banjari terkenal dengan fiqhnya yang berjudul Sabilul Muhtadin.
Sheikh Abdush Shamad al-Falimbani adalah yang paling menonjol di bidang tasawuf dengan dua buah karyanya yang paling terkenal dan masih beredar di pasaran kitab sampai sekarang Hidayatus Salikin dan Siyarus Salikin.
Karya Tulis
Zahratul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid, 1178 H/1764 M.
Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M.
Hidayatus Salikin fi Suluki MaslakilMuttaqin, 1192 H/1778 M.
Siyarus Salikin ila ‘Ibadati Rabbil ‘Alamin, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M.
Al-‘Urwatul Wutsqa wa Silsiltu Waliyil Atqa.
Ratib Sheikh ‘Abdus Shamad al-Falimbani.
Nashihatul Muslimina wa Tadzkiratul Mu’minina fi Fadhailil Jihadi wa Karaamatil Mujtahidina fi Sabilillah.[4]
Ar-Risalatu fi Kaifiyatir Ratib Lailatil Jum’ah
Mulhiqun fi Bayani Fawaidin Nafi’ah fi Jihadi fi Sabilillah
Zatul Muttaqin fi Tauhidi Rabbil ‘Alamin
‘Ilmut Tasawuf
Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil Mahdah ‘Alaihis Shalatu was Salam
Kitab Mi’raj, 1201 H/1786 M.
Anisul Muttaqin
Puisi Kemenangan Kedah
Pulang ke Nusantara untuk Kedua Kalinya
Setelah perahu siap dan kelengkapan berlayar cukup, maka berangkatlah Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani dari Palembang menuju Mekah dengan beberapa orang muridnya. Selama di Mekah, dia bergiat dalam pengajaran dan penulisan kitab-kitab dalam beberapa bidang pengetahuan keislaman, terutamanya tentang tasauf, fikah, usuluddin dan lain-lain.
Untuk menunjukkan sikap antinya kepada penjajah, dikarangnya sebuah buku tentang jihad. Buku yang penting itu berjudul Nasihatul Muslimin wa Tazkiratul Mu’minin fi Fadhail Jihadi fi Sabilillah wa Karamatul Mujtahidin fi Sabilillah.
Kegiatan-kegiatannya di bidang penulisan akan dibicarakan pada bagian lain.
Di sini terlebih dahulu diceritakan kepulangan dia ke nusantara. Kepulangan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani kali ini tidak ke Palembang tetapi ke Kedah. Saudara kandungnya Sheikh Wan Abdul Qadir bin Sheikh Abdul Jalil al-Mahdani ketika itu ialah Mufti Kerajaan Kedah. Seorang lagi saudaranya, Sheikh Wan Abdullah adalah pembesar Kedah dengan gelar Seri Maharaja Putera Dewa.
Meskipun Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani lama menetap di Mekah, namun hubungan antara mereka tidak pernah terputus. Sekurang-kurangnya mereka berkirim surat setahun sekali, yaitu melalui mereka yang pulang setelah melaksanakan ibadah haji.
Selain hubungan dia dengan adik-beradik di Kedah, Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani turut membina hubungan dengan kaum Muslimin di seluruh Asia Tenggara. Pada
zaman itu hampir semua orang yang berhasrat mendalami ilmu tasawuf terutama Tarekat Sammaniyah, Tarekat Anfasiyah dan Tarekat Khalwatiyah menerima ilmu daripada dia.
Dia sentiasa mengikuti perkembangan di Tanah Jawi (dunia Melayu) dengan menanyakan kepada pendatang-pendatang dari Pattani, Semenanjung Tanah Melayu, dan
negeri-negeri Nusantara yang di bawah penjajahan Belanda (pada zaman itu masih disebut Hindia Belanda).
Ini terbukti dengan pengiriman dua pucuk surat kepada Sultan Hamengkubuwono I, Sultan Mataram dan kepada Susuhunan Prabu Jaka atau Pangeran Singasari Putera
Amengkurat IV. Surat-surat tersebut jatuh ke tangan Belanda di Semarang (tahun 1772 M).
Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani telah lama bercita-cita untuk ikut serta dalam salah satu peperangan/pemberontakan melawan penjajah. Namun setelah dipertimbangkan, dia lebih tertarik membantu umat Islam di Pattani dan Kedah melawan keganasan Siam yang beragama Buddha.
Sebelum perang itu terjadi, Sheikh Wan Abdul Qadir bin Sheikh Abdul Jalil al-Mahdani, Mufti Kedah mengirim sepucuk surat kepada Sheikh Abdus Shamad di Mekah. Surat itu membawa maksud agar diumumkan kepada kaum Muslimin yang berada di Mekah bahawa umat Islam Melayu Pattani dan Kedah sedang menghadapi jihad mempertahankan agama Islam dan watan (tanah air) mereka.
Dalam peperangan itu, Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani memegang peranan penting dengan beberapa panglima Melayu lainnya. Ada catatan menarik mengatakan dia
bukan berfungsi sebagai panglima sebenarnya tetapi dia bertindak sebagai seorang ulama sufi yang sentiasa berwirid, bertasbih, bertahmid, bertakbir dan
berselawat setiap siang dan malam.
Banyak orang menuduh bahawa orang sufi adalah orang-orang jumud yang tidak menghiraukan dunia. Tetapi jika kita kaji beberapa biografi ulama sufi, termasuk Sheikh Abdus Shamad yang diriwayat ini adalah orang-orang yang bertanggungjawab mempertahankan agama Islam dan tanah air dari hal-hal yang dapat merosakkan Islam itu.
Golongan ini adalah orang yang berani mati dalam menegakkan jihad fi sabililah. Mereka tidak terikat dengan sanak keluarga, material duniawi, pangkat dan kedudukan dan sebagainya, mereka semata-mata mencintai Allah dan Rasul dari segala apa pun juga.
Kepulangan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani ke Kedah memang pada awalnya bertekad demi jihad, bukan karena mengajar masyarakat mengenai hukum-hukum keislaman walaupun dia pernah mengajar di Mekah. Akhirnya Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani dan rombongan pun berangkat menuju ke Pattani yang bergelar ‘Cermin Mekah’.
Sayangnya kedatangan dia agak terlambat, pasukan Pattani telah hampir lemah dengan keganasan Siam.
Sementara itu, Sheikh Daud bin Abdullah al-Fathani dan pengikut-pengikutnya telah mengundurkan diri ke Pulau Duyung, Terengganu untuk menyusun semula langkah
perjuangan. Pattani telah patah dan kekuatan lenyap dengan itu Sheikh Abdus Shamad pun berkhalwat di salah sebuah masjid di Legor. Ada orang mengatakan dia
berkhalwat di Masjid Kerisik yang terkenal dengan ‘Pintu Gerbang Hang Tuah’ itu.
Para pengikut tasawuf percaya di sanalah dia menghilang diri tetapi bagi kalangan bukan tasawuf, perkara ini adalah mustahil dan mereka lebih percaya bahawa dia telah mati dibunuh oleh musuh-musuh Islam.
Wafatnya
Dr M. Chatib Quzwain menulis dalam kertas kerja dan bukunya berjudul Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasawuf Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani, halaman 180-181: Bahwa dalam tahun 1244 H/1828 M dikatakan umur Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani 124 tahun. Baik pendapat Dr. M Chatib Quzwain maupun pendapat Dr. Azyumardi Azra perlu disanggah berdasarkan fakta sejarah.
Azra menulis, “Meskipun saya tidak dapat menentukan secara pasti angka-angka tahun di seputar kehidupannya, semua sumber bersatu kata bahwa rentang masa hidup Al-Palimbani adalah dari dasawarsa pertama hingga akhir abad kedelapan belas.
Al-Baythar menyatakan, Al-Palimbani meninggal setelah 1200/1785. Tetapi kemungkinan besar dia meninggal setelah 1203/1789,tahun ketika dia menyelesaikan karyanya yang terakhir dan paling masyhur, Sayr Al-Salikin. Ketika dia menyelesaikan karya ini, mestinya umurnya adalah 85 tahun.
“Dalam Tarikh Salasilah Negeri Kedah diriwayatkan, dia terbunuh dalam perang melawan Thai pada 1244/1828. Tetapi saya sukar menerima penjelasan ini, sebab tidak ada bukti dari sumber-sumber lain yang menunjukkan Al-Palimbani pernah kembali ke Nusantara. Lebih jauh lagi, waktu itu mestinya umurnya telah 124 tahun terlalu tua untuk pergi ke medan perang.
“Walaupun Al-Baythar tidak menyebutkan tempat di mana Al-Palimbani meninggal, ada kesan kuat dia meninggal di Arabia”.
Menurut Ustaz Wan Mohd Shaghir, sumber dari Al-Baythar yang menyebut tahun kewafatan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani 1200 H/1785 M, seperti yang disebut oleh Dr. Azyumardi Azra itu adalah ditolak.
Dengan disebutkannya bahawa Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani wafat tahun 1200 H/1785 M adalah sebagai bukti bahawa Al-Baythar tidak banyak tahu tentang Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani. Bahkan tulisannya sendiri bertentangan antara satu sama lainnya.
Coba perhatikan kalimat Dr. Azyumardi Azra dalam buku yang sama halaman 250, “Al-Baythar meriwayatkan, pada 1201/1787 Al-Palimbani mengadakan perjalanan ke
Zabid di mana dia mengajar murid-murid terutama dari keluarga Ahdal dan Al-Mizjadi”.
Bagaimana bisa terjadi, pada tempat lain Al-Baythar mengatakan Al-Palimbani wafat setelah 1200 H/1785 M. Di tempat yang lain disebutnya Al-Palimbani ke Zabid tahun 1201 H/1787 M. Oleh itu persoalan-persoalan lain yang bersumber dari Al-Baythar mengenai Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani yang menyalahi sumber-sumber yang telah dianggap benar oleh tradisi/mutawatir dunia Melayu ditolak juga.
Sumber wafat 1200/1785 M menurut Ustaz Wan Shaghir adalah tidak tepat karena menyalahi dengan tulisan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani sendiri. Kitab-kitab yang dikarang/diselesaikan oleh Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani sesudah tahun 1200 H/1785 M itu ialah Risalah Isra’ wa Mi’raj, yang dicatat oleh Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani sendiri selesai menulisnya pada tahun 1201 H, kira-kira bersamaan 1786/87 M. Umumnya, juga diketahui ialah Siyarus Salikin jilid ke-IV, diselesaikan pada malam Ahad, 20 Ramadhan 1203 H di Taif, kira-kira bersamaan tahun 1789 M.
Pendapat Dr. Azyumardi Azra pada kalimatnya, “Ketika dia menyelesaikan karya ini, mestinya umurnya adalah 85 tahun”, tertolak karena tahun kelahiran Sheikh
Abdus Shamad al-Falimbani yang dikemukakan oleh kedua sarjana tersebut ternyata salah seperti yang telah disebutkan sebelum ini.
Banyak yang menduga kewafatan Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani tahun 1203 H/1789 M.
Malah menurut Ustaz Wan Shaghir lagi, dia tetap yakin bahawa Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani memang terlibat langsung dalam peperangan di antara Kedah-Patani melawan Siam yang terjadi jauh sesudah tahun 1203 H/1789 M itu. Ini berdasarkan cerita yang mutawatir, dikuatkan sebuah manuskrip salinan Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Terengganu murid Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani, telah diketemukan kubur dia dan lain-lain yang perlu dikaji dengan lebih teliti.
Dr. M. Chatib Quzwain menyebut bahawa kubur Sheikh Abdus Samad al-Falimbani di Palembang, Dr. Azyumardi Azra pula menyebut, “ada kesan kuat dia meninggal di Arabia”, kedua-dua pendapat tersebut bertentangan dengan Al-Tarikh Silsilah Negeri Kedah. Juga bertentangan dengan cerita populer masyarakat Islam di
Kedah, di Patani, Banjar, Mempawah/Pontianak dan tempat-tempat lain yang ada hubungan pertalian penurunan keilmuan tradisional Islam dunia Melayu.
Selain itu, bertentangan pula dengan manuskrip Al-Urwatul Wutsqa karya Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani yang disalin oleh Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Terengganu, salah seorang murid Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani. Bertentangan pula dengan pembuktian bahawa diketemukan kubur Sheikh Abdus Shamad al-Falimbani di perantaraan Kampung Sekom dengan Cenak termasuk dalam kawasan Tiba, yaitu di Utara Patani.
Menurut Ustaz Wan Shaghir lagi, tidak dipastikan sumber manakah yang digunakan oleh Dr. Azyumardi Azra yang menyebut, “ada kesan kuat dia meninggal di Arabia” itu.
Bagian dari seri artikel mengenaiSejarah Tiongkok ZAMAN KUNO Neolitikum ±8500 – ±2070 SM Tiga Maharaja dan Lima Kaisar±6000 – ±4000 SM Dinasti Xia ±2070 – ±1600 SM Dinasti Shang ±1600 – ±1046 SM Dinasti Zhou ±1046 – 256 SM Zhou Barat ±1046 – 771 SM Zhou Timur 770 - 256 SM Zaman Musim Semi dan Gugur 770 - 476 SM Periode Negara Perang 476 - 221 SM ZAMAN KEKAISARAN Dinasti Qin 221–206 SM Dinasti Han 206 SM – 220 M ...
Bupati BerauLambang Kabupaten BerauPetahanaSri Juniarsih Massejak 26 Februari 2021Masa jabatan5 tahun (definitif)Dibentuk1960Pejabat pertamaSultan Aji Raden Muhammad AyubSitus webberaukab.go.id Berikut ini adalah daftar bupati Berau yang menjabat sejak pembentukannya pada tahun 1960. No. Foto Nama Bupati Awal Menjabat Akhir Menjabat Partai politik Wakil Bupati Keterangan Ref. 1 Aji Raden Muhammad Ayub 1960 1964 Nahdhatul Ulama Bupati/Kepala Daerah Tingkat II pertama [1] 2 Drs. Yu...
Ne doit pas être confondu avec Nouveau Centre droit. Pour les articles homonymes, voir NC et LC. Les Centristes Logotype officiel. Présentation Président Hervé Morin Fondation 29 mai 2007(Nouveau Centre)11 décembre 2016(Les Centristes) Scission de UDF (2007)UDI (2017) Scission dans Force européenne démocrate (2012) Siège 88, rue de Varenne, Paris 7e Vice-présidents Catherine Morin-DesaillyJean-Léonce DupontYvan LachaudRudy Salles Trésorier Charles de Courson Positionnement Centre ...
This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: BeTV Asia Pacific – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (July 2023) (Learn how and when to remove this template message) Television channel BeTVCountrySingaporeBroadcast areaSoutheast AsiaHeadquartersNo. 10 Changi Business Park Central 2 #03-01Hans...
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada April 2016. Softstar Entertainment, Inc.Nama asli大宇資訊股份有限公司Nama latinDa Yu Zi Xun Gu Fen You Xian Gong SiJenisPublikKode emitenTemplat:GTSMDidirikan27 April 1988 (1988-04-27) di Taipei, TaiwanKantorpusatTaipei Baru, TaiwanProdukPermainan vid...
409th Air Expeditionary Group Airmen from the 409th Air Expeditionary Group at Camp Sarafovo, Bulgaria load humanitarian cargo onto a C-17 Globemaster III[note 1]Active1943–1945; 2001-unknown; 2003; 2005; 2007; 2008; 2011-presentCountry United StatesBranch United States Air ForceRoleAir Expeditionary OperationsPart ofUnited States Air Forces in Europe – Air Forces Africa Third Air Force 406th Air Expeditionary Wing Garrison/HQNigerien Air Base 201, NigerEngagements...
Crater on Mars This article is about the Martian crater. For the crater on the Moon, see Green (lunar crater). Crater on MarsGreenGullies in Green crater, as seen by HiRISE.PlanetMarsCoordinates52°42′S 8°24′W / 52.7°S 8.4°W / -52.7; -8.4QuadrangleArgyreDiameter184 kmEponymNathan E. Green Green is an impact crater in the Argyre quadrangle of Mars. It is named after Nathan E. Green, a British astronomer (1823-1899).[1] Description Debris flows have been o...
Sports season 1969 F.I.M. Grand Prix motorcycle racing season Previous 1968 Next 1970 The 1969 Grand Prix motorcycle racing season was the 21st F.I.M. Road Racing World Championship Grand Prix season. The season consisted of twelve Grand Prix races in six classes: 500cc, 350cc, 250cc, 125cc, 50cc and Sidecars 500cc. It began on 4 May, with Spanish Grand Prix and ended with Yugoslavian Grand Prix on 14 September. Season summary Giacomo Agostini on an MV Agusta continued to dominate the larger ...
Prix Polar Music Nom original Polarpriset Description Prix remis en reconnaissance de contributions exceptionnelles dans le domaine de la musique. Organisateur Stig Anderson Music Award Foundation Pays Suède Date de création 1989 (Remis pour la première fois en 1992) Site officiel http://www.polarmusicprize.org/ modifier Le prix Polar Music (en anglais Polar Music Prize, en suédois Polarpriset) est un prix remis chaque année par la Stig Anderson Music Award Foundation afin de réc...
2015 studio album by Kendrick LamarTo Pimp a ButterflyStudio album by Kendrick LamarReleasedMarch 15, 2015 (2015-03-15)Studio Chalice (Hollywood) Downtown (New York) House (Washington, D.C.) Notifi (St. Louis) No Excuses (Santa Monica) Genre Experimental hip hop progressive rap conscious hip hop jazz rap G-funk neo soul Length78:51Label TDE Aftermath Interscope Producer Boi-1da Flippa Flying Lotus Knxwledge KOZ Larrance Dopson LoveDragon Pharrell Williams Rahki Sounwav...
New Zealand Federation of Roller SportsDiscipline Hockey su pista Hockey in-line Pattinaggio Nazione Nuova Zelanda ConfederazioneOCRS Sede Upper Hutt Presidente Barbara Colville Sito ufficialewww.rhnz.co.nz Modifica dati su Wikidata · Manuale La Federazione di pattinaggio della Nuova Zelanda (inː New Zealand Federation of Roller Sports) è l'organo nazionale neozelandese che governa e gestisce tutti gli sport rotellistici ed ha lo scopo di organizzare, disciplinare e sviluppare ta...
La torre dei Montanini Via dei Montanini è una strada di Siena, asse del Terzo di Camollia come prolungamento di via Banchi di Sopra e prosecuzione della via di Camollia. Storia e descrizione Situata sull'antico percorso della via Francigena, presenta numerosi edifici storici, per lo più di aspetto cinque-seicentesco. Al 92 si trova palazzo Ottieri della Ciaia poi Costantini, risalente al XV secolo; davanti ad esso palazzo Turamini (poi Grisaldi del Taja), del Cinquecento; vicino all'innes...
Campionati mondiali di bobSport Bob FederazioneIBSF OrganizzatoreInternational Bobsleigh & Skeleton Federation TitoloCampione del Mondo Cadenzaannuale (negli anni non olimpici) Sito Internetwww.ibsf.org StoriaFondazione1930 Numero edizioni65 Detentori Monobob donne: K. Humphries Bob a due donne: K. Humphries, L. Jones Bob a due uomini: F. Friedrich, A. Schüller Bob a quattro uomini. F. Friedrich, T. Margis, C. Bauer, A. Schüller Ultima edizioneSankt Moritz 2023 Prossima edizioneWinterbe...
Cet article est une ébauche concernant un bateau ou un navire et les forces armées des États-Unis. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) selon les recommandations des projets correspondants. Pour les autres navires du même nom, voir USS Missouri. USS Missouri (BB-63) Le Missouri après sa modernisation Type Cuirassé Classe Iowa Histoire A servi dans United States Navy Chantier naval New York Navy Yard, New York Commandé 12 juin 1940 Quille pos...
Sun Microsystems Executive Briefing Center に展示されている Sun Modular Datacenter Sun Modular Datacenter(サン・モジュラー・データセンター、以下Sun MD)は20フィートのISOコンテナにインターネットデータセンター設備を詰め込んだサンマイクロシステムズの製品。コード名はProject Blackbox(プロジェクト・ブラックボックス)。 登場の背景 最近、データセンターの需要が爆発的に高まっ�...
Archibald Cochrane, 9:e earl av Dundonald. Archibald Cochrane, 9:e earl av Dundonald, född den 1 januari 1749, död den 1 juli 1831 i Paris, var en skotsk uppfinnare. Han var son till Thomas Cochrane, 8:e earl av Dundonald, bror till Alexander Cochrane och far till Thomas Cochrane, 10:e earl av Dundonald. Dundonald tjänade i sin ungdom i armén och flottan, men ägnade sig sedan helt åt kemisk-tekniska experiment, särskilt på alkaliindustrins område. I brist på metodisk träning lyckad...