Bandar Cirebon dan kawasan sekitar merupakan metropolitan terbesar ke tujuh di Indonesia yang terdiri dari Kota Cirebon dan Kabupten Cirebon dengan jumlah penduduk menurut bancian 2010 ialah 2,366,340 orang, luas 1,025.82 km^2 dan kepadatan 2,306.8/km^2 dengan sebutan Cirebon Raya (Greater Cirebon).[2]
Cirebon juga dikenal dengan nama Kota Udang, Kota Wali dan Grage (Negeri Gede yang bermaksud Bandar Yang Luas). Sebagai kawasan pertemuan kebudayaan Sunda, Jawa, Melayu,ArabCina, India dan Parsi semenjak beberapa abad silam, Bahasa yang ditutur oleh masyarakat Kota Cirebon ialah Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda dan gabungan dari Bahasa Jawa, Sunda, Arab dan China yang mereka panggil sebagai Bahasa Cirebon.
Bandar ini pula adalah bandar yang bersejarah dalam peyebaran agama Islam di tanah jawa.
Sejarah
Kewujudan bandar ini tidak lepas dari sejarah Kesultanan Cirebon pada abad ke 15, kemudian pada masa kolonial Hindia-Belanda, pada tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi Gemeente Cheribon dengan luas 1,100 Hektar dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370).
Pada 1942 Kota Cirebon diperluas menjadi 2,450 hektar dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kota Praja dengan luas 3,300 hektar, selepas ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3,600 hektar.
Pada tarikh 15 April 2011, Kota Cirebon diguncang dengan bom bunuh diri. Lokasi pengeboman berada di masjid Mapolresta Cirebon. Pada peristiwa tersebut, pelaku bom bunuh diri tewas seketika, dan terdapat beberapa orang luka parah.
Geografi
Kota Cirebon terletak pada 108 º 34 T dan 6 º 43 S pada pantai Utara Pulau Jawa, bahagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ± 11 km dengan ketinggian dari paras laut ± 5 m (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.
Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategik dan menjadi simpul pergerakan pengangkutan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di kawasan pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas berbanding dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.754 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%)
Sebahagian besar wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara cerun lereng antara 0-40% di mana 0-3% merupakan daerah berkarateristik bandar, 3-25% daerah penghantaran dan 25-40% merupakan pinggiran.
Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropika dengan suhu udara rata-rata 28 ° C. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembapan udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Mac dan nombor terendah terjadi pada bulan Jun-Ogos.
Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm / tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di bandar Cirebon termasuk dalam jenis iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (peratusan antara bulan kering dan bulan basah). Musin hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Jun-September.
Tempat menarik
Sebagai salah satu destinasi pelancongan di Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak tempat menarik bermula daripada pelancongan sejarah tentang kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, Makam Sunan Gunung Jati, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, kelenteng kuno, dan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda. Bandar ini juga menyediakan bermacam masakan khas Cirebon, dan terdapat pusat kerjatangan rotan serta batik.
Cirebon mempunyai 4 keraton sekaligus di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Semuanya memiliki senibina gabungan dari unsur kebudayaan Islam, China, dan Belanda. Ciri khas bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid didekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasaran dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai lambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya kerajaan Cirebon. Ciri lain adalah piring porselen asli China yang jadi penghias dinding. Beberapa pinggan konon diperolehi dari Eropah saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.
Selain itu bandar ini terkenal juga dengan sebuah taman yang dikenali dengan nama Taman Air Sunyaragi. Taman indah ini dilengkapi dengan teknologi pengaliran air yang sangat canggih pada masanya. Pada masa lalu, air-air mengalir di antara teras-teras tempat para puteri raja bersolek, laman rumput hijau tempat para ksatria berlatih, ditambah menara dan bilik istimewa yang pintunya dibuat dari tirai air.
Salah satu gua di Taman Air Sunyaragi.
Simbol dari Keraton Kasepuhan Cirebon.
Keraton Kanoman Cirebon.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa, salah satu masjid tertua di pulau jawa.
Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat daripada beberapa persembahan khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, sintren, Kesenian Gembyung dan Sandiwara Cirebonan.