Telekomindo Primabhakti

PT Telekomindo Primabhakti
Anak perusahaan
Perusahaan induk (1995-2007)
IndustriTelekomunikasi
NasibBerganti nama menjadi PT Rajawali Capital, selanjutnya menjadi PT Rajawali Corpora pada 2008
PenerusRajawali Corpora
Didirikan9 Maret 1990
PendiriYDPP Telkom
KOPEGTEL
PemilikRajawali Corporation

PT Telekomindo Primabhakti (disingkat Telprim Bhakti)[1] didirikan pada 9 Maret 1990 di Bandung, Jawa Barat.[2] Awalnya, perusahaan ini hanya dimiliki oleh Koperasi Pegawai Telkom (KOPEGTEL) dan Yayasan Dana Pensiun Pegawai Telkom (YDPP Telkom), tetapi pada 1994 mayoritas saham perusahaan ini dijual pada PT Rajawali Citra Buana (yang dimiliki oleh Rajawali Wira Bhakti Utama) senilai Rp 73 miliar. Ditambah dengan masuknya pemegang saham baru lain, komposisi kepemilikan saham berubah menjadi 10% dimiliki Telkom, 54% oleh Rajawali Wira Bhakti Utama, 10% oleh Yayasan Kartika Eka Paksi dan 2% oleh Yayasan Tridaya Kejaksaan Agung. Sementara itu, dua pemegang saham lama yaitu KOPEGTEL dan YDPP Telkom tetap menjadi pemegang saham masing-masing 0,4% dan 23,6%.[3] Artinya, saham mayoritas, kini ada di tangan Rajawali milik Peter Sondakh. Tujuan penjualan saham ini adalah untuk memperkuat modal Telekomindo dan mengantisipasi Undang-Undang 11/1992 tentang Dana Pensiun yang membatasi kepemilikan perusahaan dana pensiun di perusahaan lain.

Awalnya, perusahaan ini beroperasi sebagai operator jaringan seluler dengan sistem AMPS untuk telepon mobil di daerah Palembang, Denpasar dan Samarinda-Balikpapan-Banjarmasin menggunakan sistem Motorola dan menargetkan sekitar 7.800 pengguna.[4][5] Selain itu, Telekomindo juga awalnya merupakan perusahaan konstruksi[3] dan juga diberikan hak oleh pemerintah untuk membangun jaringan telepon kabel dengan sistem pola bagi hasil (PBH) pada 1994, sebanyak 75.000 di Jakarta dan Bandung dengan harga Rp 334 juta. Proyek ini dibangun dengan kerjasama bersama Intertel, anak usaha Astra International.[6][7][8][9] Dalam anggaran dasar Telekomindo, disebutkan bahwa perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur, industri, kontraktor dan perusahaan induk.[10]

Pada tahun 1995, Telekomindo mengalami restrukturisasi dengan bisnis AMPS-nya dialihkan pada anak perusahaannya, yaitu PT Telekomindo Selular Raya (Telesera). Telekomindo kemudian dijadikan sebagai perusahaan induk dari sejumlah perusahaan (terutama komunikasi) Grup Rajawali, seperti:

  • PT Telekomindo Selular Raya (Telesera) sebesar 100%.[11]
  • PT Excelcomindo Pratama sejak Oktober 1995. Sebelumnya, izin untuk menyediakan layanan GSM diberikan pada Telekomindo pada 28 April 1995, tetapi kemudian dialihkan kepada Excelcomindo di 6 September 1995.[12] Awalnya, saham Telekomindo hanya sebesar 42,5%, tetapi pada 1996-1997 pemegang saham minoritas kemudian menjual sahamnya ke Excelcomindo sehingga kepemilikan Telekomindo mencapai 60% (hingga 2005).[10]
  • PT Bank Pos Nusantara (Bank Pos), sebuah bank swasta yang awalnya 97% dimiliki oleh Telekomindo. Pada tahun 1997, masuk sejumlah pemegang saham baru seperti PT Pos Indonesia yang menyebabkan saham Telekomindo terdilusi menjadi 64.67%.[13]
  • PT Indonusa Telemedia (dahulu Telemedia Indonesia), yang menyediakan jasa televisi satelit TelkomVision. Telekomindo memegang 20% saham perusahaan ini bersama sejumlah perusahaan lain ketika didirikan pada 7 Mei 1997.[14] Namun, baru pada Desember 1998 perusahaan ini baru beroperasi.[15]
  • PT Multisaka Mitra, mengelola jasa telepon umum kartu sejak 1995. Multisaka merupakan operator kedua dari telepon umum kartu swasta setelah Centralindo Panca Sakti.[16][17]
  • PT Mobilkom Telekomindo, dimana Telekomindo merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan yang menyediakan jasa radio trunking ini. PT Mobilkom didirikan pada 1996.[18]
  • PT Buana Bintang Bayu, yang menyelenggarakan jasa penyeranta (pager) dengan merek Telepage.[19]
  • Pada tahun 1996, jasa konstruksi dan Direktorat Komersial Telekomindo kemudian dipisahkan ke perusahaan baru bernama PT Telekomindo Primakarya. Setahun kemudian, pada 17 Desember 1997 Telekomindo melepaskan kepemilikannya di Telekomindo Primakarya dengan menjual sahamnya ke YDPP Telkom.[20]
  • PT Gametraco Tunggal.[21]
  • PT Jasnita Telekomindo, didirikan pada 1996 dengan kepemilikan 90%.[22]
  • PT Alcatel Enkomindo, dimiliki sebesar 20% (10% oleh Elektrindo Nusantara, 70% Alcatel). Merupakan perusahaan patungan dengan raksasa komunikasi Prancis Alcatel, beroperasi sejak Maret 1994 dalam membangun jaringan microwave, serat optik di berbagai daerah dan kontraktor proyek Alcatel di Indonesia.[23]
  • Dan berbagai anak perusahaan serta jasa-jasa lainnya.

Pada krisis ekonomi 1997-1998, Telekomindo sebagai perusahaan induk harus menghadapi masalah dengan terjerat hutang pada sejumlah bank BUMN dan juga Bank Danamon, sehingga akibatnya harus berurusan dengan BPPN. Mengatasi hal ini, manajemen Telekomindo pada 1999-2002 melakukan restrukturisasi dengan pelepasan bisnis pada unit-unit usahanya, kecuali Excelcomindo.[24][25] Alasannya, hanya Excelcomindo yang mampu meraih untung dan dilakukan agar perusahaan menjadi lebih ramping dan sehat. Sebenarnya, hampir saja Excelcomindo akan dijual ke Bell Atlantic dan Indosat, tetapi tidak terwujud.[26][27] Dalam restrukturisasi ini, misalnya pada 5 Desember 2001 Telekomindo dan Telkom melakukan pertukaran saham: Telkom melepaskan kepemilikan sahamnya di Telekomindo, sedangkan anak perusahaan Telekomindo yaitu Telesera dan aset Multisaka Mitra dijual kepada Telkom. Seluruh transaksi ini memakan biaya lebih dari Rp 200 miliar.[28] Hasil dari restrukturisasi, adalah kini kepemilikan Telekomindo secara mutlak ada di tangan Rajawali Corporation, sedangkan dari semua aset hanya Excelcomindo yang dipertahankan oleh Telekomindo. Pelepasan saham oleh pemegang saham minoritas ini mulai dilakukan pasca krisis ekonomi 1998, sehingga pada 2001 kepemilikan Rajawali sudah mencapai 84% dan pada 2005 sudah mencapai 99,75%.[10][29]

Walaupun Excelcomindo kemudian cukup bisa bertahan dari krisis ekonomi, namun kemudian sepertinya Rajawali sudah memantapkan niatnya untuk "angkat kaki" dari bisnis komunikasi. Pada 2004, dirumorkan bahwa sejumlah investor asing, seperti China Mobile, Telstra dan Telekom Malaysia ingin membeli saham Telekomindo di Excelcomindo yang pada saat itu sebesar 60%.[30] Dari para peminat akan saham Telekomindo di Excelcomindo itu, hanya Telekom Malaysia yang berhasil. Pada 21 dan 27 Oktober 2005, PT Telekomindo kemudian menjual sebagian besar sahamnya (31,9%) kepada Telekom Malaysia dengan harga US$ 460 juta. Saham Telekom Malaysia menjadi 56,9%, menjadikannya pemegang saham mayoritas dan pengendali[31] sedangkan saham Telekomindo merosot menjadi 15,97%.[32] Kondisi ini tetap bertahan hingga 31 Mei 2007 Telekomindo melepas seluruh sahamnya di Excelcomindo kepada perusahaan milik Grup Rajawali lain, Bella Sapphire Ventures Ltd. Pelepasan saham ini menandakan berakhirnya bisnis Telekomindo di bidang komunikasi yang sudah dirintisnya sejak 1990-an. Praktis, Telekomindo hanya menjadi perusahaan "kosong" tanpa anak usaha. (Kemudian juga, saham Bella Saphire dijual ke Etisalat seharga US$ 438 juta, yang berarti mengakhiri bisnis komunikasi Rajawali).[33][34]

Setelah tidak lagi bergerak dalam bisnis komunikasi, bagaimanakah nasib Telekomindo? Pada tahun 2008, dilakukan perubahan nama dengan mengganti nama perusahaan ini menjadi PT Rajawali Capital, lalu terakhir menjadi PT Rajawali Corpora. Perusahaan ini ditransformasikan menjadi perusahaan induk bagi sejumlah perusahaan milik Peter Sondakh, seperti Archi Indonesia. PT Rajawali Corpora menggantikan induk perusahaan-perusahaan Peter Sondakh sebelumnya yang namanya tidak jauh berbeda, yaitu PT Rajawali Corporation.[35]

Untuk perkembangan selanjutnya, lihat Rajawali Corpora.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ TELEKOMINDO PRIMA BHAKTI
  2. ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
  3. ^ a b Fast Learner: Cara, Gaya, dan Tips Beradaptasi dengan Keadaan
  4. ^ 50 tahun peranan pos & telekomunikasi
  5. ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
  6. ^ Annual report
  7. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 7,Masalah 20
  8. ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
  9. ^ Accelerated Progress, Indonesian Telecommunications: 50th Indonesia Anniversary
  10. ^ a b c Prospektus Excelcomindo 2005
  11. ^ Full Circle Managing Through Learning.Leading.Serving
  12. ^ Prospektrus Excelcomindo 2005
  13. ^ JP/BankPos aims for customer expansion
  14. ^ /Multimedia firm to start next year
  15. ^ Controh Profil Perusahaan dan Annual Report
  16. ^ Accelerated Progress, Indonesian Telecommunications: 50th Indonesia Anniversary
  17. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 10,Masalah 28-36
  18. ^ Eksekutif, Masalah 199-204
  19. ^ "RT/s*r**lah : 001 - CALON LEGISLATIF 2014" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-11-19. Diakses tanggal 2021-02-18. 
  20. ^ Telekomindo.co.id
  21. ^ 50 tahun peranan pos & telekomunikasi
  22. ^ Prospektus Jasnita Telekomindo
  23. ^ Prospektus Bimantara Citra 1995
  24. ^ Full Circle
  25. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 11,Masalah 11-19
  26. ^ Gamma, Volume 1,Masalah 10-14
  27. ^ Eksekutif, Masalah 240-245
  28. ^ Perusahaan Perseroan (Persero) PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA
  29. ^ Panji masyarakat, Bagian 4
  30. ^ Latin America and the Caribbean in the World Economy
  31. ^ Telekom Malaysia Tambah Saham XL Sampai 56,9%
  32. ^ Presdir Excelcomindo Mundur
  33. ^ Prospektus Limited Public Offering 2009
  34. ^ Etisalat Masuk, Tidak Ada Lagi Pemegang Saham Lokal di XL
  35. ^ Prospektus Archi Indonesia 2014
  36. ^ Mengenal Rudiantara, Menkominfo Kabinet Jokowi