Kabupaten Halmahera Selatan berakar dari empat kesultanan yang membentuk sebuah kebudayaan yang dikenal dengan nama Maloku Kie Raha. Keempat kesultanan tersebut ialah Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.[2] Keempat kesultanan tersebut berdasarkan hikayat merupakan saudara kandung, dan secara keseluruhan dibedakan kedalam 3 wilayah kultural yakni:[2]
Wilayah kultur Bacan yang meliputi kepulauan Bacan dan Obi, dan daerah inilah yang menjadi wilayah kabupaten Halmahera Selatan saat ini.
Pembagian wilayah budaya ini tidak menunjukkan suatu perbedaan prinsipal tetapi bersifat gradual, dilihat dari ciri adat istadatnya. Sedangkan untuk suku-suku yang ada di halmahera selatan ada beberapa suku yang terdiri dari Suku Bacan, Tobelo Galela, Makian Kayoa, Buton, Bajo, dan ada juga suku pendatang lainnya dari Gorontalo, Jawa, dan beberapa daerah lainnnya di Indonesia.[2]
Sementara dalam bidang keagamaan, Badan Pusat Statistik kabupaten Halmahera Selatan tahun 2020 mencatat keberadaan penduduk berdasarkan agama. Kepercayaan atau agama yang dianut warga di kecamatan ini ialah Islam 87,61% dan Kristen 12,39% (Protestan 12,36% dan Katolik 0,03%).[1]
Sumber daya alam
Pulau Obi memiliki potensi tambang nikel yang saat ini sedang di eksplorasi oleh PT. ANTAM Tbk di desa Kawasi. Selain itu juga memilki hutan asli yang saat ini terancam oleh penebangan liar. Bahan-bahan kebutuhan pokok dipasok terutama dari Manado, mata pencaharian utama masyarakat adalah nelayan dan berkebun, banyak warga memiliki kebun cengkih dan kelapa.
Fasilitas publik
kecamatan Obi memiliki satu puskesmas, satu kantor pos dan serta polres dan koramil. Komunikasi masyarakat menggunaka warung telepon satelit yang tersedia di kantor pos. Listrik PLN hanya tersedia mulai pk 18.00 sampai dengan 06.00 WIT. Ketersediaan air di jamin oleh PAM namun masih terbatas di desa-desa utama. Tranportasi masuk dan keluar kecamatan dilayani oleh kapal penumpang swasta rute Jikotamu-Bacan-Ternate. Transportasi darat dilayani oleh ojek dan beberapa mobil angkutan.