Setelah kematiannya, Liebknecht dan Luxemburg menjadi martir bagi sosialis. Menurut Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi, peringatan kematian Liebknecht dan Luxemburg terus memainkan peran penting di antara kelompok kiri Jerman, termasuk Die Linke.
Revolusi dan kematiannya
Liebknecht dibebaskan dari penjara pada Oktober 1918 setelah ditahan pada Mei 1916 akibat dari aksi demonstrasi antiperang di Berlin. Dia dibebaskan setelah Pangeran Maximilian dari Baden memberikan amnesti kepada semua tahanan politik. Sekembalinya ke Berlin pada 23 Oktober, dia dikawal ke kedutaan Soviet oleh kerumunan pekerja.[1] Setelah pecahnya Revolusi Jerman, Liebknecht melanjutkan kegiatannya di Liga Spartakus. Dia melanjutkan kepemimpinannya di sana bersama Luxemburg dan menerbitkan organ partainya, Die Rote Fahne (The Red Flag).
Pada 9 November, Liebknecht mendeklarasikan pembentukan Freie Sozialistische Republik (Republik Sosialis Merdeka) dari balkon Berliner Stadtschloss, dua jam setelah Philipp Scheidemann mendeklarasikan Republik Jerman dari balkon Reichstag.[2] Pada 31 Desember 1918 dan 1 Januari 1919, Liebknecht terlibat dalam pendirian Partai Komunis Jerman (KPD).[3] Bersama dengan Luxemburg, Leo Jogiches, dan Clara Zetkin, dia juga berperan penting dalam Pemberontakan Spartakus pada Januari 1919 di Berlin. Mulanya, ia dan Luxemburg menentang pemberontakan, tetapi kemudian mereka bergabung setelah pemberontakan dimulai. Pemberontakan tersebut ditentang secara brutal oleh pemerintah Jerman di bawah Friedrich Ebert dengan bantuan sisa-sisa Angkatan Darat Kekaisaran Jerman dan milisi yang disebut Freikorps. Pada 13 Januari, pemberontakan tersebut telah dipadamkan. Liebknecht dan Luxemburg ditangkap oleh pasukan Freikorps pada 15 Januari 1919 dan dibawa ke Hotel Eden di Berlin, di mana mereka disiksa dan diinterogasi selama beberapa jam.[4] Setelah itu, Luxemburg dipukul dengan popor senapan dan kemudian ditembak dan mayatnya dibuang ke Kanal Landwehr, sementara Liebknecht dipaksa untuk keluar dari mobil yang digunakan untuk membawanya dan kemudian ditembak dari belakang. Pernyataan resmi mengatakan dia telah ditembak dalam upaya untuk melarikan diri. Meski situasinya diperdebatkan oleh para pelaku pada saat itu, komandan Freikorps, Kapten Waldemar Pabst, kemudian mengklaim: "Saya telah mengeksekusi mereka."[5]
^Nettl, J. P. (1969). Rosa Luxemburg (edisi ke-Abridged). Oxford: Oxford University Press. hlm. 439–440.
^H. Wohlgemuth, Karl Liebknecht, Dietz Verlag, 1975
^Ottokar Luban, The Role of the Spartacist Group after 9 November 1918 and the Formation of the KPD, in: Ralf Hoffrogge and Norman LaPorte (eds.), Weimar Communism as Mass Movement 1918-1933, London: Lawrence & Wishart, 2017, pp. 45-65.
Helmut Trotnow, Karl Liebknecht, 1871–1919: A Political Biography, Olympic Marketing Corp, 1984, ISBN978-0208020338.
Emile Burns, Karl Liebknecht, London : Martin Lawrence, 1934.
Karl Liebknecht, "The Future Belongs to the People" Leopold Classic Library, 2015.
H. Wohlgemuth, Karl Liebknecht, Dietz Verlag, 1975.
Annelies Laschitza, Die Liebknechts: Karl und Sophie – Politik und Familie, Berlin: Aufbau Taschenbuch, 2009.
Sara Ann Sewell, "Mourning Comrades: Communist Funerary Rituals in Colonge during the Weimar Republic", German Studies Review, 32(3) 2009, 527-548.
Eric D. Weitz, Creating German Communism, 1890–1990: From Popular Protests to Socialist State. Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1997.
Ottokar Luban, The Role of the Spartacist Group after 9 November 1918 and the Formation of the KPD, in: Ralf Hoffrogge and Norman LaPorte (eds.), Weimar Communism as Mass Movement 1918-1933, London: Lawrence & Wishart, 2017, pp. 45–65.