Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya.[2] Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur.
Gunung Rinjani merupakan penerus dari Gunung Samalas yang pernah meletus tahun 1257 pada masa Holosen di Indonesia, yang mengakibatkan penurunan suhu global, gagal panen dan hancurnya kerajaan pamatan di wilayah Pulau Lombok. Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Utara.
Topografi
Gunung Rinjani memiliki titik tertinggi 3.726 mdpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.
Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur dan barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara dalam Bahasa Sasak berarti laut atau danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak banyak terdapat ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut.
Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 – 2376 m dpl. Gunung kecil ini terakhir meletus pada tanggal 25 Oktober 2015 dan 3 November 2015,[3] setelah sebelumnya tercatat meletus Mei 2009 dan pada tahun 2004.[4][5] Letusan tahun 2009 ini memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak.[6] Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994.
Selain Gunung Barujari terdapat pula kawah lain yang pernah meletus,disebut Gunung Rombongan.
Stratigrafi
Secara stratigrafi, Gunung Rinjani dialasi oleh batuan sedimen klastik Neogen (termasuk batu gamping), dan setempat oleh batuan gunung api Oligo-Miosen. Gunung api Kuarter itu sendiri sebagian besar menghasilkan piroklastik, yang dibeberapa tempat berselingan dengan lava. Litologi itu merekam sebagian letusan yang diketahui dalam sejarah. Sejak tahun 1847 telah terjadi 7 kali letusan, dengan jangka istirahat terpendek 1 tahun dan terpanjang 37 tahun.
Seperti pada gunung api lainnya, Koesoemadinata (1979) menyebutkan bahwa aktivitas kegunungapian Rinjani pasca pembentukan kaldera adalah pembangunan kembali. Kegiatannya berupa efusiva yang menghasilkan lava dan eksplosiva yang membentuk endapan bahan-lepas (piroklastik). Lava umumnya berwarna hitam, dan ketika meleler tampak seperti berbusa. Peletusan pasca pembentukan kaldera relatif lemah, dan lava yang dikeluarkan oleh kerucut Gunung Barujari dan Gunung Rombongan relatif lebih basa dibanding lava gunung api lainnya di Indonesia. Kemungkinan terjadinya awan panas ketika letusan memuncak sangat kecil. Bahan letusan umumnya diendapkan di bagian dalam kaldera saja.
Aliran lava, lahar letusan, lahar hujan, dan awan panas guguran berpeluang mengarah ke Kokok Putih hingga Batusantek. Awan panas guguran dapat terjadi di sepanjang leleran lava baru yang masih bergerak, meskipun kemungkinannya kecil.
Struktur dan Tektonik
Bentuk Kaldera Segara Anak yang melonjong ke arah barat-timur diduga berkaitan dengan struktur retakan di batuan-dasar. Gunung api Rinjani yang terletak di jalur gunung api Kuarter sistem Busur Sunda dibentuk oleh kegiatan tunjaman dasar Samudera Hindia di bawah pinggiran Lempeng Asia Tenggara. Jalur tunjaman yang terletak di selatan menunjukkan adanya gaya mampatan yang berarah utara-selatan. Retakan batuan-dasar yang berarah barat-timur, yang mempengaruhi bangun kaldera, dengan demikian ditafsirkan sebagai retakan release yang disebabkan oleh gaya tarikan. Struktur itu setidaknya terbentuk sejak permulaan Zaman Kuarter.
Puncak Gunung Rinjani
Pendakian Gunung Rinjani merupakan salah satu objek wisata yang menjadi andalan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Gunung Rinjani sebagai gunung vulkanik yang masih aktif nomor 2 tertinggi di Indonesia. Animo komunitas pencinta alam di seluruh nusantara bahkan dari mancanegara dalam kegiatan pendakian cukup besar, ini terbukti dengan jumlah pengunjung yang melakukan pendakian setiap tahunnya mengalami peningkatan.[butuh rujukan] Kegiatan pendakian secara besar-besaran dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus, pada bulan Agustus (pertengahan) peserta pendakian umumnya didominasi oleh kalangan pelajar/mahasiswa dari seluruh Indonesia yang ingin merayakan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di Puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak melalui kegiatan “Tapak Rinjani” yang diadakan secara rutin setiap tahunnya oleh salah satu kelompok pencinta alam di Pulau Lombok yang bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
Danau Segara Anak
Pesona unggulan Taman Nasional Gunung Rinjani yang sangat prospektif adalah Danau Segara Anak, lokasi ini dapat ditempuh dari dua jalur resmi pendakian yaitu jalur pendakian Senaru dan jalur pendakian Sembalun.
Untuk mengunjungi Danau Segara Anak dari jalur Senaru dibutuhkan waktu tempuh sekitar 7 – 10 jam berjalan kaki (± 8 Km) dari pintu gerbang jalur pendakian Sedangkan dari jalur pendakian Sembalun ditempuh dalam waktu 8 – 10 jam. Danau segara anak dengan ketinggian ± 2.010 m dpl dan kedalaman danau sekitar ± 230 meter mempunyai bentuk seperti bulan sabit dengan luasan sekitar 1.100 Ha.
Disekitar Danau Segara Anak terdapat lahan yang cukup luas dan datar, dapat digunakan untuk tempat berkemping/berkemah, juga pengunjung bisa memancing ikan di danau atau berendam di air panas yang mengandung belerang.
Objek lainnya di sekitar Danau Segara Anak adalah Hulu Sungai Koko Puteq ± 150 meter dari Danau Segara Anak. Selain itu terdapat pula Goa Susu, Goa Manik, dan Goa Payung. Goa Susu dipercaya dapat dijadikan media becermin diri serta sering pula dipergunakan sebagai tempat bermeditasi. Sedangkan di bagian bawah Danau Segara Anak terdapat sumber air panas, yaitu Aik Kalak Pengkereman Jembangan yang biasa digunakan untuk menguji dan memandikan benda-benda bertuah (Pedang, Keris, Badik, Tombak, Golok, dll.) dimana jika benda-benda tersebut menjadi lengket apabila direndam itu menandakan benda-benda tersebut jelek/tidak memiliki kekuatan supranatural, sebaliknya apabila benda-benda tersebut tetap utuh berarti benda tersebut memiliki kekuatan supranatural/dipercaya memiliki keampuhan.[butuh rujukan]
Pendakian
Setiap tahunnya, yaitu di antara bulan Juni-Agustus, banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam.[butuh rujukan]
Suhu udara rata-rata sekitar 20 °C; terendah 12 °C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus.[butuh rujukan]
Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau terletak di ketinggian 2.000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua entry point terdekat di ketinggian 600m dpl dan 1.150m dpl) di daerah Sembalun
Ada empat jalur pendakian yang resmi untuk menuju Gunung RInjani, Jalur Sembalun (Lombok Timur), Jalur Senaru (Lombok Utara), Jalur Aik Berik (Lombok Tengah), dan Jalur Timbanuh (Lombok Timur).
Kebanyakan pendaki memulai pendakian dari rute Sembalun dan mengakhiri pendakian di Senaru, karena bisa menghemat 700 m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). krim penahan panas matahari sangat dianjurkan.
Dari Rute Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 7 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2.641m dpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2.000 mdpl) yang bisa ditempuh dalam 2 jam. Di danau pengunjung bisa berkemah dan memancing. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan untuk berendam di kolam air panas dan mancing.
Untuk mencapai puncak (dari arah danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700 m dan menaiki punggungan setinggi 1.000 m yang ditempuh dalam 2 tahap. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, tempat berkemah terakhir untuk menunggu pagi hari. Pendakian ke puncak biasa dilakukan pada pukul 3 dini hari untuk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani. Perjalanan menuju puncak tergolong berat[butuh rujukan]; karena meniti di bibir kawah dengan margin safety yang pas-pasan. Daerah pendakian ini memiliki medan pasir, batu, dan tanah. Gunung Agung di Bali, Gunung Raung di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan gairah pendaki.
Keseluruhan perjalanan dapat dicapai dalam program tiga hari dua malam, atau jika hendak melihat dua objek lain: Gua Susu dan gunung Baru Jari (anak gunung Rinjani dengan kawah baru di tengah danau) perlu tambahan waktu dua hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan. Disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang berpengalaman untuk mengurangi risiko tersesat dan tetap menghormati budaya adat setempat.
Global Geopark
Gunung Rinjani adalah salah satu Taman Bumi Global atau Global Geopark dari Organisasi Keilmuan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang ada di Indonesia. Status Geopark ini didapat pada tahun 2018.[7] Gunung Rinjani menjadi salah satu dari sepuluh Global Geopark yang diakui oleh UNESCO.[8]
Galeri
Danau Segara Anak
Jalur Pendakian Sembalun
Jalan menuju Jalur Sembalun
Kaldera Rinjani
Gunung rinjani
Gunung Rinjani dari Jalur Sembalun
Gunung Rinjani dan danau Segara Anak
Pencapaian Puncak Gunung Rinjani 3726 m.dpl oleh Edwin Dharma Setiawan dan Dendi Andrian (anggota PA. GAPPETA Kebumen) pada tanggal 10 Agustus 2003