Fauna Asia atau Margasatwa Asia adalah semua hewan yang hidup di Asia serta pulau-pulau dan laut di sekitarnya. Tidak adanya batas biogeografi alami di sebelah timur, yaitu antara Eropa dan Asia, menjadikan istilah "satwa Asia" agak rancu. Asia adalah bagian timur dari zona biogeografis Palearktik (yang merupakan bagian dari zona Holarktik), dan bagian tenggaranya termasuk ke dalam zona Indomalaya (dahulu disebut Daerah Oriental). Asia dikenal memiliki banyak keanekaragaman habitat, dengan variasi curah hujan yang siginifikan, ketinggian, topografi, suhu dan sejarah geologis, yang merefleksikan kekayaan akan kehidupan satwanya.
Asal mula margastwa Asia
Formasi satwa Asia dimulai dari era Mesozoikum dengan terpecahnya benua induk Laurasia. Asia memadukan elemen dari dua benua induk Laurasia dan Gondwana. Elemen Gondwanian dikenal berasal dari Afrika dan India, yang lepas dari Gondwana sekitar 90 juta tahun lampau, membawa turunan flora fauna dari Gondwana ke utara. Pembekuan samudera selama masa awal zaman es dan imigrasi manusia mempengaruhi distribusi satwa Asia (lihat juga Teori Pompa Sahara).
Selama zaman es, Eurasia dan Amerika utara selama beberapa waktu terhubung oleh jembatan darat Bering, serta memiliki spesies mamalia dan burung yang sangat mirip, banyak hewan dari Eurasia yang berpindah ke Amerika utara, tetapi lebih sedikit spesies dari Amerika utara yang pindah ke Eurasia (beberapa ahli zoologi sepakat bahwa Palearktik dan Nearktik menjadi zona biogeografis tunggal, yaitu Holarktik).[1] Lihat juga Daftar hewan Asia yang sudah punah.
Daerah zoogeografi
Daerah Eropa-Siberia
Daerah utara Eropa-Siberia yang dingin adalah daerah Palearktik yang paling luas, yang beralih dari tundra di utara, yang mencakup Rusia dan Skandinavia hingga taiga yang amat luas, dan hutan konifer utara yang melintangi benua ini. Air dalam wujud cair sering kali tidak tersedia selama musim dingin, tanaman serta banyak binatang menjalani dormansi musim dingin yang membuat metabolisme tubuh menjadi sangat lambat. Bagian selatan taiga adalah sabuk hutan dingin berdaun lebar campuran dan hutan konifer dingin. Daerah yang luas ini memiliki karakteristik spesies tumbuhan dan hewan yang serupa. Beberapa mamalia yang menjadi ciri khas antara lain: rusa siberia, serigala kelabu, moose dan wolverine.
Cekungan Mediterania
Daratan yang berbatasan dengan Laut Mediterania di barat daya Asia adalah rumah dari kawasan ekosistem Cekungan Mediterania, yang bersama-sama membentuk derah iklim mediterania, iklim yang mencakup area paling luas dan beragam di Bumi, yang umumnya memiliki musim dingin ringan yang berhujan dan musim panas yang kering serta amat panas. Cekungan Mediterania adalah mosaik dari hutan Mediterania, daerah berhutan-hutan, dan semak daerah ini merupakan habitat dari 13.000 spesies endemik. Cekungan mediterania juga merupakan salah satu daerah biogeografis yang paling terancam di dunia; hanya 4% dari vegetasi asli daerah ini yang tersisa, aktivitas manusia, termasuk peternakan, deforestasi, dan pengubahan lahan menjadi padang rumput, pertanian, atau urbanisasi, semakin memperparah keadaan alam. Kesepakatan Internasional telah menobatkan cekungan Mediterania sebagai salah satu hotspot keanekaragaman hayati.
Gurun Timur Tengah
Sabuk gurun yang amat luas, termasuk Gurun Arabia, memisahkan Palearktik, Afrotropik dan daerah ekologi Asia yang sebenarnya. Skema ini menjadikan gurun ini sebagai salah satu zona ekologi dari daerah palearktik ; ahli biogeografi lain mengidentifikasi batas zona ekologi sebagai zona transisi antara zona ekologi gurun dengan zona ekologi cekungan Mediternia di utara, yang meletakan gurun sebagai daerah Afrotropis, sementara ada juga pendapat lain yang menganggap batasnya ada di tengah gurun. Gazelle, oryx, kucing pasir, dan kadal berekor duri adalah beberapa contoh spesies yang beradaptasi dengan lingkungan gurun, dan mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrem. Banyak spesies, seperti hyena loreng, jackal dan luak madu telah punah diakibatkan oleh perburuan, gangguan manusia dan perusakan habitat. Sementara speseies lainya mampu bertahan dalam kondisi kritis, sperti oryx arab dan gazele pasir.
Asia Tengah dan dataran tinggi Iran daerahnya berupa stepa, padang rumput dan cekungan gurun, dengan hutan montane, dataran yang berhutan, di daerah yang berupa pegunungan dan dataran tinggi. Di Asia Selatan batas dari zona Palearktik umumnya sesuai ketinggian. Ketinggian yang sedang di kaki Himalaya antara 2000–2500 m membentuk batas antara zona ekologi Palearktik dan Indomalaya.
Asia Timur
Tiongkok dan Jepang lebih lembap dan dingin daripada perbatasan Siberia dan Asia Tengah, dan merupakan habitat dari beraneka ragam konifer, tumbuhan berdaun lebar, dan hutan campuran, yang sekarang umumnya tinggal tersisa di daerah yang bergunung-gunung, sementara dataran rendah dan cekungan sungai yang padat populasinya telah diubah menjadi lahan pertanian intensif dan kepentingan kota. Asia timur tidak banyak terpengaruh oleh pembekuan samudera di zaman es. Di bagian subtropis selatan tiongkok dan Jepang, hutan sedang Palearktik bertransisi ke hutan subtropis dan hutan tropis Indomalaya, menciptakan suatu campuran keanekaragaman spesies tumbuhan dan hewan yang kaya. Pegunungan di baratdaya Tiongkok juga dijadikan hotspot biodiversitas, Himalaya contohnya, memiliki 8% dari seluruh spesies burung di dunia.[2] Di Asia Tenggara, daerah pegunungan tinggi membentuk lidah dari flora dan fauna Palearktik di Myanmar utara dan China selatan. Rintisan (pulau langit) kecil yang terisolasi muncul sepanjang Myanmar utara dan selatan, bagian paling utara Vietnam dan pegunungan tinggi di Taiwan.
Anak benua India
Daerah biologis anak benua India mencakup sebagian besar India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Bhutan, dan Sri Lanka. Rentang pegunungan Hindu Kush, Karakoram, Himalaya, dan Patkai membatasi daerah biologis di barat laut, utara, dan timur laut; jalur pegunungan ini terbentuk oleh tumbukan anak benua India dengan Asia yang dimulai 45 juta tahun lalu. Pegunungan Hindu Kush, Karakoram, dan Himalaya adalah batas biogeografis utama antara fauna subtropis dengan fauna tropis anak benua India dan zona ekologi beriklim dingin Palearktik. Western Ghats dan Sri Lanka adalah pusat keanekaragaman hayati penting.[3]
Indo-tiongkok
Daerah persebaran satwa Indo-tiongkok adalah daratan utama Asia Tenggara, termasuk Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, dan Kamboja, serta hutan subtropis di selatan Tiongkok. Daerah ini merupakan bagaian yang paling beranekaragam dari zona ekologi Indomalaya, dengan bioma yang dominan berupa hutan lembap subtropis dan tropis berdaun lebar dan hutan kering berdaun lebar. Spesies dan familia baru sering ditemukan disini (misalnya Laonastes aenigmamus). Hutan-hutan ini juga merupakan habitat dari sekitar 500 spesies mamalia asli. Spesies burungnya juga sangat beragam, yaitu sebanyak 1.300 spesies. Lebih dari 500 spesies reptil dan lebih dari 300 spesies amfibi juga bisa ditemukan disini, dan beberapa diantaranya juga merupakan fauna endemik. Lihat juga hotspot keanekaragaman hayati Indo-Burma.
Paparan Sunda dan Filipina
Malesia adalah daerah yang memisahkan antara zona Indomalaya dan Australasia. Daerah ini termasuk semenanjung Malaka dan pulau bagian barat Indonesia (Sumatra, Jawa, kalimantan dan lain-lain, yang dikenal sebagai tanah sunda), filipina, pulau-pulau Indonesia timur, dan New Guinea. Secara botanis kebanyakan tumbuhan di Malesia hampir serupa, bagian timur dan barat Garis Wallace sangat berbeda spesies hewan daratnya; dataran Sunda satwanya serupa dengan dataran utama Asia, sementara pulau-pulau di sebelah timur Garis Wallace masing-masing memiliki sedikit mamalia darat, dan merupakan habitat fauna turunan Australia, termasuk mamalia berkantung (marsupial) dan sejenis burung kasuari. Meskipun demikian, serangga dari New Guinea juga berasal dari Asia.[4]
Asia Selatan kaya akan kehidupan air tawar, dengan 10% dari seluruh spesies dunia (lebih dari 2000 spesies).
Fauna laut
Ada banyak persamaan dan keterkaitan antara fauna Mediterania dengan fauna Atlantik. Fauna berhabitat air-dalam dari Mediterania tidak memiliki karakteristik khusus dan relatif sedikit. Kedua hal tersbut diakibatkan oleh peristiwa krisis salinitas messinian.[5] Invasi spesies dari Samudera Hindia telah dimulai sejak Terusan Suez dibuka (lihat Migrasi Lessepsian).
Perairan Indo-Pasifik adalah daearah biogeografis yang kaya, termasuk kebanyakan laut di Asia, yang meliputi perairan tropis di Samudra Hindia, Samudera Pasifik tengah dan barat, perairan Indo-Pasifik juga mengubungkan dua daerah umum di Indonesia (belum termasuk daerah dekat kutub yang dingin dari samudera Pasifik dan Hindia, dan Pasifik timur tropis, jajaran pantai pasifik Amerika juga merupakan lingkungan laut yang berbeda).
Populasi dan habitat margsatwa lintas Asia telah dihancurkan oleh eksploitasi industri dan pertanian yang tak terkontrol, pengembangan infrastruktur (konstruksi bendungan, jalan dan fasilitas wisata), serta aktivitas ilegal seperti perburuan dan pencurian kayu. Dampaknya adalah hilangnya keanekaragaman hayati dan hilangnya mata pencaharian. Budaya penggunaan satwa liar sembarangan yang dikombinasikan dengan kemiskinan, pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang pesat telah menciptakan gelombang tekanan pada ekosistem alam. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang spektakuler, menguras sumber daya alam di seluruh wilayah.[6] Asia Tenggara memiliki tingkat deforestasi tertinggi di antara daerah tropis utama lain dan mungkin kehilangan 3/4 hutan aslinya pada tahun 2100 serta kehilangan sekitar 42% dari keanekaragaman hayati yang dimilikinya[7]
^C.B.Cox, P.D.Moore, Biogeography: An Ecological and Evolutionary Approach. Wiley-Blackwell, 2005
^Price, T. D., J. Zee, K. Jamdar, and N. Jamdar. 2003. Bird species diversity along the Himalaya: a comparison of Himachal Pradesh with Kashmir J. Bombay Nat. Hist. Soc. 100:394–410
^Helgen,K.M., Groves,C.P. Biodiversity in Sri Lanka and the Western Ghats. Science, vol 308, 8.apr. 2005
^R.J.Whittaker, J.M.Fernández-Palacios, Island Biogeography. Ecology, evolution, and conservation. Oxford University Press, 2007
^C.C.Emig, P.Geistdoerfer, The Mediterranean deep-sea fauna: historical evolution, bathymetric variations and geographical changes, Carnets de Géologie / Notebooks on Geology, 2004