Pria berdarah Angkola ini merupakan salah seorang cucu dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik. Nenek Faisal, Fatimah Syam Hutauruk, adalah kakak kandung Adam Malik.[2] Basri merupakan nama ayahnya (Hasan Basri Batubara) yang ia lekatkan kepada dirinya sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ayahnya.
Faisal lahir di Bandung pada 6 November 1959 dari pasangan Hasan Basri, seorang pegawai perusahaan percetakan di Jakarta, dan Saidah Nasution. Ia mengenyam pendidikan di SD Negeri Halimun I Pagi, SMP Negeri 67 Jakarta, dan SMA Negeri 3 Jakarta.[3]
Pada 1978, Faisal lulus seleksi masuk tiga perguruan tinggi ternama: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, dan Akademi Ilmu Statistik. Ia memutuskan memilih masuk FE-UI karena ketertarikannya pada ekonomi politik setelah membaca majalah Prisma. Ia sempat aktif mengurusi majalah kampus Berita Mahasiswa, dan bergabung menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa hanya sampai tingkat tiga kuliah.[3]
Pada 1981, Faisal memulai karier sebagai peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FE-UI untuk membiayai uang kuliahnya setelah ayahnya wafat. Sebagai peneliti LPEM FE-UI, ia juga diwajibkan mengajar sebagai asisten dosen. Pada 1985, ia berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi (Drs.) dari Universitas Indonesia.[3]
Selepas lulus kuliah, selain diangkat menjadi dosen tetap di FE-UI, Faisal juga sering menjadi asisten peneliti untuk Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Di tahun 1985, ia dilibatkan menjadi Anggota Tim "Perkembangan Perekonomian Dunia" pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Pengawasan Pembangunan hingga 1987. Kemudian pada 1988 dengan beasiswa ia berhasil meraih gelar Master of Arts dalam bidang ekonomi dari Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat. Pada 1991, ia menjadi Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FE-UI. Pada 1993, ia dipromosikan menjadi Kepala LPEM FE-UI dan menjabat hingga 1995. Pada 1995, ia diangkat menjadi tenaga ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi Indonesia hingga 1999. Ia sempat melanjutkan kuliah program doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia antara 1995 hingga 1998, tetapi mengundurkan diri.[3]
Pada Agustus 1995, Faisal ikut mendirikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).[4] Di tahun 1995 pula, ia diangkat menjadi Ketua Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan FE-UI dan menjabat hingga 1998. Menjelang kejatuhan Presiden Soeharto akibat krisis finansial Asia 1997, ia terlibat dalam diskusi dan orasi demonstrasi bersama mahasiswa UI. Pada 1999 hingga 2003, ia diangkat menjadi Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Jakarta.[3]
Karier politik
Pada 14 Mei 1998, Faisal ikut menjadi salah satu pendiri Majelis Amanat Rakyat, yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN) di mana ia ditunjuk sebagai Sekretaris jenderal. Pada 2000, ia mengundurkan diri dari jabatannya di PAN dan diangkat menjadi Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan partai yang hanya dijalaninya selama setahun hingga mengundurkan diri dari partai.[3]
Pada 2000, Faisal diangkat menjadi Anggota Tim Asistensi Ekonomi, Keuangan, dan Industri Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid. Ia juga mendirikan dan bergabung dengan beberapa organisasi nirlaba seperti Pergerakan Indonesia, Forum Indonesia Damai, Komisi Darurat Kemanusiaan, Dewan Tani Indonesia, Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.[3] Pada tahun 2000 hingga 2006, ia diangkat menjadi anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha.[3][5] Pada 14 November 2014, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM) Sudirman Said mengangkat Faisal Basri menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi.[6][7]
1981-sekarang: Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, Sejarah Pemikiran Ekonomi
1988-sekarang: Pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), Program Pascasarjana Universitas Indonesia untuk mata kuliah Analisis Lingkungan Bisnis, Perdagangan Internasional, Keuangan Internasional, dan Makroekonomi untuk Manajer, Ekonomi Regulasi, Ekonomi Politik, dan Etika Perencanaan
1997-sekarang: Editorial Board, Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Journal of the Indonesian Economy), diterbitkan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
1999-2003: Ketua, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta
1995-2000: Expert (dan Pendiri), Institute for Development of Economics & Finance (Indef)
1999-2000: Redaktur Ahli Koran Mingguan “Metro”
1999-2000: Dewan Pengarah Jurnal Otonomi, diterbitkan oleh Yayasan Pariba
2000: Anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI
1995-1999: Tenaga Ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi
1981-1998: Peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI
1987-1998: Pengajar pada Program Extension FEUI untuk mata kuliah Perekonomian Indonesia, Teori Makroekonomi, Metode Penelitian, Ekonomi Internasional, dan Organisasi Industri
1991-1998: Sekretaris Program pada Pusat Antar Universitas bidang Ekonomi, Universitas Indonesia
1991-1998: Pengajar pada Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi-Politik Hubungan Internasional; dan Jepang & Negara-negara Industri Baru, dan Ekonomi Politik Internasional
1992-1998: Anggota Redaksi Jurnal Ekonomi Indonesia, diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
1995-1998: Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEUI
1995-1998: Pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, bidang studi Ekonomi, untuk mata kuliah Strategi dan Kebijakan Pembangunan; dan Program Studi Kajian Wanita; dan Program Studi Khusus Hubungan Internasional
1995-1998: Guest Editor pada NIPPON (Seri Publikasi Monograf Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia)
1996-1998: Anggota Dewan Redaksi Majalah Kajian Ekonomi-Bisnis “Media Eksekutif”, Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
1997-1998: Research Associate dan Koordinator Penelitian Bidang Ekonomi dalam rangka kerja sama penelitian antara Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia dengan University of Tokyo
1993-1997: Koordinator Bidang Ekonomi, Panitia Kerja Sama Kebahasaan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim)
1993-1995: Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI)
1994-1995: Pakar Ekonomi pada P3I DPR-RI
1991-1993: Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI
1989-1990: Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI
1990: Pengajar pada Sekolah Tinggi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) untuk mata kuliah Pengantar Makroekonomi
1985-1987: Anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN
Kegiatan lain
Pergerakan Indonesia (PI), pendiri
American Economist Association (AEA), anggota
Society for International Development (SID), anggota
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI): 1996-2000 sebagai Pembantu Ketua Bidang III
Komite Pemantau Korupsi Nasional (KONSTAN) – National Corruption Watch (NCW), sejak peresmian pada 6 April 2000 sebagai Ketua Dewan Etik.
Partai Amanat Nasional (PAN): Pendiri; periode 1998-2000 sebagai Sekretaris Jenderal; 2000-01 sebagai Ketua yang membawahi bidang Penelitian dan Pengembangan.
Beasiswa
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama antar Universitas/IUC (Bank Dunia XVII), 1987-88.
Kehidupan pribadi
Faisal Basri menikahi Syafitrie Nasution dan memiliki tiga orang anak bernama Anwar Ibrahim Basri, Siti Nabila Azuraa Basri, dan Muhammad Attar Basri.[3]
Kematian
Faisal Basri meninggal dunia di Rumah Sakit Mayapada Jakarta pada 5 September 2024 pukul 03.50 WIB dalam usia 64 tahun.[11] Ia mengidap sakit jantung dan diabetes. Sepekan sebelum meninggal, ia menghadiri undangan para petani di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dan mengikuti festival durian di sana. Kesehatannya menurun sepulang dari acara itu dan ia dibawa ke rumah sakit.[12] Jenazah Faisal Basri dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta, di atas makam ayahnya.[13] Pemakaman dihadiri oleh mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas, dan budayawan Eros Djarot.[14]
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani yang merupakan rekan Faisal Basri saat bekerja di LPEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, mengenang Faisal sebagai seorang ekonom nasionalis yang memberikan masukan kepada pemerintah untuk perbaikan pembangunan.[15] Sementara mantan Menteri ESDM Dahlan Iskan mengenang Faisal Basri sebagai analis ekonomi yang tajam dan berkepribadian mulia: tinggal di apartemen sederhana, menggunakan transportasi umum, selalu menyandang ransel dan memakai sandal-sepatu.[16] Mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengenang Faisal Basri sebagai ekonom yang kritis terhadap pemerintah dan memberikan keteladanan dalam kejujuran dan integritas.[17]
Penghargaan
Dosen Teladan III Universitas Indonesia (1996)
Penghargan “Pejuang Anti Korupsi 2003,” diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), Gedung Joang 45, Jakarta, 15 Januari 2004
“FEUI Award 2005″ untuk kategori prestasi, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial kemasyarakatan, Depok, 17 September 2005
^Fausta, Satria Rangga (19 November 2011). "Faisal Basri". MEasia magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)