Empat Penglihatan adalah empat situasi yang dilihat oleh Pangeran Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha, yang meyakinkannya untuk meninggalkan kehidupan mewahnya dan menuntunnya di jalan menuju pencerahan.[1]
Keempat penglihatan tersebut yakni orang tua, orang sakit, orang mati, dan petapa, yang memaparkan Siddhartha pada realitas penderitaan dan ketidakkekalan manusia, yang pada akhirnya menuntunnya untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan pencerahan. Penglihatan-penglihatan ini sangat penting dalam memahami transformasi Siddhartha dan dasar ajaran Buddha tentang penderitaan dan jalan menuju pembebasan.[2]
Kisah legendaris tentang Empat Penglihatan
Latar belakang
Siddhartha, berasal dari Kesatria dari Sakya. Ia lahir di Lumbini dekat Kapilavastu di Nepal. Ayahnya adalah raja dari klan Sakya. Setelah kelahiran putranya, Raja Śuddhodana memanggil delapan Brahmana untuk meramalkan masa depan putranya. Sementara tujuh dari mereka menyatakan bahwa sang pangeran akan menjadi seorang Buddha atau raja besar, Brahmana Kaundinya yakin bahwa ia akan meninggalkan keduniawian dan menjadi seorang Buddha.[3]
Śuddhodana, yang bertekad agar putranya menjadi raja besar, mengurung sang pangeran di dalam istana dan mengelilinginya dengan kesenangan dan kemewahan duniawi, dengan demikian menyembunyikan kenyataan hidup yang mungkin mendorongnya untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan ini dan menjadi seorang petapa.[4]