Sejarah desa Tunggu berangkat dari kisah tiga orang tokoh yang merupakan sesepuh pendiri desa, yaitu Sojoyo (anak Kepala Desa Watu Pawon), Mbah Kuryo, dan Mbah Mengir dari Sekar Lor. Pada masa kekuasaan Hindia Belanda tahun 1825, konon Mbah Mengir pindah ke suatu tempat. Dia menunggu kedua temannya (Sojoyo dan Mbah Kuryo), yang terlambat datang. Atas peristiwa itu, akhirnya wilayah tersebut dinamakan 'Tunggu'.