Niccolò Machiavelli (3 Mei 1469 – 21 Juni 1527) adalah diplomat dan politikus asal Italia yang juga seorang filsuf.[1] Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio ("Diskursus tentang Livio") dan Il Principe ("Sang Penguasa"), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu.
Il Principe, atau Sang Penguasa menguraikan tindakan yang bisa atau perlu dilakukan seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan.[2]
Nama Machiavelli, kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk, untuk menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan seperti ini disebut makiavelis.
Asal
Niccolò dilahirkan di Firenze, 3 Mei 1469. Ayahnya bernama Bernardo, dan keluarganya termasuk golongan terkemuka —walaupun tidak seberkuasa keluarga Pazzi ataupun Medici.[3] Ketika ia lahir, kondisi yang dialami keluarganya sedang sulit dan ayahnya itu sedang mengalami kebangkrutan. Ayahnya yang ahli hukum itu, menurut hukum dilarang menjalankan profesinya. Sehingga, diam-diam profesi ini ayahnya lakoni dengan menawarkan layanan berbiaya rendah guna menolong orang-orang yang berada dalam kondisi tak menguntungkan.[3]
Karya
Karya-karya Machiavelli tidak hanya di bidang politik, tetapi juga sejarah, yaitu; History of Florence, Discourse on the First Decade of Titus Livius, a Life of Castruccio Castrancani, dan History of the Affair of Lucca. Di bidang kesusasteraan, dia pernah menulis suatu tiruan dari the Golden Ass of Apuleius, the play Mandragola, serta Seven Books on the Art of War. Tentu saja di antara karya-karyanya yang paling banyak dikenal adalah The Prince (1932). Isu utama dalam buku ini adalah bahwa semua tujuan dapat diusahakan untuk membangun dan melestarikan kekuasaan sebagai tujuan akhir yang dapat dibenarkan. Dan seburuk-buruknya tindakan pengkhianatan adalah penguasa yang dijustifikasi oleh kejahatan dari yang diperintah.
The Prince dinyatakan terlarang oleh Paus Clement VIII.
Selengkapnya karya-karya Machiavelli dalam bahasa Italia meliputi; Discorso sopra le cose di Pisa (1499), Del modo di trattare i popoli della Valdichiana ribellati (1502), Del modo tenuto dal duca Valentino nell’ ammazzare Vitellozo Vitelli, Oliverotto da Fermo (1502), Discorso sopra la provisione del danaro (1502), Decennale primo (1506 poema in terza rima), Ritratti delle cose dell’Alemagna (1508-1512), Decennale secondo (1509), Ritratti delle cose di Francia (1510), Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (1512-1517), Il Principle (1513), Andria (1517), Mandragola (1518), Della lingua (1514), Clizia (1525), Belfagor arcidiavolo (1515), asino d’oro (1517), Dell’arte della guerra (1519-1520), Discorso sopra il riformare lo stato di Firenze (1520), Sommario delle cose della citta di Lucca (1520), Vita di castruccio Castracani da Lucca (1520), Istorie fiorentine (1520-1525), dan Frammenti storici (1525).
Karya-karya Machiavelli mengakibatkan banyak pihak yang menempatkannya sebagai salah satu pemikir brilian pada masa renaissance, sekaligus figur yang sedikit tragis. Pemikiran Machiavelli berkembang luas pada abad ke-16 dan ke-17 sehingga namanya selalu diasosiasikan penuh liku-liku, kejam, serta dipenuhi keinginan rasional yang destruktif. Tidak ada pemikir yang selalu disalahpahami daripada Machiavelli. Kesalahpahaman tersebut terutama bersumber pada karyanya yang berjudul The Prince yang memberikan metode untuk mendapatkan dan mengamankan kekuasaan politik. Selain itu, juga terdapat karya lain yang banyak menjadi Referensi yaitu Discourses on the Ten Books of Titus Livy.
Terdapat tiga pandangan berbeda terhadap Machiavelli dilihat dari karya-karyanya. Pandangan pertama, menyatakan bahwa Machiavelli adalah pengajar kejahatan atau paling tidak mengajarkan immoralism dan amoralism. Pandangan ini dikemukakan oleh Leo Strauss (1957) karena melihat ajaran Machiavelli menghindar dari nilai keadilan, kasih sayang, kearifan, serta cinta, dan lebih cenderung mengajarkan kekejaman, kekerasan, ketakutan, dan penindasan.
Pandangan kedua, merupakan aliran yang lebih moderat dipelopori oleh Benedetto Croce (1925) yang melihat Machiavelli sekadar seorang realis atau pragmatis yang melihat tidak digunakannya etika dalam politik. Padangan ketiga yang dipelopori oleh Ernst Cassirer (1946), yang memahami pemikiran Machiavelli sebagai sesuatu yang ilmiah dan cara berpikir seorang scientist. Dapat disebutkan sebagai “Galileo of politics” dalam membedakan antara fakta politik dan nilai moral (between the facts of political life and the values of moral judgment).
Inovasi Machiavelli dalam buku Discourses on Livy dan The Prince adalah memisahkan teori politik dari etika. Hal itu bertolakbelakang dengan tradisi barat yang mempelajari teori politik dan kebijakan sangat erat kaitannya dengan etika seperti pemikiran Aristoteles yang mendefinisikan politik sebagai perluasan dari etika. Dalam pandangan barat, politik kemudian dipahami dalam kerangka benar dan salah, adil dan tidak adil. Ukuran-ukuran moral digunakan untuk mengevaluasi tindakan manusia di lapangan politik. Saat itu, Machiavelli telah menggunakan istilah la stato, yang berasal dari istilah latin status, yang menunjuk pada ada dan berjalannya kekuasaan dalam arti yang memaksa, tidak menggunakan istilah dominium yang lebih menunjuk pada kekuasaan privat.
Buku-buku abad pertengahan memberikan kepercayaan bahwa penggunaan kekuasaan politik hanya dibenarkan jika dimiliki oleh orang-orang yang memiliki karakter memenuhi nilai-nilai luhur. Jika pemegang kekuasaan menginginkan kedamaian dan tetap menduduki jabatannya, harus bertindak sesuai dengan standar kebaikan dan etika. Mereka hanya akan dipatuhi sepanjang menunjukkan pemenuhan nilai-nilai moral.
Adalah Machiavelli yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik tanpa merujuk pada sumber-sumber etis ataupun hukum. Inilah pendekatan pertama yang bersifat murni scientific terhadap politik. Bagi Machiavelli, politik hanya berkaitan dengan satu hal semata, yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Hal lainnya, seperti agama dan moralitas, yang selama ini dikaitkan dengan politik sesungguhnya tidak memiliki hubungan mendasar dengan politik, kecuali bahwa agama dan moral tersebut membantu untuk mendapat dan mempertahankan politik. Keahlian yang dibutuhkan untuk mendapat dan melestarikan kekuasaan adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui dengan benar apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dikatakan dalam setiap situasi.
Machiavelli mengakui bahwa hukum yang baik dan tentara yang baik merupakan dasar bagi suatu tatatan sistem politik yang baik. Namun karena paksaan dapat menciptakan legalitas, maka dia menitikberatkan perhatian pada paksaan. Karena tidak akan ada hukum yang baik tanpa senjata yang baik, maka Machiavelli hanya akan membicarakan masalah senjata. Dengan kata lain, hukum secara keseluruhan bersandar pada ancaman kekuatan yang memaksa. Otoritas merupakan hal yang tidak mungkin jika terlepas dari kekuasaan untuk memaksa. Oleh karena itu, Machiavelli menyimpulkan bahwa ketakutan selalu tepat digunakan, seperti halnya kekerasan yang secara efektif dapat mengontrol legalitas. Seseorang akan patuh hanya karena takut terhadap suatu konsekuensi, baik kehilangan kehidupan atau kepemilikan. Argumentasi Machiavelli dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa politik secara keseluruhan dapat didefinisikan sebagai supremasi kekuasaan memaksa. Otoritas adalah suatu hak untuk memerintah.
Dalam the Prince digambarkan cara-cara agar seorang individu dapat memperoleh dan mempertahankan kekuasaan negara. Situasi sosial dan politik dalam buku tersebut dilukiskan dalam kondisi yang sangat tidak dapat diprediksi dan mudah berubah. Hanya orang hebat dengan pikiran penuh perhitungan yang dapat menaklukkan kondisi sosial politik tersebut. Penolakan Machiavelli terhadap penghakiman etis dalam politik mengakibatkan pemikirannya disebut sebagai pemikiran renaisans yang anti-Christ.
Citra Machiavelli yang menentang kekuasaan gereja juga terlihat dalam buku the Discourse yang secara jelas menyatakan bahwa bahwa Kristianitas konvensional melemahkan manusia dari kekuatan yang diperlukan untuk menjadi masyarakat sipil yang aktif. Dalam the Prince juga terdapat penghinaan, disamping penghormatan, terhadap kondisi gereja dan kepausan pada saat itu. Pandangan-pandangan Machiavelli mengakibatkan beberapa penulis seperti Sullivan (1996) dan Anthony Parel (1992) berpendapat bahwa Machiavelli adalah penganut agama pagan seperti masyarakat Romawi kuno.
Untuk memahami pemikiran Machiavelli, negara tidak boleh dipikirkan dalam kacamata etis, tetapi dengan kacamata medis. Pada saat itu, Italia sedang menderita dan menyedihkan, sedangkan Florentine dalam bahaya besar. Untuk itu negara harus dibuat menjadi kuat bukan dengan pendekatan etis tetapi medis. Rakyat yang berkhianat harus diamputasi sebelum menginfeksi seluruh negara (seditious people should be amputated before they infect the whole state). Machiavelli melihat politik seperti kondisi medan perang yang harus ditaklukkan.
Nilai (virtú), dalam bahasa Machiavelli dipahami sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginannya dalam situasi sosial yang berubah melalui kehendak yang kuat, kekuatan, serta perhitungan dan strategi yang brilliant. Bahkan, untuk mendapatkan cinta seorang perempuan (Fortune), seorang raja yang idela tidak meminta atau memohon, tetapi mengambilnya secara fisik dan melakukan apapun yang dia mau. Skandal tersebut melambangkan potensi manusia yang sangat kuat di lapangan politik.
Virtú, dalam konsepsi Machiavelli adalah kualitas personal yang dibutuhkan oleh seorang raja untuk mengelola negaranya dan meningkatkan kekuasaannya. Raja harus memiliki kualitas virtú yang paling tinggi, bahkan jika dibutuhkan untuk dapat bertindak sangat jahat. Untuk dapat menjadi seseorang yang memiliki kualitas virtú, raja harus bersifat fleksibel (flexible disposition). Orang yang sesuai untuk memegang kekuasaan menurut Machiavelli adalah seseorang yang dapat melakukan berbagai tindakan dari yang baik hingga yang buruk. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan Virtú adalah segala hal yang terkait dengan kekuasaan. Penguasa Virtú dituntut untuk memiliki kompetensi menjalankan kekuasaan. Memiliki Virtú berarti memiliki kemampuan atas segala aturan yang terkait dengan menjalankan kekuasaan secara efektif. Virtú adalah kekuasaan politik.
Konsepsi lain yang menghubungkan antara Virtú dengan pelaksanaan kekuasaan yang efektif adalah Fortuna. Fortuna adalah musuh dari tatanan politik, merupakan ancaman bagi keselamatan dan keamanan negara. Penggunaan konsep fortuna ini menimbulkan banyak perdebatan. Secara konvensional, fortuna diartikan sebagai keramahan, sesuatu yang lunak dan tidak berbahaya, tetapi juga sifat ketuhanan yang berubah-ubah sebagai sumber dari kebaikan sekaligus keburukan manusia. Sedangkan Machiavelli mengartikan fortuna sebagai kedengkian dan sumber kesengsaraan manusia yang tidak dapat ditoleransi (uncomprommising fount of human misery), penderitaan, dan musibah. Jika fortuna menentukan kemajuan yang dicapai umat manusia, maka tidak ada seorangpun yang dapat bertindak secara efektif berhadapan dengan ketuhanan.
Dia menggambarkan fortuna menyerupai “satu dari sungai kita yang merusak, yang pada saat marah akan mengubah daratan menjadi danau, meruntuhkan pohon dan bangunan, mengambil dunia dari satu titik dan meletakkannya pada titik lain; semua orang melarikan diri sebelum banjir; semua orang marah dan tidak ada yang dapat menolak” (one of our destructive rivers which, when it is angry, turn the plains into lakes, throws down the trees and buildings, takes earth from one spot, puts it in another; everyone flees before the flood; everyone yields to its fury and nowhere can repel it). Kemarahan dan musibah tersebut tidak berarti berada di luar kekuasaan manusia. Sebelum hujan tiba, masih mungkin untuk melakukan sesuatu untuk mengalihkan atau mengubah konsekuensinya. Gambaran tersebut dikemukanan oleh Machiavelli untuk menyatakan bahwa fortuna dapat diatasi oleh manusia, tetapi harus dengan persiapan dengan Virtú dan kebijakan.
Kesuksesan politik bergantung kepada apresiasi berjalannya fortuna. Pengalaman Machiavelli mengajarkan bahwa adalah lebih baik bergerak cepat (impetuous) daripada berhati-hati, karena fortuna adalah seorang perempuan dan diperlukan untuk menempatkannya di bawah kita, mengacaukan dan menganiayanya. Dengan kata lain, fortuna menuntut respon kekerasan dari mereka yang hendak mengontrolnya.
Jika buku the Prince banyak menimbulkan perdebatan, maka tidak demikian halnya dengan buku the Discourses on the Ten Books of Titus Livy yang oleh banyak ahli dipandang mewakili komitmen dan kepercayaan politik pribadi Machiavelli, khususnya terhadap republik. Dalam semua karyanya, secara konsisten Machiavelli membagi tatanan kehidupan sipil dan politik menjadi yang bersifat minimal dan yang penuh yang memengaruhi pencapaian kehidupan bersama.
Tatanan konstitusional yang minimal adalah di mana subjek hidup dengan aman (vivere sicuro), diatur oleh pemerintah yang kuat yang senantiasa mengawasi perkembangan bangsawan dan rakyatnya, tetapi diimbangi dengan mekanisme hukum dan institusional lainnya. Sedangkan tatanan konstitusional yang penuh, tujuan tatanan politik adalah untuk kebebasan masyarakat (vivere libero) yang diciptakan secara aktif oleh partisipasi dan interaksi antara kaum bangsawan dan rakyat.
Nicolo Machiavelli memandang kekuasaan bukanlah semata – mata untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan dan kesejahteraan negara, itulah prinsip Machiavelli. Ada beberapa hal yang diungkapkan Machiavelli kepada seorang penguasa dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa harus respect terhadap situasi dan kondisi negaranya. Jangan sampai seorang penguasa melakukan tindakan yang salah dalam mengambil tindakan politik.[4] Mengenai kekuasaan dan penguasa, bagi Machiavelli kekuasaan merupakan raison d’etre negara. Negara itu merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan politik yang sifatnya mencakup semua serta mutlak. Bertolak dari pandangan Machiavell itu, menurut Ahmad Suhelmi tokoh ini memiliki obsesi terhadap negara kekuasaan dimana kedaulatan tertinggi terletak pada kekuasaan penguasa dan bukan rakyat dan prinsip-prinsip hukum. Machiavelli juga mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan kekuasaan dapat saja menggunakan cara-cara keji dan tidak baik. Namun hal tersebut hanya menjadikan ia sebagai penguasa yang berkuasa bukan penguasa yang dihormati. Dan negara yang maju harus dibentuk oleh satu orang, peraturan-peraturan dan pemerintah yang diciptakannya menentukan watak nasional daripada bangsanya.[5]
Selama kariernya sebagai sekretaris dan diplomat pada Republik Florentine, Machiavelli mendapatkan pengalaman di lingkungan inti pemerintahan Prancis yang menurut pandangannya adalah model konstitusional minimal (the “secure” [but not free] polity). Machiavelli melihat kerajaan Prancis dan Rajanya memiliki dedikasi terhadap hukum. Dia menyatakan bahwa kerajaan Prancis merupakan kerajaan yang pada saat itu paling baik pengaturan hukumnya. Raja Prancis dan para bangsawan yang berkuasa dikontrol oleh aturan hukum yang dilaksanakan oleh otoritas independen dari parlemen. Oleh karena itu, kesempatan adanya tindakan tirani yang tak terkendali dapat dieliminasi.
Bagaimanapun bagusnya penataan dan kepatuhan hukum dalam rezim yang demikian, menurut pandangan Machiavelli tidak sesuai dengan vivere libero. Sepanjang terdapat kehendak publik untuk mendapatkan kebebasannya, raja yang tidak dapat memenuhinya harus meneliti apa yang dapat membuat mereka menjadi bebas. Dia menyimpulkan bahwa beberapa individu menginginkan kebebasan hanya untuk dapat memerintah yang lain. Sebaliknya, sebagian besar mayoritas rakyat mengalami kebingungan antara kebebasan dan keamanan, membayangkan bahwa keduanya adalah identik. Namun ada juga yang menginginkan kebebasan untuk tujuan hidup dengan aman (vivere sicuro). Machiavelli kemudian menyatakan bahwa rakyat hidup dengan aman (vivere sicuro) tanpa alasan lain dibanding dengan rajanya yang terikat hukum guna memberikan keamanan bagi seluruh rakyat. Karakter kepatuhan terhadap hukum dari rezim Prancis adalah untuk memastikan keamanan, tetapi keamanan tersebut jika diperlukan tidak boleh dicampurkan dengan kebebasan. Inilah batasan dari aturan dari monarki, bahkan untuk kerajaan yang paling baik, tidak akan dapat menjamin rakyatnya dapat diperintah dengan tenang dan tertib.ini merupakan hal yang sangat membanggakan.
^Mujahid, Haikal. 2011. Etika dan Kekuasaan: Pemikiran Niccolo Machiavelli Atas Etika dan Kekuasaan dalam Ranah Politik. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta (Skripsi)
^Syam, Firdaus. 2007. Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Bumi Aksara: Jakarta.
Bacaan
Strathern, Paul (2001). 90 Menit Bersama Machiavelli. Jakarta: Penerbit Erlangga. ISBN 979-688-281-7.
The ParthenonTypeStudent newspaperFormatTabloidSchoolMarshall UniversityEditorTyler SpenceFounded1898[1]Headquarters109 Communications Building 1 John Marshall Drive Huntington, West Virginia United StatesCirculation6,000Websitemarshallparthenon.com The Parthenon is the independent student newspaper of Marshall University based in Huntington, West Virginia. The paper began publication in 1898. It currently is published in print on Tuesdays with content added daily online. It is distri...
Sidse Babett KnudsenKnudsen di César Awards 2016Lahir22 November 1968 (umur 55)[1]Kopenhagen, DenmarkPekerjaanAktrisTahun aktif1994–sekarang Sidse Babett Knudsen (pengucapan bahasa Denmark: [ˈsisə b̥ab̥ɛd̥ ˈkʰnusn̩]; lahir 22 November 1968)[1] adalah aktris Denmark yang terjun di dunia perfilman, televisi, dan teater. Knudsen mengawali kariernya lewat komedi improvisasi Let's Get Lost (1997). Atas peran pertamanya, ia memenangi Robert Award dan Bodi...
Bank Thailandธนาคารแห่งประเทศไทย(ธปท.)Kantor pusat Bangkok, ThailandGubernurPrasarn TrairatvorakulNegara Kerajaan ThaiMata uangBahtTHB (ISO 4217)Situs webwww.bot.or.th Bank of Thailand (BOT) (Thai: ธนาคารแห่งประเทศไทยcode: th is deprecated ) adalah bank sentral Thailand. BOT pertama kali ditetapkan sebagai Biro Perbankan Nasional Thailand. Undang-Undang Bank of Thailand disahkan pada tanggal 28 April 1942, ...
1984 studio album by Jimmy BarnesBodyswerveStudio album by Jimmy BarnesReleased10 September 1984StudioRhinoceros Studios, SydneyGenreHard rockLanguageEnglishLabelMushroomProducerJimmy Barnes, Mark OpitzJimmy Barnes chronology Bodyswerve(1984) For the Working Class Man(1985) Singles from Bodyswerve No Second PrizeReleased: August 1984 Promise Me You'll CallReleased: November 1984 DaylightReleased: January 1985 Bodyswerve is the debut solo album by former Cold Chisel vocalist Jimmy Bar...
أوغادين Ogaadeen أوغادين علم أوغادينعلم Shaded relief map of Ethiopia, cropped and centered on the Ogaden area الإحداثيات 7°17′N 44°18′E / 7.28°N 44.3°E / 7.28; 44.3 تقسيم إداري Region (non-administrative) Ogaden خصائص جغرافية المساحة 327٬068 كم2 (126٬282 ميل2) عدد السكان (July 2012)[بحاجة لمصدر] المجموع 5,148,989...
Largest Mass Murder of Lithuanian Jews Ninth Fort. Part of a series on theHistory of Jews andJudaism in Lithuania Historical Timeline • List of Jews Groups Orthodox Misnagdim Perushim Musarists Hasidim Chabad-Lubavitch Karlin Lechovitch Secular Haskalah General Jewish Labour Bund Autonomism Folkspartei Seymists Zionist Betar Poale Zion Komverband HeHalutz Hovevei Zion Tarbut Synagogues Beit Medrash Hagadol Choral Synagogue Great Synagogue of Vilna Merchants Synagogue Kau...
Pietists who broke with Lutheranism Title page from Nordische Sammlungen, a work in German, covering the martyrdom of several Radical Pietists in Sweden Radical Pietism are those Christian churches who decided to break with denominational Lutheranism in order to emphasize certain teachings regarding holy living. Radical Pietists contrast with Church Pietists, who chose to remain within their Lutheran denominational settings. Radical Pietists distinguish between true and false Christianity and...
British Archdeacon James Herbert SrawleyJames Herbert Srawley in 1917 Christianity portalJames Herbert Srawley (1868–1954) was Archdeacon of Wisbech from 1916 to 1923.[1] Srawley was educated at King Edward's School, Birmingham and Gonville and Caius College, Cambridge[2] and ordained Deacon in 1893 and Priest in 1894. After a curacy at St Matthew's Church, Walsall he was Vice-Principal of Lichfield Theological College then a Lecturer at Selwyn College, Cambridge.[3]...
Scottish plant pathologist (1898–1980) Lawrence OgilvieOgilvie in his Bermuda Department of Agriculture laboratory in the mid-1920sBorn5 July 1898The Manse, Rosehearty, Aberdeenshire, ScotlandDied16 April 1980Winford Hospital, BristolNationalityScottishAlma materUniversity of Aberdeen (BSc, MA) University of Cambridge (MSc)Known forPlant pathology of crops in Bermuda 1923–1928 and Britain 1928–1965, entomology in BermudaSpouseDoris Katherine Raikes Turnbull Lawrence Ogilvie (5...
Canadian software developer Tim BrayBorn (1955-06-21) June 21, 1955 (age 69)Fort Vermilion, Alberta, CanadaEducationUniversity of Guelph (BS)Employers Digital Equipment Corporation University of Waterloo Waterloo Maple Open Text Corporation[1] Antarctica Systems World Wide Web Consortium (W3C) Sun Microsystems[2] Google Centre for Digital Media[3] Amazon.com Known for Web standards Co-author of XML specification[4][5][6] SpouseLauren W...
Cet article est une ébauche concernant la république démocratique du Congo. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) selon les recommandations des projets correspondants. Pour les articles homonymes, voir Karavia. Karavia Caractéristiques Longueur 26 km Bassin collecteur Congo Débit moyen 0,4 m3/s Cours Source à quelques dizaines de kilomètres à l’ouest de Lubumbashi Confluence Lubumbashi · Localisation à l’ouest du centre-ville de Lu...
Military training aircraft family Hawk BAE Hawk T1 trainer of the Royal Air Force Role Advanced trainer aircraftType of aircraft National origin United Kingdom Manufacturer Hawker Siddeley (1974–1977) British Aerospace (1977–1999) BAE Systems MAI division (1999–present) Hindustan Aeronautics Limited (2008–present) First flight 21 August 1974 Introduction 1976 Status In service Primary users Royal Air ForceIndian Air Force Finnish Air Force Indonesian Air Force Produced 1974–pre...
Equations of electromagnetism Articles aboutElectromagnetism Electricity Magnetism Optics History Computational Textbooks Phenomena Electrostatics Charge density Conductor Coulomb law Electret Electric charge Electric dipole Electric field Electric flux Electric potential Electrostatic discharge Electrostatic induction Gauss law Insulator Permittivity Polarization Potential energy Static electricity Triboelectricity Magnetostatics Ampère law Biot–Savart law Gauss magnetic law Magnetic dipo...
Order of the FlagAwarded by The Presidium of the People's AssemblyEstablished9 July 1945CountryPeople's Socialist Republic of AlbaniaCriteriaAwarded to citizens, collectives, factories, administrative divisions, institutions and organizations that performed outstanding achievements in production, agriculture, science, and inventions.ClassesClass I The Order of the Flag (Albanian: Urdhëri i Flamurit) was an honorary award given to citizens, collectives, factories, administrative divisions, in...
Leader of a university or college Vice-Chancellor redirects here. For other uses of vice-chancellor, see Vice-Chancellor (disambiguation). This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Chancellor education – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (June 2012) (Learn how and when to remove this mes...
You can help expand this article with text translated from the corresponding article in Polish. (May 2022) Click [show] for important translation instructions. View a machine-translated version of the Polish article. Machine translation, like DeepL or Google Translate, is a useful starting point for translations, but translators must revise errors as necessary and confirm that the translation is accurate, rather than simply copy-pasting machine-translated text into the English Wikipedia...
مسجد علي خوراسغان معلومات عامة القرية أو المدينة أصفهان، محافظة أصفهان الدولة إيران تعديل مصدري - تعديل مسجد علي خوراسغان (بالفارسية: مسجد علی خوراسگان) هو مسجد تاريخي يعود إلى عصر القاجاريون، ويقع في أصفهان.[1] مراجع ^ Encyclopaedia of the Iranian Architectural History. Cultural Heritage, Handicraf...
Part of a series on theCulture of Somalia Culture Architecture Art Cinema Cuisine History Literature Maritime Media Music Folklore Religion Sport Tourism Traditions People Somalis Benadiri Bravanese Bajunis Bantus Religion Islam Christianity Traditional faiths Language Arabic Somali (Maay Maay) Soqotri Italian English Politics Parliament Military Economy Laws Symbols Transportation Communications Education Somalia portalvte Religion in Somalia (2020) Islam[1] (99.9%) ...