"Little red dot" (atau "The Red Dot", "Little Red Dot"; bahasa Indonesia: Titik merah kecil) adalah julukanSingapura yang sering dipakai di media atau percakapan biasa. Kata ini muncul karena Singapura ditandai dengan titik merah di peta dunia dan peta Asia. Dengan total luas daratan 7.183 kilometer persegi (2.773 sq mi; 1.775.000 ekar), negara kota ini sangat mungil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangganya.
Istilah ini dipopulerkan oleh mantan Presiden IndonesiaB. J. Habibie yang menggunakannya seolah-olah seperti sindiran. Habibie sendiri mengaku tidak berniat menyindir. Istilah ini diakui dengan bangga oleh politikus dan warga Singapura karena mencerminkan kesuksesan sebuah negara dengan segala keterbatasannya.
Pada tahun 2015, Singapura merayakan 50 tahun kemerdekaannya dengan merilis logo titik merah bertuliskan "SG50".
Asal mula
Istilah "little red dot" mulai dikenal masyarakat setelah mantan Presiden IndonesiaB. J. Habibie seolah mengkritik Singapura dalam sebuah artikel Asian Wall Street Journal edisi 4 Agustus 1998. Kabarnya, Habibie mengatakan dia tidak menganggap Singapura sebagai teman dan menunjuk ke arah peta: "It's O.K. with me, but there are 211 million people [in Indonesia]. All the green [area] is Indonesia. And that red dot is Singapore." ("Bagi saya tidak masalah, tetapi ada 211 juta orang [di Indonesia]. Semua [wilayah] yang hijau ini Indonesia, dan titik merah itu Singapura.")[1] Pernyataan ini memancing kemarahan publik karena dinilai mengejek Singapura.[2]
Mantan Perdana Menteri Singapura, Goh Chok Tong, menanggapinya dalam sambutan Rapat Hari Kebangsaan pada 23 Agustus 1998. Goh berkata bahwa dampak krisis keuangan Asia 1997 di Indonesia adalah "bencana besar"; nilai rupiah hanya seperlima nilai sebelumnya terhadap dolar AS pada Juni 1997; sistem perbankannya hampir kolaps; ekonominya diperkirakan menyusut hingga 15% pada 1998; dan kerusuhan terjadi di seluruh Indonesia pada Mei 1998, rata-rata menyasar Tionghoa Indonesia. Ia melanjutkan, "Singapura akan membantu Indonesia semampunya. Kita ini ekonominya kecil. ... Lagipula, penduduk kita cuma tiga juta jiwa. [Singapura] cuma titik merah kecil di peta. Bagaimana mungkin kita membantu 211 juta orang [Indonesia]?"[3]
Dalam sebuah konferensi tanggal 3 Mei 2003, mantan Wakil Perdana Menteri Singapura (kini Perdana Menteri) Lee Hsien Loong mengatakan, "Pernyataan Habibie ini pengingat yang berharga dan jelas bahwa kita ini memang sangat kecil dan sangat rentan. Titik merah kecil telah tertanam di benak setiap warga Singapura dan menjadi kosakata yang selalu muncul dalam percakapan sehari-hari kita. Ini bentuk rasa syukur kita."[2][4]
Pada tanggal 19 September 2006, Habibie menjelaskan kepada wartawan bahwa waktu itu ia sedang tidak mengejek Singapura. Ia justru sedang menyoroti keberhasilan Singapura meski ukurannya kecil. Katanya, ia melontarkan istilah ini saat sedang berbicara dengan anggota kelompok pemuda Indonesia dan mencoba "menyemangati mereka". Menurut pengakuannya, ia berkata "Jika kalian lihat peta Asia Tenggara, Indonesia ini sangat besar dan Singapura cuma setitik. Namun, jika kalian datang ke Singapura, kalian akan menemui orang-orang yang berpikir jauh ke depan." Ia juga mengaku, "Saya sudah menjelaskan maksud saya berkali-kali, tetapi tidak pernah disebarluaskan. Saya sendiri tidak bisa membuktikannya secara tertulis karena saat itu saya sedang berbicara lepas."[2][5]
Popularitas
Istilah "little red dot" disambut dan diterima dengan bangga oleh politikus maupun penduduk Singapura. Istilah ini digunakan dalam berbagai kesempatan, antara lain:
Little Red Dot, majalah untuk siswa sekolah dasar yang diluncurkan oleh The Straits Times pada tahun 2005.[6]
The Little Red Dot, judul buku tahun 2005 yang disunting oleh Tommy Koh dan Chang Li Lin tentang kebangkitan Singapura menurut 50 diplomatnya.[7]
The Little Red Dot, seri buku cerita untuk siswa sekolah dasar yang diterbitkan oleh Nexus (Badan Pusat Pendidikan Nasional Pemerintah Singapura). Empat buku telah terbit dengan judul Little Red Dot, Little Red Dot Bounces Back, Little Red Dot Fights Back, dan Little Red Dot Comes Home. Cerita-ceritanya mengandung pesan ketegaran, kekeluargaan, kerja sama, persatuan, dan kewaspadaan.[8]
Little Red Dot Academy, perusahaan pelatihan dan konsultasi penerbangan Singapura yang berdiri tahun 2004.[9]
Little Red Dots, perkumpulan seni Singapura yang berdiri tahun 2004.[10]
Treasures of the Little Red Dot, proyek Creativeans untuk mengembangkan dan memperkenalkan desain-desain yang terinspirasi dari budaya Singapura dan kehidupan di sana.[11]