Laskar Sedekah

Laskar Sedekah adalah sebuah komunitas sosial yang melakukan aktivitas filantropi Islam dengan membantu orang-orang yang membutuhkan melalui pemberian sedekah. Komunitas ini didirikan di Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 30 Maret 2012 oleh 7 orang pemuda atas inisiasi dari Ma’ruf Fahrudin. Beberapa kalangan mungkin terkesan pragmatis ketika mendengar kata “laskar” tersemat di nama komunitas itu. Terminologi tersebut kerap diasosiakan kepada hal-hal negatif, terutama berkaitan dengan kekerasan dan intimidasi terhadap golongan minoritas tertentu. Terlebih lagi, komunitas tersebut juga membawa embel-embel Islam yang pada masa ini sering diidentikan oleh publik sebagai kelompok radikal, bahkan ekstremis. Berbeda dengan status quo tersebut, gerakan komunitas Laskar Sedekah cenderung berbeda. Mereka membantu banyak orang yang sedang mengalami kesulitan khusus, seperti sakit, biaya pendidikan, membangun fasilitas umum, dan lain-lain. Mereka seolah ingin menampilkan wajah baru Islam yang semestinya, yaitu yang dipenuhi rasa welas asih.

Awal Mula

Alasan pembentukan komunitas Laskar Sedekah dapat dikatakan sangat emosional, karena berhubungan dengan pengalaman pribadi Ma’ruf Fahrudin. Kala itu, ia dimintai pertolongan tetangga di samping rumahnya untuk membantu seorang balita bernama Nugie Cahya Ramadhani yang membutuhkan biaya operasi kelainan bibir sumbing. Biaya operasi yang diperlukan oleh balita itu terlalu besar sehingga orang tuanya merasa tidak sanggup untuk menjalaninya. Akhirnya, Ma’ruf melakukan penggalangan dana publik melalui Media sosial (Facebook). Ia memotret gambar Nugie Cahya Ramadhani dan mencantumkan nomor rekening untuk membantu meringankan biaya operasi balita itu. Tanpa disangka, respon publik sangat antusias. Dari kampanye tersebut, Ma’ruf berhasil menggalang dana sebesar Rp. 6.000.000 yang digunakan sepenuhnya untuk operasi bibir sumbing sang balita hingga ia bisa sembuh seperti sediakala.[1]

Setelah pengalaman pertama tersebut, pada tanggal 29 Maret 2012, Ma’ruf memperoleh mimpi yang berisi “perintah” agar ia menolong saudara dan orang lain lebih banyak. Berbekal dua pengalaman tersebut, Ma’ruf kemudian mengumpulkan keenam kawannya yang ternyata juga antusias menyambut ide Ma’ruf. Mereka adalah Wisnu, Buyung, Eky, Oktava, Lutfi, dan Yon Aditama. Dari beberapa percakapan ringan, salah satu dari mereka kemudian menyeletuk untuk menamai komunitas mereka dengan sebutan “Laskar Sedekah”. Ide itu muncul untuk membantah stigma publik tentang Islam yang selalu diidentikan sebagai kelompok yang gemar melakukan kekerasan. Mereka ingin menampilkan wajah baru Islam yang penuh dengan kasih sayang dan keinginan untuk berbagi.[2]

Gambaran Umum

Laskar Sedekah memiliki visi dan misi sebagaimana komunitas atau organisasi lainnya. Perlu digarisbawahi bahwa komunitas ini menggunakan nilai-nilai Islam dalam pergerakannya. Nilai-nilai itu berlandaskan pada QS. Al-Baqarah: 274 yang artinya “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka akan mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".[1]

Adapun misi yang dimiliki oleh Laskar Sedekah adalah:

  • Menyalurkan sedekah secara cepat, tepat, mudah, professional, dan bertanggung jawab
  • Membantu anak yatim, piatu, dan dhuafa
  • Membantu anak berkebutuhan khusus
  • Membantu orang sakit
  • Membantu pelajar yang tidak mampu
  • Membantu janda dan duda yang tidak mampu.

Berkaitan dengan logo dan simbol, logo Laskar Sedekah didesain oleh salah seorang anggota bernama Wisnu Ardianto. Logo tersebut berbentuk gambar perisai karena terminologi “laskar” biasa diidentikan dengan pasukan. Di tengah-tengah logo, terdapat sebuah tulisan berbentuk “L” dan “S” yang merupakan singkatan dari kata Laskar Sedekah. Sementara itu, warna khas yang digunakan di dalam logo adalah ungu yang menandakan warna kesukaan sang pendiri komunitas. Selain itu, menurut mereka, warna ungu dianggap sebagai warna yang netral, karena hingga saat ini belum ada partai politik yang menggunakan warna ungu. Hal itu sejalan dengan komitmen Laskar Sedekah untuk terbebas dari berbagai macam kepentingan politik.[1]

Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal, komunitas Laskar Sedekah mengajak sebanyak mungkin orang untuk bersedekah yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan kemanusiaan. Beberapa cara sedekah yang diterapkan di dalam komunitas ini ada tiga macam, yaitu melalui online, offline, dan layanan jemput. Melalui sistem online, para donatur dapat mendonasikan uangnya melalui transfer lewat ATM, internet banking, atau sms banking ke nomor rekening Laskar Sedekah atas nama Ma’ruf Fahrudin. Komunitas itu belum memiliki identitas legal secara badan hukum, oleh karena itu, nomor rekening yang dipergunakan masih atas nama individu. Sementara itu, melalui sistem offline, calon donatur dapat bersedekah dengan mendatangi langsung Omah Laskar Sedekah (basecamp). Perlu diketahui, meskipun didirikan di Yogyakarta, Laskar Sedekah juga memiliki chapter di berbagai kota seperti Medan, Padang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, untuk memudahkan para donatur, Laskar Sedekah juga menerapkan sistem layanan jemput. Para relawan Laskar Sedekah di beberapa kota akan mendatangi tempat donatur yang ingin bersedekah.[2]

Program Kerja Laskar Sedekah

Sesuai dengan visi dan misinya, Laskar Sedekah bertekad untuk membantu kegiatan kemanusiaan melalui penggalangan sedekah dari publik. Beberapa deskripsi yang telah mereka lakukan adalah sebagai berikut:

Sedekah untuk anak yatim piatu yang tidak mampu

Program ini bermaksud untuk memberikan santunan kepada anak yatim piatu, baik untuk keperluan sekolah, kesehatan, gizi dan nutrisi, serta keperluan-keperluan lainnya. Dalam kasus khusus, komunitas Laskar Sedekah juga turut ikut andil dalam upaya pembiayaan operasi anak yatim piatu dan membayar biaya kesehatan lain yang sulit untuk di-cover orang tuanya.[3]

Sedekah untuk janda dan duda yang tidak mampu

Selain anak yatim piatu, Laskar Sedekah juga memberikan santunan kepada janda dan duda tidak mampu, terutama yang telah berusia lanjut. Mereka mengatakan bahwa sebagian besar duda dan janda itu tidak terurus oleh keluarganya. Mereka juga banyak yang terlantar sehingga memerlukan kepedulian dari publik. Beberapa bantuan yang disalurkan untuk mereka antara lain sembako untuk keperluan sehari-hari, uang, serta biaya kesehatan

Tebar nasi bungkus

Program tebar nasi bungkus biasanya dilakukan selama satu minggu sekali, tepatnya pada hari minggu pada pukul 05.00-06.00. Kegiatan tersebut juga diikuti oleh komunitas Laskar Sedekah dari seluruh chapter di Indonesia. Nasi bungkus itu dibagikan kepada para tukang becak, tukang sampah, pemulung, pengemis, dan orang-orang dhuafa lain yang memerlukan makanan.[4]

Wakaf Al Quran

Program wakaf Al-Qur'an ditujukan untuk memenuhi target 1 juta Al Quran bagi masjid, mushola, dan pondok pesantren di seluruh Indonesia. Dalam peluncurannya, Laskar Sedekah mengundang ustaz Yusuf Mansur selaku kepala pondok pesantren penghafal Al-Qur'an bernama Darul Quran untuk membawakan ceramah agama yang berkaitan dengan sedekah.

Ambulans gratis

Program ambulans gratis ditujukan untuk mengatasi keperluan berobat orang-orang yang tidak memiliki biaya untuk membayar ambulans. Bagi masyarakat yang membutuhkan ambulans gratis, mereka hanya perlu menghubungi contact person Laskar Sedekah. Namun demikian, ambulans tersebut baru tersedia di enam kota, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Bekasi, Jakarta, dan Samarinda.[2]

Sedekah untuk orang sakit

Kegiatan tersebut berbentuk pemberian santunan kepada orang-orang yang menderita sakit tertentu namun tidak memiliki jaminan kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jamkesmas, dan Jamkesda. Pemberian santunan dilakukan untuk membayar biaya pengobatan mereka.

Sedekah untuk bencana alam

Seperti namanya, program itu memberikan santunan kepada para korban bencana alam. Beberapa korban yang pernah menerima manfaat dari program tersebut adalah korban bencana banjir di Purworejo, kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan pada tahun 2015.[2]

Pembentukan Chapter Laskar Sedekah

Sebagaimana yang telah disinggung di awal, Laskar Sedekah semula hanya ada di Kota Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, komunitas itu kini telah berkembang di 16 kota lain di Indonesia, seperti di Medan, Padang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Probolinggo, Surakarta, Semarang, Surabaya, Pasuruan, Malang, Samarinda, Banjarmasin, dan Makassar. Pembentukan ke-16 chapter tersebut mulai dilakukan pada tahun 2013. Sementara itu, pada tahun 2014 juga terbentuk Laskar Sedekah untuk chapter Jakarta yang diinisasi oleh seorang teman SMA Ma’ruf bernama Ari dan seorang lainnya bernama Hari yang mengetahui informasi mengenai Laskar Sedekah dari laman Facebook. Dalam perkembangannya, salah satu dari mereka berpindah ke Bekasi dan akhirnya membentuk komunitas Laskar Sedekah chapter Bekasi pada tahun 2015.[5]

Dalam perkembangannya, Laskar Sedekah chapter Jakarta menjadi semakin populer dengan diundangnya Ma’ruf ke acara reality show seperti Kick Andy di MetroTV pada tahun 2015 dan acara Hitam Putih di Trans TV pada tahun yang sama. Kemunculan Ma’ruf di televisi membuat komunitas Laskar Sedekah menjadi semakin dikenal baik oleh masyarakat. Hal itu yang menjadikan berbagai kelompok masyarakat dari berbagai kota berbondong-bondong untuk ikut membuka komunitas Laskar Sedekah di kota mereka. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh ingin membuka chapter, mereka diperkenankan untuk datang ke sekretariat pusat Laskar Sedekah di Yogyakarta untuk dijelaskan mengenai SOP (Standart Operasional Procedure) sekaligus untuk memvalidasi profil calon pembuka chapter. Apabila pengurus Laskar Sedekah pusat menganggap profil mereka berkualifikasi, maka pembentukan chapter baru akan segera dilakukan. Sementara itu, SOP yang dijelaskan kepada calon pembuka chapter juga dijelaskan dengan detail. Informasi itu adalah seputar aturan broadcast informasi di media sosial, mekanisme laporan, dan job description dari para pengurus. Seluruh kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh Laskar Sedekah di Yogyakarta.[6]

Berkaitan dengan itu, salah satu unsur terpenting yang harus termuat dalam kegiatan masing-masing chapter adalah adanya laporan keuangan. Laporan keuangan dalam komunitas Laskar Sedekah dibagi menjadi beberapa, yaitu laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Laporan harian dilakukan oleh admin di tiap chapter untuk mencatat dan melaporkan jumlah sedekah yang diterima di setiap chapter untuk dilaporkan ke grup bendahara Laskar Sedekah Nasional agar segera dapat divalidasi. Sementara itu, laporan mingguan dilakukan setiap hari Jum’at oleh masing-masing bendahara chapter dan harus diberikan kepada Laskar Sedekah pusat berupa laporan kegiatan dan rincian dana di grup bendahara Laskar Sedekah Nasional. Selanjutnya, akan dilakukan proses transfer dari bendahara pusat ke bendahara chapter. Sedangkan laporan bulanan merupakan kegiatan pelaporan yang harus dilakukan setiap tanggal 25 di setiap bulannya. Seluruh bendahara harus merekap semua sedekah yang masuk dan dilaporkan ke bendahara nasional. Terakhir, laporan tahunan dilakukan setiap bulan Desember. Semua bendahara masing-masing chapter wajib mengirimkan file catatan pembukuan keuangan sedekah selama satu tahun terakhir.[7]

Kendala Laskar Sedekah

Sebagaimana yang telah disinggung di awal, komunitas Laskar Sedekah bukanlah komunitas offline yang hanya melakukan kegiatannya di lapangan. Mereka adalah komunitas yang memanfaatkan media sosial untuk aktivitasnya. Aktivitas yang mereka lakukan juga dikenal dengan istilah filantropi Islam. Dalam menjalankan aktivitas tersebut, tentu mereka menghadapi beberapa kendala. Berikut ini adalah penjabaran dari kendala-kendala yang dihadapi oleh Komunitas Laskar Sedekah.[8]

Menggunakan media sosial Facebook untuk aktivitas sosial tidak selamanya mudah. Komunitas Laskar Sedekah menerima sumbangan atau donasi yang cenderung sedikit, tergantung pada bagaimana konten yang dibuat. Sebagai misal, setiap harinya mereka menerima donasi yang sedikit karena tidak ada momentum khusus yang membuat para netizen ingin mendonasikan uangnya. Namun, ketika datang waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan, Idul Adha, atau terjadi peristiwa bencana alam, jumlah donatur yang mendonasikan uangnya dapat dikatakan naik signifikan. Oleh karena itu, mereka sangat bergantung pada seberapa kreatif sumber daya yang ada dalam mengurus konten sosial media mereka.

Selain itu, aktivitas di sosial media Facebook juga tidak terlalu menjamin kegiatan mereka dapat berjalan dengan lancar. Sebagai misal, ketika akan menggelar program tebar nasi bungkus setiap hari Minggu pagi, hanya ada 1-2 orang masyarakat umum yang berpartisipasi. Mereka bahkan pernah mengubah jadwal kegiatan itu menjadi hari Sabtu di setiap akhir bulan, harapannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak bisa berpartisipasi pada hari Minggu. Namun, persoalannya juga tidak berubah. Jumlah partisipan yang bergabung dalam program tersebut masih sangat sedikit. Hal itu menunjukan, aktivisme yang dilakukan lewat media sosial Facebook tidak sepenuhnya memberikan dampak yang progresif. Bahkan, dapat dikatakan, gerakan Laskar Sedekah hanya booming di awal-awal saja. Mereka menuturkan, makin kesini antusiasme masyarakat menurun; tidak sebesar dulu ketika komunitas ini pertama kali terbentuk.[7]

Lebih jauh lagi, penelitian dari Astuti (2017) juga menyebutkan bahwa engagement antara user dengan admin di media sosial Facebook mereka juga terkesan sangat menurun. Jumlah likers, comments, dan share yang dilakukan oleh netizen di akun Facebook Laskar Sedekah juga tidak seberapa. Hal itu mereka nilai sebagai bergesernya trend sosial media yang dulunya sangat menggemari Facebook, sekarang banyak yang beralih ke line, Instagram, dan twitter.[2] Namun demikian, Laskar Sedekah juga memiliki sosial media seperti itu, tetapi tetap saja terhambat dari segi engagement. Meskipun Laskar Sedekah sudah berupaya untuk memperbaiki konten mereka dengan membuat desain-desain baru, hal itu rupanya dirasa belum cukup. Menurut penelitian yang sama, hal itu disebabkan karena pola komunikasi yang dibangun di dalamnya hanya satu arah. Laskar Sedekah lebih banyak mengunggah postingan tentang penggalangan bantuan, laporan penyaluran sedekah, publikasi kegiatan, dan konten-konten tentang motivasi sedekah. Mereka kurang membangun pola komunikasi dua arah dengan cara yang kreatif untuk melibatkan pengguna sosial media dalam aktivisme online mereka. Menurut penelitian yang sama, tidak adanya inovasi dari pengurus Laskar Sedekah akan berdampak pada tidak ada antusiasme publik terhadap aktivisme sosial media yang dilakukan oleh Laskar Sedekah.[2]

Filantropi Islam dan Laskar Sedekah

Sedikit banyak, terminologi Filantropi Islam telah banyak dibahas di bagian pembuka, yaitu sebuah aktivitas sosial yang bersifat filantropi yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islam. Praktik filantropi Islam yang dilakukan oleh Laskar Sedekah adalah filantropi yang bersifat karikatif. Mereka melakukan kegiatan komunitasnya dengan mengombinasikan unsur online-offline. Setelah melakukan kampanye, promosi program, dan penggalangan dana di Facebook, dana lalu mereka salurkan langsung untuk membiayai program-program pelayanan sosial bagi mereka yang membutuhkan. Dari seluruh target yang mereka pilih, yaitu anak yatim piatu, janda dan duda lanjut usia, dan lain-lain, mereka lebih memprioritaskan mereka yang tinggal di lokasi sekitar keberadaan Laskar Sedekah. Sebagai misal, mereka lebih mengutamakan mereka yang berada di sekitar sekretariat Laskar Sedekah dibandingkan mereka yang berada jauh. Sementara itu, dana yang mereka salurkan kepada publik biasanya berbentuk uang atau barang kepada orang-orang yang perlu dibantu, seperti sembako bagi persediaan makan kaum dhuafa dan uang untuk biaya sekolah dan peralatan belajar anak-anak yatim piatu.[8]

Penelitian yang sama menjelaskan bahwa cara pandang pengurus Laskar Sedekah adalah faktor utama yang memengaruhi mereka melakukan kegiatan filantropi Islam. Mereka sepakat bahwa dengan memberikan santunan dan berusaha memenuhi kebutuhan para penerima bantuan tersebut, maka mereka dapat digolongkan sebagai orang yang telah melakukan kebaikan kepada mereka yang memerlukan sekaligus menunaikan kewajiban karena diberikan rezeki yang berlebih oleh Allah.[2] Dalam kasus tersebut, mereka belum berpikir pada pemberdayaan atau pemberian modal pertama kepada mereka yang membutuhkan sehingga mereka dapat hidup mandiri dan tidak lagi bergantung pada keberadaan dana yang diberikan oleh Laskar Sedekah. Masih menurut Astuti (2017), ketidakmampuan mereka melakukan program pemberdayaan itu dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia yang belum mumpuni. Pengurus Laskar Sedekah belum ada yang memiliki pengetahuan atau skill yang mampu memberdayakan masyarakat. Selain itu, jumlah mereka juga sangat terbatas, sehingga bidang pekerjaan yang harus mereka urus juga beragam. Mereka juga memiliki kesibukan lain di luar komunitas Laskar Sedekah. Hal itu menjadikan komunitas ini kurang berkembang dengan baik.[2]

Lebih jauh lagi, penelitian serupa juga menggarisbawahi bahwa program karikatif yang dikerjakan oleh Laskar Sedekah juga lebih mudah karena konsepnya yang sederhana dan tidak membutuhkan komitmen yang mengikat. Meskipun di dalam aktivisme sosial media Facebook mereka mengalami beberapa kendala, tetapi secara konsep, memaksimalkan sosial media adalah cara yang efisien. Selebihnya, mereka juga amat menggantungkan diri pada relawan sebagai penggerak.[2]

Referensi

  1. ^ a b c https://www.laskarsedekah.com/
  2. ^ a b c d e f g h i Astuti, Indriati Tri. 2017. Facebook Dan Komunitas Filantropi Islam. Skripsi. Program Studi Sosiologi Universitas Gadjah Mada
  3. ^ Liputan6.com. "Laskar Sedekah, untuk Mereka yang Membutuhkan". liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-18. Diakses tanggal 2017-12-12. 
  4. ^ "Laskar Sedekah Tebar Nasi Bungkus di 11 Provinsi | Republika Online". Republika Online. 2015-08-09. Diakses tanggal 2017-12-12. 
  5. ^ https://infobekasi.co.id/2015/08/01/laskar-sedekah-bekasi/
  6. ^ "Laskar Sedekah From Zero to Hero – lingkarbekasi". lingkarbekasi.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-13. Diakses tanggal 2017-12-12. 
  7. ^ a b Abidin, H. & Kurniawati. 2004. Galang Dana Ala Media. Jakarta: Piramedia
  8. ^ a b Abubakar, I. & C.S. Bamualim. 2006. Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia. Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah