Kota kedua di Britania Raya

Identitas kota kedua di Britania Raya adalah subyek yang masih diperdebatkan. Kota kedua di sebuah negara adalah suatu kota yang dianggap sebagai kota yang paling penting kedua, biasanya setelah ibu kota atau kota pertama (London, dalam kasus ini), serta berdasarkan pada kriteria seperti jumlah populasi, tingkat perekonomian, dan kontribusi budaya. Britania Raya tidak memiliki kota kedua yang resmi, juga tidak ada mekanisme resmi atau kriteria untuk pemberian status tersebut. Warga dan pemimpin sipil kota saingan sering berdebat mengenai klaim atas status kota kedua ini.

Birmingham secara umum dianggap sebagai kota kedua di Britania Raya sejak Perang Dunia I,[1] yang memiliki jumlah penduduk dan PDB terbesar (Daftar kota menurut PDB) setelah London. Namun, hasil jajak pendapat baru-baru ini, berdasarkan referensi media, dan merujuk pada peringkat kota secara global, Manchester juga mulai dianggap sebagai kota kedua sejak tahun 2000. Anggapan ini dikaitkan dengan pesatnya pertumbuhan kebudayaan, media massa, musik, olahraga dan transportasi di Manchester sejak pengeboman Manchester 1996.[2] Sensus 2011 menunjukkan bahwa Manchester merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk tercepat (di luar London) di Britania Raya, dengan pertumbuhan populasi sebesar 19%, sedangkan Birmingham hanya mencatatkan pertumbuhan populasi sebesar 9%.[3][4]

Kota-kota lainnya, baik di Inggris maupun di Skotlandia, juga sering kali dianggap sebagai kota kedua. Misalnya Glasgow di Skotlandia, yang pada masa lalu disebut sebagai Kota Kedua Imperium. Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, seluruh Irlandia adalah bagian dari kedaulatan Britania Raya. Pada masa ini, Dublin-lah yang dianggap sebagai kota kedua.[5][6]

Pada masa kini, semakin sulit untuk menentukan kota yang layak menjadi kota kedua di Britania Raya jika merujuk pada kriteria faktor budaya. Semua kota-kota utama di Britania Raya telah memainkan peran penting dalam perkembangan budaya Britania; selain Birmingham dan Manchester, Edinburgh, Glasgow (Ibu kota Kebudayaan Eropa pada 1990), Liverpool (Ibu kota Kebudayaan Eropa 2008), Leeds, Sheffield, Cardiff, Newcastle upon Tyne, Kingston upon Hull, Bradford, dan kota-kota lainnya juga berjaya dan diakui secara internasional dalam hal keunggulan olahraga, musik, dan seni pertunjukan.

Sejarah

Sejak pembentukan Britania Raya, beberapa kota telah digambarkan sebagai "kota kedua". Dublin adalah kota terpadat kedua pada saat pendirian Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia pada tahun 1801, meskipun ia kehilangan posisi tersebut pada abad ke-19 setelah kota-kota lainnya juga mulai berindustrialisasi.[7] Dengan demikian, Dublin sering dianggap sebagai kota kedua di Britania Raya.[5] Dublin, beserta Republik Irlandia, merdeka dari Britania pada 1920-an.

Pada awal abad ke-19, Glasgow sering disebut sebagai kota kedua;[8] jumlah populasinya pada abad ke-20 lebih dari satu juta jiwa, lebih besar dari Birmingham hingga sensus 1951. Sebagai contoh, penduduk resmi Glasgow berdasarkan hasil sensus adalah 0,784 juta pada April 1911; 1,034 juta pada April 1921; 1,088 juta pada April 1931 dan 1,090 juta pada April 1951.[9] Namun, meluasnya permukiman kumuh pada tahun 1960-an menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari pusat kota ke kawasan baru yang terletak di luar batas kota. Hal ini mengakibatkan populasi resmi Glasgow menurun tajam.[10] Sebaliknya, populasi Birmingham tetap stabil pada masa-masa ini, dengan jumlah populasi sekitar satu juta jiwa. Status kota kedua akhirnya di klaim oleh Liverpool,[11] Birmingham[12] dan Manchester.[13]

Gelar Kota Kedua Imperium, atau Kota Kedua di Imperium Britania diklaim oleh sejumlah kota pada abad ke-18, 19, dan awal abad ke-20. Meningkatnya aktivitas perdagangan komersial di Liverpool membuat kota ini dianggap sebagai kota kedua; Liverpool memiliki pelabuhan yang sangat besar, armada pelaut, dan jaringan perdagangan dunia yang luas.[14][15][16] Liverpool dijuluki dengan "New York-nya Eropa.[17] Kota lainnya yang juga dianggap adalah Dublin,[18] dan Glasgow.[19][20]

Sebelum bersatu dengan Skotlandia pada 1707, sejak Perang Saudara Inggris hingga abad ke-18, Norwich adalah kota terbesar kedua di Inggris, menjadi pusat perdagangan utama, provinsi terkaya di Inggris, serta manjadi daerah terpadat di Inggris pada saat itu.[21] Bristol kemudian menjadi kota terkaya kedua di Inggris pada abad ke-16,[22] dan pada abad ke-18, Bristol sering digambarkan sebagai kota kedua Inggris.[23] Selama abad ke-19, status ini diklaim oleh Manchester,[24] Liverpool[25] dan York.[26] York juga dinobatkan sebagai kota kedua pada abad-abad sebelumnya.[27]

Saat ini

Birmingham
Manchester
Glasgow

Sejak Perang Dunia I, Birmingham sering dianggap sebagai kota kedua di Britania Raya, namun hasil jajak pendapat baru-baru ini dan referensi media menunjukkan bahwa Manchester-lah yang dianggap sebagai kota kedua.

Dalam sebuah survei pada tahun 2007 yang diadakan oleh BBC untuk menyelidiki subyek "'Kota Kedua' di Inggris" (atau Britania Raya secara keseluruhan), 48% dari 1.000 responden berpendapat bahwa Manchester layak mendapatkan status tersebut, sedangkan 40% lainnya memilih Birmingham.[28][29] Lebih lanjut, BBC melaporkan pada tahun 2005 bahwa Manchester lebih mendekati untuk menjadi kota kedua di Inggris.[30] Dalam survei serupa yang dilakukan oleh Ipsos MORI, Manchester menerima respon tertinggi untuk kategori kota kedua, dengan persentase pemilih 34%, dibandingkan dengan Birmingham yang hanya 29%. Masih dalam jajak pendapat yang sama, Manchester juga memiliki respon tertinggi untuk kategori kota ketiga dengan 27% suara, 6% lebih besar dari Birmingham (21%).[31] Dari keseluruhan responden, hanya 85% yang memilih London sebagai kota pertama.[32]

Berdasarkan jumlah populasi di dalam batas kota, Birmingham, yang merupakan distrik pemerintah daerah terpadat di Eropa, secara substansial lebih besar dari Manchester, yang merupakan kota berpenduduk terbanyak kelima di Britania Raya (perkiraan 2006, lihat Daftar distrik di Inggris menurut populasi), Namun, sebagian besar sumber tidak menggunakan batas formal kota sebagai kriteria untuk membandingkan populasi: sebagai contoh, City of London, yang populasinya hanya 7.185 jiwa (sensus 2001), sangatlah kecil, namun secara keseluruhan, London merupakan kota yang paling padat penduduknya di Uni Eropa menurut jumlah populasi di dalam batas kota,[33] dengan populasi resmi sebanyak 7,6 juta (2006) dan kawasan metropolitan dengan populasi antara 12 hingga 14 juta jiwa.[34][35]

Konurbasi dan kawasan-kawasan yang secara informal dapat dianggap sebagai bagian dari kota inti sangat sulit untuk ditentukan. Setelah reorganisasi pemerintahan daerah dan pembentukan county metropolitan pada 1974, City of Birmingham bergabung dengan kawasan-kawasan seperti City of Coventry dan lima borough metropolitan lainnya (salah satu borough, yakni Wolverhampton, memperoleh status kota pada tahun 2000) untuk membentuk county West Midlands. Sedangkan City of Manchester bergabung dengan tetangganya, City of Salford, dan delapan borough metropolitan lainnya membentuk County Manchester Raya.

City of Birmingham memiliki penduduk sebesar 1.006.500 jiwa (perkiraan 2006). Ini merupakan bagian dari konurbasi West Midlands yang lebih besar, dengan populasi sebanyak 2.284.093 jiwa (sensus 2001), yang juga termasuk kota Wolverhampton, kota-kota di Black Country, dan kota-kota lainnya seperti Solihull. City of Manchester memiliki populasi 498.000 jiwa (perkiraan 2010), sedangkan Kawasan Perkotaan Manchester Raya memiliki populasi sebanyak 2.240.230 jiwa (sensus 2001), yang juga mencakup City of Salford, dan kota-kota seperti Bolton, Bury, Oldham, Rochdale dan Stockport.[36]

Jika merujuk pada faktor ekonomi dan budaya sebagai kriteria untuk menentukan 'kota kedua', baik Birmingham maupun Manchester telah menunjukkan keunggulannya masing-masing selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, pada 2010 Manchester City Centre menjadi kawasan yang memiliki area perkantoran terluas kedua setelah London, dengan luas area perkantoran hampir satu juta kaki persegi (86.399 km2).[37] Sementara pujian ditujukan untuk Birmingham atas arsitektur modernnya yang unik, yang semakin mempertegas statusnya sebagai kota kedua di Britania Raya.[38]

Ada berbagai pendapat dari para Menteri terkait dengan status kota kedua ini, di antaranya:

Kandidat lainnya

Edinburgh,[44] Belfast[45] dan Cardiff[butuh rujukan] juga mengklaim diri sebagai kota kedua karena status mereka yang merupakan ibu kota dari masing-masing negara konstituensi, yakni Skotlandia, Irlandia Utara, dan Wales. Liverpool, Glasgow dan Leeds juga menganggap diri mereka sebagai kota Britania kedua setelah London.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Hopkins, Eric (2001). Birmingham: The Making of the Second City 4850-1939. Tempus Publishing. ISBN 0-7524-2327-4. 
  2. ^ "Manchester tops second city poll". BBC News. 10 February 2007. 
  3. ^ "Census 2011: Five lesser-spotted things in the data". BBC News. 17 July 2012. Diakses tanggal 2012-09-10. 
  4. ^ "Census shows increase in population of the West Midlands". Office for National Statistics. Diakses tanggal 2012-09-10. 
  5. ^ a b Sidney Edwards Morse and Jedidiah Morse, A New System of Geography, Ancient and Modern, p.177, 1824
  6. ^ Provincial Towns in Early Modern England and Ireland: Change, Convergence, and Divergence, Oxford University Press, p.22, 2002
  7. ^ BBC: "A Short History of Ireland" Diarsipkan 2013-02-23 di Wayback Machine. - "The population, which had been 58,000 in 1683, was close to 129,000 by 1772 and 182,000 including the garrison by 1798, making Dublin the second largest city in the British Empire."
  8. ^ For example, see T. H. B. Oldfield, The Representative History of Great Britain and Ireland, p.566, 1816 or Spencer Walpole, A History of England from the Conclusion of the Great War in 1815, p.103, 1878
  9. ^ Roberson, D. J. (1958). "Population, Past and Present". Chapter 2 in: Cunnison, J. and Gilfillan, J. B. S. (1958). The Third Statistical Account of Scotland, Volume V. The City of Glasgow. Glasgow: William Collins Sons & Co. Ltd.
  10. ^ "Key Statistics for Settlements and Localities Scotland". General Register Office for Scotland. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2008-09-08. 
  11. ^ D. Appleton, Appletons' American Standard Geographies, p.130, 1881.
  12. ^ W. Stewart & Co., The Journal of Education, p.38, 1867.
  13. ^ Chetham Society, Remains, Historical and Literary, Connected with the Palatine Counties of Lancashire and Chester, 1862, p.531.
  14. ^ http://www.liv.ac.uk/researchintelligence/issue30/liverpool800.html Diarsipkan 2007-11-16 di Wayback Machine. Liverpool University: "... the city's pre-eminent position at the turn of the 19th century resulted from the port's willingness to handle a very wide range of cargo (including millions of migrants to the new world). Liverpool was second only to London in this respect - and this, together with its great ethnic diversity, was the basis of its claim to being the 'second city of empire'."
  15. ^ "The Empire in one city?". Manchester University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-28. Diakses tanggal 2009-07-17. 
  16. ^ http://www.nottingham.ac.uk/home/ahzsh1/Empire/Project.htm
  17. ^ http://www.worldportsource.com/ports/GBR_Port_of_Liverpool_86.php
  18. ^ "When you remember that Dublin has been a capital for thousands of years, that it is the second city of the British Empire, that it is nearly three times as big as Venice it seems strange that no artist has given it to the world." James Joyce, Letter to Stanislaus Joyce, c. 24 September 1905 (Letters of James Joyce, vol. II, pp. 109-112. (Viking Press, 1966).
  19. ^ "The Second City". Glasgow City Council (glasgow.gov.uk). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-02. Diakses tanggal 2013-01-01. 
  20. ^ W Hamish Fraser. "Second City of The Empire: 1830s to 1914". The Glasgow Story. 
  21. ^ Williams, Laura. "Enabling Norwich in the Knowledge Economy" (pdf). The Work Foundation web pages. The Work Foundation. hlm. 11. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2007-10-05. Diakses tanggal 2007-08-20. 
  22. ^ J. E. T. and A. G. L. Rogers, A History of Agriculture and Prices in England, p.82, 1887
  23. ^ Charles Knight, The Popular History of England, p.8, 1859
  24. ^ Robert Southey, Letters from England, p.177, 1836
  25. ^ James Richard Joy, An Outline History of England, p.26, 1890
  26. ^ John Major, Aeneas James George Mackay and Thomas Graves Law, A History of Greater Britain as Well England as Scotland, p.xxxvi, 1892
  27. ^ John Macky, A Journey Through England, p.208, 1722
  28. ^ "Manchester tops second city poll". BBC NEWS. 2007-02-10. Diakses tanggal 2007-02-10. 
  29. ^ http://www.youtube.com/watch?v=TChOJVCV3HM
  30. ^ "Manchester 'close to second city'". BBC NEWS. 2005-09-29. Diakses tanggal 2006-05-03. 
  31. ^ // Visit Manchester / Homepage //
  32. ^ "Manchester 'England's second city'". Ipsos MORI North. 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-11-08. Diakses tanggal 2007-02-09. 
  33. ^ National Statistics Online
  34. ^ "The Principal Agglomerations of the World". City Population. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-24. Diakses tanggal 3 March 2009. 
  35. ^ "British urban pattern: population data" (PDF). ESPON project 1.4.3 Study on Urban Functions. European Spatial Planning Observation Network. 2007. hlm. 119. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2010-02-22. 
  36. ^ "Birmingham City Council: "About the Housing Department"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-24. Diakses tanggal 2013-01-01. 
  37. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-12. Diakses tanggal 2013-01-01. 
  38. ^ http://www.eurocheapo.com/blog/birmingham-britain’s-second-city.html
  39. ^ "New Labour troubles". BBC Sunday AM. BBC. 5 March 2005. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  40. ^ "Manchester tops second city poll". BBC News. BBC. 9 February 2007. Diakses tanggal 2007-02-10. 
  41. ^ "Jones: North west best for innovation". Manchester Evening News. 10 April 2008. Diakses tanggal 2008-04-14. 
  42. ^ a b c "Prescott ranks Manchester as second city". Manchester Evening News. M.E.N media. 3 February 2005. Diakses tanggal 2007-08-20. We have had fantastic co-operation here in Manchester - our second city, I am prepared to concede. 
  43. ^ "'Setting the Standard' - Speech by Phil Woolas MP at the fifth Annual Assembly of Standards Committees on 16 October 2006". Department for Communities and Local Government. Department for Communities and Local Government. 16 October 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-16. Diakses tanggal 2007-09-02. And, of course, I, and colleagues in Manchester, am pleased to see its very sensible plans to relocate to Manchester - Britain's third city. 
  44. ^ New York Times, August 6, 1989: "Edinburgh's castle high on the rock has looked down on many a triumph and tragedy in the proud Scots capital, but every year since 1947, Britain's Second City steals the spotlight from London during the three weeks of the international festival."
  45. ^ Hoge, Warren (2003-06-25). "LETTER FROM EUROPE; The Last Hard Case: Bleak, Stubborn Belfast". The New York Times. Diakses tanggal 2010-05-23.