Program ini dipimpin oleh pemerintah Korea Selatan yang berkontribusi sebesar 60% pembiayaan dana program. Dimana Indonesia berkontribusi sebesar 20% pada tahun 2010, dan sisa 20% lainnya ditanggung oleh mitra swasta termasuk produsen Korea Aerospace Industries (KAI). KAI KF-X sendiri merupakan program pengembangan pesawat tempur kedua Korea Selatan setelah FA/T-50.[6]
Pada bulan April 2021, purwarupa pertama telah selesai dan ditampilkan dalam upacara rollout di fasilitas pusat KAI di Bandar Udara Sacheon.[7] Dengan nama resmi Boramae (bahasa Korea: 보라매, berarti "elang muda" atau "elang tempur").[8][9] Uji coba terbang perdana dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2022, dimana produksi dijadwalkan dimulai pada tahun 2026.[9] Setidaknya 40 unit pesawat direncanakan untuk siap dikirim pada tahun 2028, Korea Selatan sendiri berharap sebanyak 120 total pesawat telah hadir pada tahun 2032.[9] Tersedia juga untuk pasar ekspor.[10]
Di Indonesia, program pengembangan KF-X sering disebut sebagai program IF-X.[6][11] Menurut Jakarta Globe ketika pesawat tersebut telah selesai akan disebut sebagai F-33 Fighting Hawk.[6]
Latar belakang
KF-X sebagai program pesawat tempur multiperan tingkat lanjut, dengan tujuan melahirkan pesawat tempur yang modern untuk menggantikan armada pesawat F-4D/E Phantom dan F-5E/F Tiger Korea Selatan, pertama kali diumumkan oleh President Korea SelatanKim Dae-jung di upacara kelulusan Akademi Angkatan Udara Korea Selatan pada bulan Maret 2001.[12] Persyaratan penelitian dan pengembangan ditentukan oleh Kepala Staf Gabungan (Korea Selatan) pada tahun 2002.[13] Program ini dirasa terlalu ambisius, melalui Korea Institute for Defense Analyses (KIDA) menyatakan keraguannya akan kapabilitas negara untuk menyelesaikan program kompleks tersebut.[6]
Dalam tahap pengembangan awal, terdapat beberapa keterlambatan dan penundaan serta biaya secara ekonomis menjadi perdebatan, namun program ini mendapat perhatian lebih setelah kajian studi yang dilakukan di tahun 2008 dan peristiwa tenggelamnya ROKS Cheonan oleh serangan Korea Utara di tahun 2010.[6][14] Meskipun program ini memiliki beberapa resiko tersendir dan biaya per unit yang diperkirakan lebih mahal dibandingkan bila membeli dari produsen luar negeri, peningkatan industri pertahanan domestik dianggap penting secara strategis nasional dan diharapkan dapat memberikan dampak berkelanjutan pada sektor industri teknologi muktahir.[13]
Pada tanggal 15 Juli 2010, sebuah kesepakatan kemitraan dengan Indonesia terjalin, dalam wujud pembiayaan sebesar 20% dari anggaran yang diperuntukan untuk program KF-X, kerjasama pengembangan teknologi melalui Dirgantara Indonesia, dan pembelian 50 unit dari sekitar 150-200 unit pesawat yang akan diproduksi.[12]Turki juga mempertimbangkan untuk ikut berpatisipasi dengan pembagian berkisar 20%, tetapi dengan keleluasaan yang lebih daripada tawaran yang telah diberikan oleh Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan menanggung 60% dari pembiayaan anggaran sebagai bentuk komitmen.[6] Sisa 20% lainnya ditanggung oleh beberapa perusahaan domestik maupun luar negeri.[13]Korea Aerospace Industries (KAI) memenangkan tender produksi dan bermitra dengan Lockheed Martin untuk dukungan teknologi.[6] Dalam kontrak disebutkan rencana pengiriman pesawat dimulai pada tahun 2026.[15]
Pada 27 Juli 2022, Polish Armaments Agency menyatakan bahwa mereka memperhatikan secara seksama pengembangan KF-21, dan kemungkinan akan mengakuisisi tipe Blok 2 di masa mendatang.[16]
Angkatan Udara Filipina dan Angkatan Udara Peru juga menyatakan minatnya terhadap pesawat ini.[17][18]
Pada 15 Mei 2023, Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengumumkan bahwa KF-21 telah lolos uji evaluasi tempur sebagai syarat dalam memulai proses produksi di tahun 2024.[19]
Dengan purwarupa pertama pada tanggal 19 Juli 2022, keseluruhan enam unit purwarupa telah berhasil melaksanakan uji terbang perdana hingga 28 Juni 2023 dan akan melalui beragam uji verifikasi performa.[20]
Desain dan pengembangan
Tujuan awal program ini adalah untuk mengembangkan pesawat tempur multiperan berkursi tunggal dan bermesin ganda dengan kemampuan siluman yang melebihi Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon namun kurang dari Lockheed Martin F-35 Lightning II.[21] Pusat Penelitian Pengembangan Konsep dan Aplikasi Sistem Senjata Universitas Konkuk menyarankan bahwa KF-X harus lebih unggul daripada F-16 Fighting Falcon, dengan jangkauan tempur 50% lebih besar, umur rangka pesawat 34% lebih panjang, avionik yang lebih baik, radar active electronically scanned array (AESA), peperangan elektronik yang lebih efektif, dan kemampuan tautan data. Rekomendasi mereka menetapkan daya dorong sekitar 50.000 pound-force (220.000 N) dari dua mesin, kemampuan intersepsi dan jelajah supersonik, dan kemampuan multiperan.[22] Persyaratan proyek kemudian diturunkan oleh Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) menjadi pesawat tempur generasi 4,5 dengan kemampuan siluman terbatas.[6]
Korea Selatan memiliki 65% teknologi yang diperlukan untuk memproduksi KF-X,[23][24] dan sedang mencari mitra kerja sama dengan negara lain.[25] Untuk menfasilitasi transfer teknologi, Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) mengusulkan dua konsep utama untuk KF-X: C103, yang menyerupai F-35,[6][26] dan C203, yang menyerupai pesawat tempur Eropa dengan kanard depan. Desain yang dipilih akan bergantung pada apakah kesepakatan pengembangan dicapai dengan mitra AS atau Eropa.[6]
Desain C503 (alias KFX-E) adalah desain ketiga[6] yang diusulkan oleh KAI[27] dan didukung oleh Defense Acquisition Program Administration (DAPA)[28] dalam upaya mengurangi biaya produksi dengan membuat pesawat tempur bermesin tunggal yang lebih kecil, tetapi kinerjanya lebih rendah daripada F-16 dan tidak cocok dengan wilayah udara Indonesia yang luas.[6] ROKAF lebih menyukai manfaat dari desain mesin ganda, dengan kinerja tempur dan keselamatan yang lebih baik, dan badan pesawat yang lebih besar dengan ruang untuk peningkatan. Peningkatan ini dapat menyebabkan reklasifikasi di masa depan sebagai pesawat tempur generasi kelima, sementara C501 lebih dekat ke generasi keempat.[28][29]
Saat tim pengembang mulai merancang KFX pada Desember 2015, penelitian dan perancangan dilakukan berdasarkan konfigurasi C103. Setelah menerima gambar dasar C103, C104, dan C105 dari ADD, tim pengembang membangun model eksperimental C105 dan memulai eksperimen terowongan angin pada C107 yang baru dirancang, yang meningkatkan ukuran pesawat dan menambah berat lepas landas maksimum. Setelah sekitar 2 tahun melakukan berbagai eksperimen terowongan angin, pada tahun 2018, C109 yang diusulkan oleh ADD dan KAI diputuskan menjadi desain prototipe KFX.[30]
Mitra proyek
KAI bertindak sebagai produsen utama, namun produksi pesawat KF-21 juga diikuti oleh perusahaan lain, baik dalam negeri maupun luar negeri, dalam kontrak pengadaan suku cadang ataupun bantuan operasional. Beberapa dari perusahaan ini telah bekerja sama dengan KAI dalam pengembangan pesawat T-50 Golden Eagle. Untuk teknologi sensitif tertentu, seperti radar AESA, EO TGP, IRST dan RF jammer, perusahaan asing hanya diajak konsultasi untuk pengujian dukungan dan saran teknis guna menghindari pembatasan perdagangan senjata.[31][32][33]
Hanhwa Aerospace, bagian dari Hanwha Group, menandatangani perjanjian dengan General Electric untuk memproduksi mesin pesawat General Electric F414 untuk pesawat KF-X. Menurut perjanjiannya, Hanhwa Aerospace akan memproduksi komponen penting, merakit mesin secara lokal, dan mengawasi pemasangan mesin pada pesawat. Perusahaan akan mendukung pengujian penerbangan dan membangun sistem pendukung yang luas untuk pengoperasian pesawat.[34][35][36]
Radar AESA KF-21 Boramae dikembangkan oleh Hanhwa Systems dibawah kepemimpinan ADD.[37][38]Elta Systems membantu menguji prototipe perangkat keras radar AESA yang dikembangkan oleh Hanwha Systems.[31][39]Saab memberikan konsultasi teknis kepada LIG Nex1 yang mengembangkan perangkat lunak Multi Function Radar (MFR) untuk radar AESA.[32][40]
Kontroversi
Dugaan suap dari luar negeri
Pada bulan Oktober 2009, salah satu pensiunan jenderal Angkatan Udara Republik Korea ditangkap akibat membocorkan beberapa dokumen rahasia kepada Saab. Mantan jenderal tersebut diduga telah menerima uang suap beberapa ratus ribu dolar atas sejumlah salinan dokumen rahasia yang telah dia foto. Pihak Saab membantah segala keterlibatan.[41][42][43]
Defense Security Command (DSC) menemukan bukti bahwa ada firma usaha pertahanan luar negeri yang juga memberi suap kepada seorang anggota Security Management Institute (SMI). Presiden Lee Mying-bak meyakini oleh karena tindak suap korupsi tersebut membuat anggaran pertahanan naik sebesar 20%.[44]
Oposisi
Korea Institute for Defense Analyses (KIDA) berbicara kepada khalayak umum bahwa Korea Selatan belum mampu secara teknologi untuk mengembangkan pesawat KF-X, bahwa program tersebut secara ekonomi tidak layak dan KF-X akan tidak menjadi produk ekspor yang berhasil. Selain itu juga mempertanyakan estimasi biaya dari Agency for Defense Development (ADD).[45] Estimasi dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA) sekitar ₩6 triliun untuk biaya pengembangan dikritisi oleh beberapa analis, yang mengungkapkan program ini dapat menelan biaya hingga ₩8,5 triliun.[46][47]
Peneliti pertahanan Lee Juhyeong mengadakan sebuah seminar membahas program ini, menyatakan bahwa pengembangan KF-X bisa memakan biaya lebih dari ₩10 triliun (US$9,2 miliar) dan biayanya dapat dua kali lipat lebih mahal dibandingkan pesawat impor selama kurun waktu berjalannya program tersebut.[45]
Beberapa kritik menyebut bahwa KF-X akan lebih mahal dua kali lipat layaknya varian paling terbaru F-16 dan Jepang telah mengalami situasi yang sama dengan Mitsubishi F-2 milik mereka.[48]
Penarikan dana EADS
Pada tanggal 23 Mei 2013, EADS (sekarang telah menjadi bagian dari Airbus) menawarkan investasi sebesar US$2 miliar kepada program KF-X jika Korea Selatan memilih Eurofighter Typhoon untuk program akusisi pesawat F-Xnya pada tahapan ke-3.[49] Namun F-35A justru yang dipilih, dan EADS beberapa kali menawar investasinya dengan pembagian akusisi untuk 40 unit Eurofighter Typhoon dan 20 unit F-35A.[50] Akan tetapi pada bulan September 2017, Korea Selatan mengumumkan pembelian 40 unit pesawat tempur F-35, menyebabkan EADS menarik tawarannya.[51]
Penundaan dan keterlambatan
Program KF-X telah mempunyai beberapa riwayat keterlambatan dan penundaan sejak pengumumannya di tahun 2011. Beberapa mitra luar negeri ditawarkan dengan pembagian biaya dan jaminan pembelian, dan beberapa upaya gagal dilakukan untuk membujuk Swedia, Turki, dan Amerika Serikat untuk bergabung dalam program. Konsep desain dan persyaratan seringkali berubah ketika sedang berusaha menarik calon mitra. Pada tanggal 1 Maret 2013, menjelang pemilihan Presiden Park Geun-hye, Korea Selatan memutuskan untuk menunda program selama 18 bulan, akibat permasalahan finansial.[46][47]
Pada tanggal 8 Februari 2017, Wakil Menteri Luar Negeri IndonesiaAbdurrahman Mohammad Fachir mengatakan bahwa program KF-X kembali tertunda karena pemerintah AS tidak menyetujui lisensi ekspor empat kunci teknologi F-35. Penolakan ini telah dibicarakan pada pertemuan di bulan Oktober 2015, meskipun militer AS menyatakan bahwa ada kesepakatan untuk membentuk sebuah kelompok kerja antarlembaga mengenai permasalahan seperti itu dan Menteri Pertahanan AS akan "memikirkan cara untuk kerjasama bersama" melalui teknologi untuk KF-X.[52][53][54]
Pada tanggal 1 November 2017, Dirgantara Indonesia mengalami keterlambatan dalam pembayaran yang telah disepakati, dimana anggota Majelis Nasional (Korea Selatan) Kim Jong-Dae mengatakan akan menunda kembali atau bahkan memberhentikan sementara program.[6][55] Kim mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengutarakan kesulitanya dalam membayar dan tidak memasukkan pembayaran tersebut dalam anggaran mereka. Akan tetapi, DAPA menyatakan bahwa tengah berunding dengan Indonesia terkait pembayaran, yang akan dibahas di pertemuan antara pemimpin dua negara.[55] Indonesia mengutarakan alasannya bahwa hal ini merupakan dari kesalahan administrasi, karena salah menganggap bahwa sumber pembayaran berasal dari "anggaran pertahanan sampingan". Persetujuan dari parlemen diperlukan untuk membenahi kesalahan tersebut,[56] dan pembayaran disampaikan bersama dengan pernyataan harapan bahwa program akan berlanjut tanpa kerumitan lebih lanjut.[57]
Negosiasi ulang Indonesia
Pada tanggal 1 Mei 2018, dikabarkan bahwa Indonesia memiliki beberapa komplain mengenai aturan kontrak terkait manfaat teknis dan lisensi ekspor. Media pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Kementerian Pertahanan akan melakukan negosiasi ulang program pengembangan bersama dalam upaya untuk mendapatkan bagian yang lebih besar dalam produksi lokal, sekaligus lisensi ekspor. Kementerian Pertahanan Indonesia menambahkan bahwa program ini akan tetap berjalan walaupun dengan beberapa kendala.[58]
Diskusi negosiasi uang berlanjut hingga tahun 2019. Menurut agenda pertemuan di bulan Januari 2019, Indonesia berupaya untuk lebih terlibat dalam program hingga tahun 2031, dan tertarik untuk melakukan sebagian dari pembayarannya dalam perdagangan untuk peralatan pertahanan produksi Indonesia.[59][60] Pada bulan Agustus, Indonesia telah menawarkan pesawat angkut beserta beberapa komoditas.[61][62] Pada Agustus 2021, Indonesia kembali menegaskan kembali komitmennya terhadap program KF-21.[50] Negosiasi biaya akhirnya menemukan titik terang dan disepakati oleh kedua belah pihak pada tahun 2021.[63][64] Namun ternyata kendala pembayaran pengembangan yang disepakati antara Indonesia dan Korea Selatan belum juga terselesaikan.[65]
Varian
KF-21N
Pada bulan September 2022, KAI menampilkan sebuah model dinamai KF-21N, variasi dari KF-21 yang ditunjukkan untuk beroperasi dari kapal induk. Di bulan Mei 2022, Kementerian Pertahanan Nasional (Korea Selatan) memutuskan untuk membatalkan pendanaan CVX, sebuah rencana program kapal induk kecil yang mampu menampung dan mengoperasikan pesawat F-35B. Tetapi kemudian, hal itu diklarifisikasi bahwa Kementerian Pertahanan Nasional (Korea Selatan) akan mempertimbangkan pengadaan desain kapal induk berukuran besar jika jet tempur maritim dapat dikembangkan secara mandiri. Melihat hal tersebut, KAI memulai penggarapan konsep desain awal untuk KF-21 dapat beroperasi dari kapal induk. Bagian sayap dibuat 20% lebih besar untuk memastikan kestabilan dan keamanan ketika lepas landas dan mendarat, serta dapat dilipat untuk penyimpanan yang praktis. Perubahan secara struktural menjadikan pesawat ini mampu beroperasi dengan CATOBAR dan STOBAR. Bila Angkatan Laut Republik Korea memutuskan untuk mengakusisi sebuah kapal induk yang mampu mengoperasikan armada jet tempur dan sesuai dengan kebutuhan, maka KAI mengklaim dapat membangun KF-21N ini "dalam beberapa tahun".[66][67]
KF-21EA
Pada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21EA adalah varian pesawat peperangan elektronik yang serupa dengan Boeing EA-18G Growler. Varian ini akan didasarkan dengan KF-21B yang memiliki dua tempat duduk, dengan kokpit belakang digunakan oleh perwira peperangan elektronik.[68]
KF-21EX
Pada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21EX dikabarkan memiliki kemampuan siluman penuh dengan dengan tanda silang radar yang dikurangi dan ruang senjata internal untuk membawa senjata. Varian ini juga diharapkan akan mengintegrasikan Next Air Combat System (NACS), jaringan tempur untuk angkatan udara.[68]
KF-21SA
Pada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21SA adalah varian KF-21 yang dikhususkan untuk pasar ekspor dengan fitur yang bisa diganti sesuai keperluan pelanggan.[68]
Pada tanggal 30 Juli 2024, pemerintahan Filipina meminta permintaan informasi oleh KAI untuk mengikuti tender pesawat tempur multiperan angkatan udara Filipina. KF-21 akan melawan pesawat F-16V Viper dan JAS 39 Gripen.[70]
Sampai dengan Mei 2024, Indonesia mengurangi kontribursi pengembangan pesawatnya. Perjanjian yang dibuat pada tahun 2016 tersebut bernilai USD 6,59 miliar untuk 48 pesawat pada tahun 2026.[71]
^ abc"한국형 전투기 개발 계획: KF-X 사업(보라매사업)-pdf" [Korean fighter development plan:KF-X project (Boramae project)] (PDF) (dalam bahasa Korea). 국회입법조사처. 2015-09-10.
^ ab"List Of KF-X Opponents Grows". aviationweek.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-12. Diakses tanggal 2017-11-12.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama MBDA_CONTRACT_1
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama MBDA_CONTRACT_2
^ ab"KF-X 미사일 '중복계약'."fnnews. 2017-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-22. Diakses tanggal 2017-12-20.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Peta Lokasi Kabupaten Ogan Komering Ulu di Sumatera Selatan Berikut adalah daftar kecamatan dan kelurahan/desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Indonesia. Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki 13 kecamatan, 14 kelurahan dan 143 desa (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa di seluruh Sumatera Selatan). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 357.502 jiwa dengan luas wilayahnya 4.797,06 km² dan sebaran penduduk 74 jiwa/km².[1][2] Daftar keca...
Artikel ini bukan mengenai Bahasa Maya atau Bahasa Maiya. Proyek pemetaan bahasaProyekWiki BahasaArtikel ini menggunakan peta yang dihasilkan dari OpenStreetMap dan juga jejaring peta (mapframe) yang dibuat oleh kontributor Wikipedia. Apabila Anda menemukan kesalahan informasi, galat, maupun kendala teknis lainnya dalam data peta, silahkan laporkan di sini. Apabila Anda tertarik dalam pengembangan proyek pemetaan bahasa, silakan bergabung ke ProyekWiki kami. Proyek ini sudah menghasilkan seba...
المستودع الطبيعي (بالإنجليزية: natural reservoir) هو المضيف طويل الأمد لعامل مسبب لمرض معدٍ يوفر للعامل الممرض الاستمرارية في البيئة وإمكانية الانتقال (السراية) إلى كائنات أخرى.[1][2][3] في أحيان كثيرة لا تؤدي إصابة المستودع بالعامل الممرض إلى تطور مرض عرضي أو مميت. يسم�...
The aqueduct near Higher Wheelton The Thirlmere Aqueduct is a 95.9-mile-long (154.3-kilometre-long) pioneering section of water supply system in England, built by the Manchester Corporation Water Works between 1890 and 1925. Often incorrectly thought of as one of the longest tunnels in the world, the aqueduct's tunnel section is not continuous. The aqueduct was built to carry approximately 55,000,000 imperial gallons (250,000 m3) per day of water from Thirlmere Reservoir to Manchester. ...
Pour les autres membres de la famille, voir Maison de Bourbon-Parme. Zita de Bourbon-Parme L’impératrice Zita en 1916 lors de son couronnement comme reine de Hongrie à Budapest.Titres Impératrice consort d'AutricheReine consort de Hongrie, de Bohême, de Croatie et de Slavonie 22 novembre 1916 – 12 novembre 1918(1 an, 11 mois et 21 jours) Données clés Prédécesseur Élisabeth en Bavière Successeur Abolition de la monarchie 12e grande maîtresse de la Croix étoilée...
Aquaculture in Alaska is dominated by the production of shellfish and aquatic plants. These include Pacific oysters, blue mussels, littleneck clams, scallops, and bull kelp. Finfish farming has been prohibited in Alaska by the 16.40.210 Alaskan statute, however non-profit mariculture continues to provide a steady supply of aquaculture in the state. Many organizations that helped the ban, now encourage the growing of shellfish and other oysters.[1] Overview Salmon boats fishing on the ...
This article appears to be slanted towards recent events. Please try to keep recent events in historical perspective and add more content related to non-recent events. (October 2022) Part of a series onWarOutline History Prehistoric Ancient Post-classical castles Early modern pike and shot napoleonic Late modern industrial fourth-gen Military Organization Command and control Defense ministry Army Navy Air force Marines Coast guard Space force Reserves Regular / Irregular Ranks Specialties: S...
Greek-Brazilian architect Demetre Basile AnastassakisDemetre in his adopted town of Rio de Janeiro, with the Sugarloaf Mountain on the background.Born(1948-04-23)April 23, 1948Athens, GreeceDiedJuly 27, 2019(2019-07-27) (aged 71)Rio de Janeiro, BrazilNationalityGreek-BrazilianAlma materUniversidade Federal do Rio de Janeiro (UFRJ)OccupationArchitectAwardsArchitect of the Year, Federación Nacional de Arquitectos y Urbanistas (2006)PracticeCo.Opera.Ativa and private officeBuildingsNo...
1991 EP by JellyfishJellyfish Comes AliveEP by JellyfishReleased1991RecordedThe Roxy and Bogart's (Los Angeles, CA) and The Hard Rock Cafe (San Francisco, CA)Genre Power pop[1] jangle pop[1] Length18:29LabelCharismaProducer Albhy Galuten Jack Joseph Puig Jellyfish chronology Bellybutton(1990) Jellyfish Comes Alive(1991) Spilt Milk(1993) Professional ratingsReview scoresSourceRatingAllmusic[1] Jellyfish Comes Alive was a promotional EP released in 1991 by Jellyf...
Questa voce sull'argomento slittinisti è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Jorge MonjoNazionalità Spagna Slittino SpecialitàSingolo Modifica dati su Wikidata · Manuale Jorge Monjo (21 febbraio 1944) è un ex slittinista spagnolo. Ha gareggiato nella competizione del singolo maschile di slittino ai Giochi olimpici invernali del 1968. Partecipazioni olimpiche Competizione Pos. Data Città Singolo 43ª 4 febbraio 1968 Gren...
Visual art genre about outer space For the band, see Space Art (band). This article contains wording that promotes the subject in a subjective manner without imparting real information. Please remove or replace such wording and instead of making proclamations about a subject's importance, use facts and attribution to demonstrate that importance. (August 2023) (Learn how and when to remove this message) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article ...
Strasbourg AirportAéroport de StrasbourgIATA: SXBICAO: LFST SXBLocation of airport in AlsaceInformasiJenisPublicPengelolaCCI de Strasbourg et du Bas RhinMelayaniStrasbourg, FranceLokasiEntzheim, FranceKetinggian dpl154 mdplKoordinat48°32′31″N 007°38′04″E / 48.54194°N 7.63444°E / 48.54194; 7.63444Situs webwww.strasbourg.aeroport.frLandasan pacu Arah Panjang Permukaan m kaki 05/23 2,400 7,874 Aspal Source: French AIP[1] Bandar Udara Strasbo...
Massacro di Halamishattentato Tipoaccoltellamento Data21 luglio 2017 LuogoHalamish, Cisgiordania Stato Israele Coordinate32°00′21″N 35°07′34″E32°00′21″N, 35°07′34″E Armacoltello Obiettivocivili israeliani ResponsabiliOmar al-Abed, un lupo solitario palestinese MotivazioneTerrorismo islamico, sentimenti antisemiti ConseguenzeMorti3 Feriti2 (incluso l'attentatore) Modifica dati su Wikidata · Manuale Il massacro di Halamish[1][2][3] fu un at...
Soldati della 10th Mountain Division statunitense con indosso l'Army Combat Uniform nel 2011 in Afghanistan Un tiratore scelto della marina francese camuffato con una ghillie suit. Anche il fucile e il binocolo sono stati camuffati per non essere visti dal nemico Il camuffamento militare si riferisce a qualsiasi metodo utilizzato per rendere meno rilevabili le forze militari alle forze nemiche.[1] In pratica, è l'applicazione di colori e materiali utili a nascondere all'osservazi...
This template does not require a rating on Wikipedia's content assessment scale.It is of interest to the following WikiProjects:Trains: Stations / Rapid transit Trains Portal This template is within the scope of WikiProject Trains, an attempt to build a comprehensive and detailed guide to rail transport on Wikipedia. If you would like to participate, you can visit the project page, where you can join the project and/or contribute to the discussion. See also: WikiProject Trains to do list and...
War between the Jicarilla Apaches and the U.S. military Jicarilla WarPart of the Apache Wars, Ute Wars, Texas-Indian WarsKit Carson in 1854 by William RanneyDate1849 - 1855[1]LocationNew Mexico Territory, TexasResult United States victoryBelligerents United States ApacheUteCommanders and leaders Philip St. George Cooke John Davidson Kit Carson Lobo Blanco †Flechas RayadaChacon vteApache Wars Jicarilla War Point of Rocks Wagon Mound Bell's Fight Cieneguilla Ojo Calient...