Halte Kalimenur (KLR) merupakan halte kereta api nonaktif yang terletak di Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo, tepatnya di antara Stasiun Sentolo dan Stasiun Wates. Halte yang terletak pada ketinggian +35 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta.
Halte ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel Surabaya-Cilacap, sekitar 1887. Hingga masa revolusi, Halte Kalimenur menjadi salah satu perhentian yang riuh dengan penumpang menunggu kereta uap yang sering disebut sebagai sepur bumel atau sepur grenjeng. Yang unik, halte ini dahulu juga disebut sebagai Stasiun Tahu, karena mayoritas penumpangnya adalah penjual tahu dari Desa Tuksono yang hendak berjualan ke Yogyakarta atau Kutoarjo. Beberapa penjual tahu juga menjajakan dagangannya di sekitar halte ini.[4]
Pada masa revolusi sekitar 1948, sejumlah halte di jalur ini pernah dibom oleh Belanda, hingga hampir hancur. Djawatan Kereta Api (DKA) kemudian membangun kembali, dan meresmikan Stasiun Kalimenur menjadi perhentian dilayani agen pada tahun 1954.
Kini kondisi halte ini lusuh, kesepian, dan banyak vandalisme karena sejak tahun 1974; 50 tahun lalu (1974), halte ini tak lagi beroperasi. Halte Kalimenur berhenti beroperasi pada 1974 dan dianggap tak layak lagi meski hanya untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi karena posisinya yang tidak strategis, okupansi yang minim, dan berada di tikungan besar Kalimenur.
Arsitektur halte ini masih asli dan merupakan peninggalan Staatsspoorwegen. Bahkan bangunan utama dan ruang kepala perhentiannya pun masih dapat diselamatkan.[4]
Saat ini, Halte Kalimenur dijadikan sebagai tempat beristirahat oleh warga dan railfans yang hendak menyaksikan atau memotret kereta api yang sedang menikung di tikungan Kalimenur. Halte ini terakhir dicat ulang pada November 2021 sebagai bagian dari program Festival Pacak Sepuran yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo bekerja sama dengan masyarakat pinggir rel.[5]
Insiden
Pada tanggal 17 Oktober 2023 pukul 13.13, KA 17 Argo Semeru relasi Surabaya Gubeng—Gambir anjlok pada km 520+4 lintas Kutoarjo—Sentolo. tepat di depan Halte Kalimenur. Tiga menit kemudian, sekitar pukul 13.16, KA 6 Argo Wilis relasi Bandung—Surabaya Gubeng menyerempet rangkaian kereta api Argo Semeru yang miring di rel yang dilalui oleh KA Argo Wilis. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Akibatnya puluhan perjalanan kereta api mengalami perubahan rute perjalanan, mengalami perpendekan, bahkan dibatalkan. Kedua rangkaian kereta pun dievakuasi dan jalur hulu antara Stasiun Sentolo dan Stasiun Kutoarjo dapat dilalui dengan kecepatan terbatas.[6][7][8]
Referensi
- ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ Buku Jarak untuk Angkutan Barang Jawa dan Madura. Bandung: Perusahaan Jawatan Kereta Api. 1982. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-26. Diakses tanggal 2020-07-15.
- ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020.
- ^ a b Lou, ed. (2009-11-14). "Mari Menelusuri Kejayaan Kereta Masa Silam". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-03. Diakses tanggal 2018-12-09.
- ^ S., Asrul (29 November 2021). Danar, ed. "Festival Pacak Sepuran, Jalur Kereta Api di Kulonprogo Tampil Unik". KRjogja.com. Diakses tanggal 2023-10-17.
- ^ Ramadhan, Devi Nindy Sari (2023-10-17). Risbiani Fardaniah, ed. "KA Argo Semeru anjlok di lintasan Stasiun Sentolo-Wates siang ini". ANTARA News. Jakarta. Diakses tanggal 2023-10-17.
- ^ Sutarmi, author (2023-10-18). Supriyadi, Edy, ed. "Kereta Api Argo Wilis-Argo Semeru tabrakan di Kalimenur Kulon Progo". ANTARA News. Kulon Progo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-10-18. Diakses tanggal 2023-10-17.
- ^ Zebua, Dani Julius (2023-10-18). "Perjuangan KAI Evakuasi Kereta Argo Semeru Anjlok, 4 Crane Dikerahkan sampai Malam". KOMPAS.com. Kulon Progo. Diakses tanggal 2023-10-18.
Pranala luar