Halotana atau Fluotana adalah obat anestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarna yang mudah menguap dan berbau harum.[2] Dibuat pertama kali oleh C.W. Suckling pada tahun 1951.[2] Pemberian halotana sebaiknya bersama dengan oksigen atau nitrous okside 70%-oksigen dan sebaiknya menggunakan vaporizer yang khusus dikalibrasi untuk halotana agar konsentrasi uap yang dihasilkan itu akurat dan mudah dikendalikan.[2]
Halotana dapat menimbulkan terjadinya halotana hepatitis, terutama bila obat ini diberikan dalam jangka waktu pendek (pemberian berkali-kali dalam jangka waktu pendek).[3] Obat ini dimetabolisme di hepar sebanyak 20-45%.[3] Hasil metabolismenya berupa Br-, F-, Cl-, asam trifluoracetat, gas chlorodifluoroetilen serta chlorotrifluoroetilen.[3]
Efek Samping
Recovery dari anestesi dengan Halotana terjadi cukup cepat.[3] Apabila terjadi rasa mual dan muntah pada masa pasca bedah / anestesi kadang-kadang hebat, maka harus dilakukan pengawasan dan perawatan yang saksama untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat muntah, terutama pada pasien yang waktu puasa pra bedah kurang dari 8 jam (dewasa), seperti pada kasus bedah akut.[3] Sedangkan pada masa setelah bedah, pasien akan menggigil.[3]
Referensi