Dipoyudo IV

Raden Tumenggung Dipayudha IV. atau Dipoyudo IV adalah bupati pertama daerah karesidenan Banjar pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram. Berkuasa sejak 1831 sampai 1846 setelah berjasa kepada pemerintah mataram dalam perang Diponegoro, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk ditetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 nomor I.

Dalam tulisan Priyadi (2006), Mas Kadirman (nama kecil dari Dipayuda IV atau Dipayuda Banjarnegara) adalah putra Ngabehi Dipawidjaya yang menikah dengan putri Dipayuda II. Dipayuda II (Dipayuda Seda Banda) adalah Putra Yudanegara III.

Putra Dipamenggala

Dipawijaya (Bagus Gugu) adalah anak bungsu Dipayuda Seda Jenar, Ngabehi Karanglewas Purbalingga 1749-1751. Sejak kecil Bagus Gugu ikut kakak ayahnya Patih Danureja I (Yudanegara III) di keraton Jogjakarta. Setelah pensiun dari Kepatihan dikenal sebagai Dipamenggala dan dimakamkan di Makam Dawuhan Banyumas.

Cucu Dipayuda I

Dipayuda Seda Jenar atau Dipayuda I adalah putra Adipati Yudanegara II di Banyumas, meninggal saat perang Jenar atau perang Mangkubumen. Dari perang ini lahirlah perjanjian Giyanti yang membagi Mataram Islam menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Atas jasa Adipati Yudanegara III kepada pangeran Mangkubumi beliau diangkat sebagai Patih pertama Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Patih Danureja I.

Ngabehi Dipadiwirya seorang Demang di Ngayah-Adireja juga adik Dipayuda IV (Putra Dipamenggala) selanjutnya diangkat menjadi Patih Banjarnegara. Dipadiwirya adalah ayah Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Raden Bei Aria Wirjaatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 mendirikan sebuah bank dengan nama "De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden" (Bahasa Indonesia: Bank Bantuan dan Simpanan Milik Priyayi Purwokerto), untuk menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat asli Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 1946, bank ini ditetapkan sebagai sebuah bank pemerintah dengan nama "Bank Rakyat Indonesia".

Memindahkan pusat pemerintahan

Pada era Dipayudha IV ini Pusat Pemerintahan dipindahkan ke Selatan Sungai Serayu di daerah pesawahan yang cukup lebar (Banjar) dan di namakan Banjarnegara (Banjar= sawah; Negara= kota).1 Dipayuda IV menjabat Bupati sampai tahun 1846 kemudian diangkatlah Raden Adipati Dipadiningrat sebagai penggantinya. Beliau dimakamkan di Makam Purbayasa, Desa Pucang Kecamatan Bawang Banjarnegara.

Dipadiningrat memerintah hingga pensiun tahun 1878, setelah itu digantikan oleh Mas Ngabehi Atmadipura Patih Kabupaten Purworejo yang setelah menjadi bupati di Banjarnegara bergelar Tumenggung Jayanegara I. Pada saat ia memerintah, pada tahun 1884 sistem irigasi modern pertama di bangun di Banjarnegara dan diberi nama irigasi Singamerta.

Referensi

Daftar pustaka

  1. Priyadi S, Pradono RD, Abdulah IT. Tedhakan Serat Babad Banyumas: Suntingan Teks, Terjemahan dan Fungsi Geneologi dalam Kerangka Struktur naratif. BPPS-UGM 1995;8:483-94.
  2. Silsilah Keturunan. (Accessed at)
  3. Priyadi S. Sejarah Trah Yudanegara Banyumas. Humaniora 2004;16:303-12.
  4. Armando R. Dari Kadipaten ke Karesidenan (Sejarah Perkembangan Pemerintahan Banyumas dari tahun 1800-1950) [Tinjauan Pustaka]. Denpasar: Universitas Udayana; 2012.
  5. Priyadi S. Konflik Sosial Masyarakat Perdesaan di Purbalingga dan Banyumas. Humaniora 2006;18:165 - 77.