Bedibai dalam bahasa Bulungan berarti turun, yang mana merupakan agenda rutin dalam kesultanan Bulungan yang biasanya dilaksanakan saat Pesta Rakyat Berau. Adapun tujuan dari diadakannya ini untuk memohon kepada yang maha kuasa untuk memberikan kesehatan dan agar terhindar dari marabahaya serta sebagai doa agar para pemimpin tetap sejahtera.
Pada 2020 lalu, digelar ritual Bedibai dalam rangka hari jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Ritual Bedibai digelar di sebuah bangunan kuno di Tanjung Palas, bekas kediaman Perdana Menteri Kesultanan Bulungan Datu Mansyur dan dihadiri oleh pemerintah setempat serta tokoh adat.[1] Dipercayai bahwa jika tidak melaksanakan Bedibai, sesuatu akan terjadi pada masyarakat kabupaten Bulungan (kesurupan massal bahkan sampai musibah.[2]
Perlengkapan ritual
Beberapa perlengkapan dalam ritual adat ini antara lain Mahligai, miniatur rumah kayan, biduk bebandung, biduk kayan, kelengkeng dan sesajen.
Prosesi
Ritual adat ini akan dilaksanakan dalam bahasa Bulungan dan diiringi musik dalam suasana magis. Dalam ritual ini, seorang penari, yang umumnya seorang nenek akan menarikan Tari Bangun menggunakan kipas dan diiringi musik yang akan mengitari replika biduk benandung, rumah kayan dan perlengkapan lainnya.[3] Si penari juga akan memasukan lilin yang menyala ke dalam mulut seperti seorang yang sedang merokok, hal ini mampu si penari lakukan karena dipercaya penari tersebut telah mendapat kekuatan dari roh nenek moyang. Sesekali ia menyampaikan pesan pesan leluhur agar kedepannya perayaan irau lebih baik dan meriah lagi.[4]
Akhir dari acara tersebut adalah menyampaikan perlengkapan-perlengkapan yang berisis sesajen tersebut ke beberapa lokasi yang dipercaya sebagai tempat roh-roh leluhur tersebut bersemayam antara lain di Gunung putih, sungai Belugau, lapangan Agathis, Tugu Telur pecah dan tempat lainnya.[5]
Referensi