Yusuf lahir di Pekanbaru pada tanggal 20 September 1971[2] merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya yang seorang guru yang bekerja di dinas pendidikan menginginkan anak-anaknya menjadi guru atau dosen sehingga orang tuanya sangat mementingkan pendidikan, meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan.[3]
Dia melanjutkan studi perguruan tinggi di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1994 dibawah bimbingan Prof. Muslim. Skripsinya saat itu berjudul Quantum Tunneling and Imaginary Time Path. Lalu dia melanjutkan studi magister di jurusan fisika teori di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 1999 dengan tesis berjudul Dynamical System Solution of the Non-Linear Schrodinger Equation di bawah bimbingan Prof. Freddy Permana Zen, D.Sc. Dia kembali mengambil studi magister untuk meraih gelar Master of engineering Jurusan Fisika Terapan di Universitas Kyushu pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2002 dengan tesis berjudul Prewavy Instability in Nematic Liquid Crystal.[6][7] Program doktor dilakukan di universitas yang sama pada tahun 2002 dan meraih gelar Doctor of Engineering pada tahun 2005 yang dibimbing oleh Prof Soichi Kai.[8] Disertasinya berjudul Swelling dynamics of liquid crystal elastomers swollen with low molecular weight liquid crystals[9]
Yusuf menikah dengan Khusnul Solikhah dan memiliki tiga orang anak.[5]
Karier dan penghargaan
Pada tahun 2001, Yusuf mendirikan kelompok riset bernama Liquid Crystal Elastomers (LCE) Group.[4] Pada tahun 2006, disertasinya terpilih sebagai penelitian baru dan mendapatkan penghargaan Glenn H. Brown Prize dari International Liquid Crystal Society ketika dia melaksanakan penelitian pascadoktoral di Universitas Kyushu selama periode program Japan Society for the Promotion of Science.[10][11] Penemuannya ini terus berkembang dan dinamai " Lengan Gatot kaca" dan akhirnya membuatnya diundang dalam Pertemuan Pemenang Hadiah Nobel Lindau pada tahun 2010 yang berlokasi di Lindau, Bayern, Jerman. Penelitannya menciptakan bahan baku otot buatan yang menurutnya "lebih responsif, tahan lama dan murah".[12][13]
Pada tahun 2021, Yusuf diangkat menjadi Guru Besar Fisika di UGM dengan orasinya yang berjudul "Perkembangan Riset dan Teknologi Material Kristal Cair".[14][15]