Yoga mulai mempelajari intelejen di Akademi Militer (Rikugun Shikan Gakko) di Tokyo pada tahun 1942-1945.[1] Yoga Sugama memulai karier sebagai penerjemah Tentara Sekutu di Tokyo Criminal Investigation Division pada tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, dia menjadi perwira intelijen di Staf Teritorium Militer (STM), merangkap Asisten I (Intelijen) Brigade Gunung Jati, Banyumas. Kemudian, ia dipindahkan ke Departemen Pertahanan di Jakarta. Di Departemen Pertahanan, ia bertemu dengan Zulkifli Lubis, Kepala Badan Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP) yang juga pernah menjadi Kepala Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI), cikal bakal Badan Intelejen Negara. Dari perkenalan itu, ia mendalami intelejen.[2]
Yoga berkenalan dengan Soeharto ketika menjadi Asisten I (TT-IV) Diponegoro di Semarang. Sejak itu, dia makin dekat dengan Soeharto dan turut berperan mengantarkan Soeharto menjadi presiden.[2] Yoga Soegama kemudian menjabat Atase Militer di Yugoslavia pada tahun 1962-1965.[3]
Pada tahun 1966, Soeharto sebagai Pangkopkamtib, mendirikan Komando Intelijen Negara (KIN) dan menunjuk Yoga sebagai Kepala. KIN di bawah kepemimpinan Yoga langsung membentuk divisi Operasi Khusus yang dipegang oleh Letkol Ali Moertopo dengan asisten Benny Moerdani dan Aloysius Sugiyanto. Soeharto kemudian merubah KIN menjadi Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) dan Yoga ditunjuk menjadi Kepala BAKIN pada tahun 1974.[2]
Saran Pengunduran Soeharto
Pada tahun 1988[2], Yoga Sugama yang saat itu menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen (BAKIN) menyarankan agar Soeharto mundur dari jabatan Kepresidenan-nya. Saran itu ia sampaikan dirumah pribadi sang presiden di Jl. Cendana, Jakarta.
Yoga menyarankan agar Soeharto tidak lagi maju di pemilihan presiden 1988. Ia kemudian menyatakan dukungan nya kepada siapapun yang terpilih dalam pilpres tersebut. Namun saran darinya ini tidak ditanggapi oleh Soeharto sendiri dan bahkan Soedharmono dan Moerdani secara spontan menolak usulan nya tersebut. Mendengar respon dari sang presiden yang tidak banyak berkomentar, hal itu rupanya menyakitkan hatinya. Ia bahkan berhenti untuk melakukan pertemuan rutin yang ia lakukan sejak tahun 1974 di setiap Jum'at malam di Cendana.[4]
Wafat
Yoga Sugama mangkat pada hari Rabu, 23 April 2003 pukul 10.00 WIB pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, karena sakit yang dideritanya. Sebelum mangkat, ia sebenarnya sudah cukup lama menderita sakit parah. Ia pernah mendapat perawatan di Singapura hingga sempat dinyatakan pulih kembali. Namun kondisi stabil ini tidak bertahan lama dan penyakitnya kembali kambuh dan kembali mendapat perawatan hingga ia tutup usia.
Atas pengabdian dan jasa-jasa selama masa hidupnya, ia dianugerahkan berbagai tanda kehormatan kenegaraan baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[6]
^Yoga Soegomo, B. Wiwoho, Banjar Chaeruddin, Indonesia (1990). Memori Jenderal Yoga. Indonesia: Bina Rena Pariwara. hlm. 495.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)