Imigrasi Tionghoa ke Amerika Serikat telah datang dalam jumlah besar, sering kali untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Orang Tionghoa pertama tiba di Amerika sebanyak 1000 orang pada tahun 1820 berdasarkan catatan pemerintah Amerika Serikat, semuanya adalah pria.[5]Demam Emas Kalifornia pada tahun 1848 memicu lebih banyak kedatangan orang Tionghoa yang ingin menambang emas dan bekerja kasar.[6][7][8]
Pada tahun 1852 imigran Tionghoa sudah mencapai 25.000, lalu menjadi 105.465 orang pada tahun 1880, dimana sebagian besar tinggal di Pantai Barat. Sebagian besar imigran awal adalah pria muda berpendidikan tak memadai dari provinsi Guangdong.[9]
Orang Tionghoa adalah salah satu kelompok imigran pertama yang tinggal di Amerika Serikat, tetapi antara tahun 1885-1943 dilarang masuk menyusul dikeluarkannya Chinese Exclusion Act (Undang-Undang Pelarangan Tionghoa). Sampai tahun 1965, imigrasi Tionghoa masih sangat dibatasi. Pada tahun 1970-an, sebagian besar imigran Tionghoa ke Amerika berasal dari Hong Kong, Taiwan dan sedikit dari Tiongkok daratan. Tiongkok melarang emigrasi selama tahun 1960-an. Pada tahun 1980-an, sebagian dikarenakan pencabutan larangan emigrasi pada tahun 1970-an, imigran Tiongkok daratan semakin banyak datang dan telah mencakup proporsi besar orang Tionghoa Amerika.[10]Bahasa Kantonis yang dituturkan sebagian besar imigran awal, merupakan bahasa non-Inggris terbanyak ke-3 yang dituturkan di Amerika Serikat.[11]
Kewarganegaraan
Semua etnis Tionghoa yang dianggap sah sebagai warga negara Amerika Serikat, harus lahir di Amerika Serikat, menurut Fourteenth Amendment (Amendemen Ke-14) dan keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat tahun 1898 United States v. Wong Kim Ark (1898 United States v. Wong Kim Ark Supreme Court).[12] Untuk naturalisasi, para imigran harus mengucapkan sumpah setia kepada negara namun tidak perlu melepas kewarganegaraan lama. Republik Rakyat Tiongkok tidak mengakui kewarganegaraan ganda dan menganggap naturalisasi imigran berarti melepaskan status lama. Republik Tiongkok (Taiwan) mengakui kewarganegaraan ganda dan tidak menganggap naturalisasi sebagai perlucutan status lama.
Berdasarkan Survei Komunitas Amerika tahun 2006, sebanyak 1.330.361 atau 37% dari warga Tionghoa Amerika (termasuk asal Taiwan dan multiras) lahir di Amerika dan sebanyak 1.319.137 atau 59% adalah warga naturalisasi.
Pengaruh dalam budaya Amerika
Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar warga Amerika non-Asia tidak membedakan antara orang Tionghoa dan orang Asia Amerika secara umum, artinya dipersepsikan kedua kelompok ini hampir sama.[13] Sebuah survei tahun 2001 mengenai perilaku orang Amerika terhadap orang Tionghoa dan orang Asia menunjukkan bahwa ¼ responden berpersepsi dari "agak" sampai "sangat negatif" kepada orang Tionghoa Amerika secara umum.[14] Hal-hal positif banyak dipandang dari nilai kekeluargaan (91%), kejujuran sebagai pedagang (77%) dan menjunjung tinggi pendidikan (67%).[13]
Nilai-nilai
Imigran Tionghoa membawa banyak pemikiran, harapan dan nilai-nilai asal negeri mereka yang masih berlanjut sampai beberapa generasi. Yang paling utama adalah pandangan Konfusianisme yang berbakti dan hormat pada orang tua.[15] Selanjutnya adalah pendidikan sebagai jalan untuk mobilitas sosial yang lebih baik.[15][16]
Demografi
Warga Tionghoa adalah kelompok terbesar dalam komunitas Asia Amerika (mencakup 22,4% populasi) dan 1,2% dari seluruh populasi Amerika Serikat. Pada tahun 2006, populasi Tionghoa Amerika melampaui 3,6 juta jiwa.[17] Jumlah ini masih akan berkembang dikarenakan pesatnya angka imigrasi, tetapi diimbangi dengan tingkat kelahiran yang sangat rendah (lebih rendah daripada warga kulit putih) sehingga populasinya juga lebih cepat menua. Dalam beberapa tahun belakangan, adopsi anak dari Tiongkok meningkat pesat, terutama anak perempuan sehingga ikut berkontribusi pertambahan penduduk. Namun kenyataannya, adopsi anak dari Tiongkok daratan lebih banyak dilakukan warga kulit putih.
Komunitas
Daerah Metropolitan New York yang mencakup New York City dan lingkungan sekitar di negara bagian New York, New Jersey, Connecticut, dan Pennsylvania, menjadi komunitas Tionghoa Amerika terbesar di Amerika Serikat, dengan populasi lebih dari 665.714 orang pada tahun 2009.[18] Sebagian besar terkonsentrasi di 7 buah pecinan besar.
Di kota-kota ini, terdapat pecinan lama dan berkembang yang baru mulai dekade-60-an dan 70-an. Di beberapa daearah, hubungan orang Tionghoa terjalin baik dengan kelompok orang Asia lain seperti Korea, Jepang, Filipino, Vietnam dan sebagainya. Contohnya di kawasan Lower East Side di New York City, North Beach di San Francisco serta Monterey Park di Los Angeles.
Negara bagian Georgia mencatat perkembangan komunitas Tionghoa paling pesat di Amerika Serikat, meningkat 116,8% dari tahun 1990 sampai 2000.
Selain di kota-kota besar, kantong-kantong kecil pemukiman orang Tionghoa menyebar di kota-kota kecil, sering kali kota universitas di seluruh negeri.
Daerah dengan persentase warga Tionghoa tertinggi ada di Hawaii (10% dari populasi), disusul Kalifornia (3% pada tahun 2000) dan daerah Timur Laut (lebih dari 1%).
Bahasa
Bahasa Tionghoa yang banyak dituturkan adalah Kantonis, bahasa terbanyak ke-3 yang digunakan di Amerika Serikat. Penutur bahasa Kantonis lebih banyak dibanding penutur bahasa Tionghoa yang lain, terutama di Kalifornia.[11] Sekitar 2 juta orang lain, berbicara dalam bahasa-bahasa Tionghoa yang bervariasi. Bahasa Mandarin juga semakin banyak dituturkan, terutama oleh para imigran dari daratan Tiongkok dan Taiwan.[11]
Di New York City, 10 persen warga Tionghoa Amerika menggunakan bahasa Mandarin disamping bahasa kedua yang mulai menggantikan Bahasa Kantonis sebagai lingua franca.[20] Orang Fujian di kota ini membentuk komunitas besar pengguna Bahasa Min (terutama komunitas Fuzhou).[21] Sedangkan bahasa Wu yang lebih sedikit, digunakan oleh imigran asal Jiangsu, Zhejiang dan Shanghai dari Tiongkok daratan.
Walaupun orang Tionghoa Amerika mempelajari bahasa Inggris, mereka juga mengajarkan anak-anak mereka bahasa asli dengan alasan agar bisa berkomunikasi dengan sanak saudara, kebanggaan dan persepsi bahwa bahasa Tionghoa akan sangat berguna di tengah kemajuan ekonomi Tiongkok.
Kehidupan
Orang Tionghoa Amerika telah berprestasi di banyak bidang dalam masyarakat Amerika. Mereka bekerja di setiap lapisan pekerjaan, mulai dari militer, perdagangan, media, pendidikan dan olahraga. Selama bertahun-tahun mereka telah hidup seperti orang Amerika kebanyakan dengan menanamkan nilai-nilai budaya asli mereka.
Hal yang paling banyak dikenal dari budaya Tionghoa yang berkembang di Amerika salah satunya adalah kuliner. Di Amerika, restoran masakan Tionghoa dapat ditemui di mana-mana.
Keadaan pendapatan dan status sosial juga bervariasi, kadang-kadang mencerminkan kesenjangan yang lebar. Walau banyak orang Tionghoa yang tinggal di pecinan kota-kota besar hidup dengan pendapatan di bawah rata-rata, lainnya adalah warga kelas atas berpendidikan yang tinggal di luar kota. Contohnya di San Gabriel Valley, Kalifornia, terdapat pecinan Monterey Park dan San Marino yang saling berdekatan namun tingkat sosial-ekonominya terpaut jauh.
Festival
Di Amerika pun orang Tionghoa masih menjalankan tradisi leluhur mereka seperti perayaan Imlek, Duan Wu atau perayaan bulan purnama musim gugur yang diramaikan dengan pesta budaya. Perayaan seperti ini dijadikan sebagai ajang perkumpulan dan silaturahmi para anggota komunitas Tionghoa Amerika.
Politik
Orang Tionghoa Amerika terbagi-bagi ke dalam banyak subgrup berdasarkan faktor generasi, tempat kelahiran, tingkat sosio-ekonomi, dan tidak memiliki sikap yang seragam terhadap Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok, Amerika Serikat atau nasionalisme Tionghoa. Pandangan mereka bervariasi mulai dari dukungan penuh, anti atau netral. Berbagai sup grup Tionghoa juga mempunyai sifat sangat berbeda satu sama lain termasuk dari tujuan dan prioritas politik. Karena itu, warga Tionghoa Amerika tidak punya satupun payung politik yang bersatu atau pandangan yang sama mengenai politik. Sejak tahun 2013, banyak peneliti politik menyatakan bahwa Tionghoa Amerika adalah kelompok etnis Asia-Amerika yang paling kecil kemungkinannya untuk berafiliasi dengan partai politik.[22]
Dalam dekade-dekade terakhir, banyak orang Tionghoa Amerika mulai berkarier dalam bidang politik. Di antara yang paling dikenal adalah Gary Locke, yang menjadi gubernur negara bagian pertama Amerika Serikat yang berdarah Tionghoa dan Sekretaris Perdagangan saat ini. Tokoh lainnya ada Mike Eng, Hiram Fong, Daniel Akaka, March Fong Eu, Matt Fong, Thomas Tang, Norman Bay, Elaine Chao, Leland Yee, John Liu, David S. C. Chu dan David Wu. Di bawah pemerintahan presiden Barack Obama, Steven Chu menjadi Sekretaris Energi Amerika Serikat ke-12 mulai tanggal 20 Januari 2009. Judy Chu menjadi wanita Tionghoa Amerika pertama yang terpilih di Kongres sebagai Representatif untuk distrik ke-32 Kalifornia pada tanggal 15 Juli 2009.
^Yearbook of Immigration Statistics, Department of Homeland Security:2007 - Table 2 - Persons Obtaining Legal Permanent Resident Status by Region and Selected Country of Last Residence: Fiscal Years 1820 to 2007 - http://www.dhs.gov/ximgtn/statistics/publications/yearbook.shtm
^Matthew Yi; et al. "Asian Americans seen negatively". The San Francisco Chronicle. Diakses tanggal 2007-06-14.Pemeliharaan CS1: Penggunaan et al. yang eksplisit (link)
^ abHaiming Liu (2005) "Asian-American Ideas (Cultural Migration)" In Horowitz, Maryanne Cline (editor) (2005) New Dictionary of the History of Ideas Charles Scribner's Sons, Detroit, Michigan, volume 1, pp. 158-160, ISBN 0-684-31377-4
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Census2006
^"New York-Newark-Bridgeport, NY-NJ-CT-PA Combined Statistical Area". American Community Survey. U.S. Census Bureau. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-03. Diakses tanggal 2010-10-01
^García, Ofelia (2002). The Multilingual Apple: Languages in New York City. Walter de Gruyter. ISBN311017281X.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Hilburn, Matthew (17 January 2013). "Asian-American Vote Reveals Nuances". Voice of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 January 2013. Diakses tanggal 24 January 2013. Chinese-Americans were the least likely to affiliate with a party. Magpantay suggested that only one third of Chinese-Americans belong to a party, compared with 71% among all Asian-Americans, because of the negative association of the word party with the Communist Party in China.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)