Taman Nasional Kutai

Taman Nasional Kutai
IUCN Kategori II (Taman Nasional)
Gerbang masuk Sangkima, Taman Nasional Kutai
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Kutai
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Kutai
TN Kutai
Letak di Kalimantan
LetakKalimantan Timur, Indonesia
Kota terdekatBontang
Koordinat0°21′N 117°16′E / 0.350°N 117.267°E / 0.350; 117.267
Luas198.629 hektare (1986.29 km²)
Didirikan1995
Pihak pengelolaKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Situs webwww.tnkutai.org

Taman Nasional Kutai atau biasa disingkat TNK adalah sebuah taman nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh di bawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.

Taman Nasional Kutai

Sejarah

Kawasan ini semula berstatus sebagai Hutan Persediaan dengan luas 2.000.000 ha berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pemerintah Hindia Belanda (GB) Nomor: 3843/AZ/1934, yang kemudian oleh Pemerintah Kerajaan Kutai ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa Kutai melalui SK (ZB) Nomor: 80/22-ZB/1936 dengan luas 306.000 ha.

Sejak keberadaan TN Kutai memang tidak pernah lepas dari konflik kepentingan. Berdasarkan data yang ada, dalam kurun waktu 63 tahun terakhir terhitung sejak tahun 1934 sampai tahun 1997 kawasan ini terus mengalami pengurangan luas secara drastis seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini.

Institusi Keputusan Status Luas (ha) Keterangan
Pemerintah Hindia Belanda SK (GB) No. 3843/Z/1934 Hutan Persediaan 2.000.000
Pemerintah Kerajaan Kutai SK (ZB) No. 80/22-B/1936 Suaka Margasatwa 306.000 Ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa
Menteri Pertanian SK No. 110/UN/ 1957, tanggal 14 Juni 1957 Suaka Margasatwa Kutai 306.000
Menteri Pertanian SK No. 30/Kpts/ Um/6/1971, tanggal 23 Juli 1971 Suaka Margasatwa Kutai 200.000 Dilepas 106.000 ha, 60.000 ha yang masih asli untuk HPH PT Kayu Mas dan sisanya untuk perluasan Industri pupuk dan gas alam. 100.000 ha yang dikelola oleh HPH pada tahun 1969 kemudian dikembalikan ke SMK
Menteri Pertanian SK. No. 736/Mentan/X/1982 Calon Taman Nasional Kutai 200.000 Dideklarasikan pada Kongres Taman Nasional III Sedunia di Bali sebagai satu dari 11 calon TN
Menteri Kehutanan SK. No.435/Kpts/XX/1991 Calon Taman Nasional Kutai 198.629 Luasnya dikurangi 1.371 ha untuk perluasan Bontang dan PT Pupuk Kaltim
Menteri Kehutanan SK Menhut No.325/Kpts-II/1995 Taman Nasional Kutai 198.629 Perubahan fungsi dan penunjukan SMK menjadi Taman Nasional Kutai. Surat keputusan itu keluar pada tanggal 29 Juni 1995.[1]
Menteri Kehutanan Surat No.997/Menhut-VII/1997 Taman Nasional Kutai 198.629 Izin prinsip pelepasan kawasan TN Kutai seluas 25 ha untuk keperluan pengembangan fasilitas pemerintah daerah Bontang

Letak, topografi dan penutupan lahan

Suaka Orangutan di Samboja.

TN Kutai membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan ini juga dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan Lindung Bontang dan HTI PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat dibatasi ex HPH PT Kiani Lestari dan HTI PT Surya Hutani Jaya, seperti terlihat pada Peta 1.

TN Kutai secara geografis berada di 0o7’54” - 0o33’53” LU dan 116o58’48” - 117o35’29” BT, sedangkan secara administrasi pemerintahan, kawasan dengan luas 198.629 ha ini terletak di Kabupaten Kutai Timur (± 80%), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ±17,48%) dan Kota Bontang (±2,52%), seperti terlihat pada Peta 2.

Berdasarkan hasil pengolahan citra radar tahun 2005, diperoleh informasi bahwa secara umum TN Kutai memiliki topografi datar yang tersebar hampir di seluruh luasan kawasan (92%) dan topografi bergelombang hingga berbukit-bukit tersebar pada bagian tengah kawasan yang membentang arah utara selatan (8%). Sebagian besar kawasan memiliki kelas ketinggian antara 0 – 100 m dpl (61%) yang tersebar pada bagian timur dan barat kawasan. Tingkat ketinggian bagian tengah kawasan antara 100 – 250 m dpl (39%).

Deskripsi penutupan lahan paling mutakhir dihasilkan dari interpretasi citra landsat yang dilakukan pada bulan September 2005. Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat ini, luas kawasan TN Kutai bertambah menjadi 198.803,59 ha. Penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Peta citra landsat dapat dilihat pada Peta 3.

Deskripsi Penutupan Lahan TN Kutai

Kategori Luas (ha) % Kawasan Keterangan
Hutan primer 59.202,14 29,78 Terdapat di bagian tengah kawasan dan menyebar ke arah barat sampai utara.
Hutan sekunder 85.931,03 43,22 Terdapat di bagian barat kawasan yang berbatasan dengan wilayah konsesi HPH
Belukar 28.952,26 14,56 Akibat aktivitas pembalakan, pemukiman, dan kegiatan pertanian lahan kering oleh masyarakat dan bencana kebakaran.
Semak 2.452,68 1,23
Alang-alang 705,47 0,35
Rawa 4.712 2,37
Belukar rawa 1.802,88 0,91
Mangrove 5.131,55 2,58 Formasi yang masih utuh terdapat di Desa Teluk Pandan hingga Teluk Kaba.Sedangkan di pesisir Desa Sangatta Selatan sangat rentan terhadap degradasi.
Tanah terbuka 329,38 0,17
Konversi mangrove menjadi lahan terbuka 1.205,53\ 0,61 Terdapat di pesisir bagian selatan (Dusun Kanibungan) dan bagian tengah (Desa Sangkima).
Tambak 155,81 0,08 \
Pertanian campuran 6.935,36 3,49
Lahan terbangun 577,94 0,29
Tubuh air 73,08 0,04
Tidak ada data 636,01 0,32
Jumlah 198.803,59 100,00

Geologi dan Tanah

Berdasarkan peta geologi Kalimantan Timur, formasi geologi kawasan ini sebagian besar meliputi tiga bagian, yaitu:

  1. Bagian pantai terdiri dari batuan sedimen alluvial induk dan terumbu karang.
  2. Bagian tengah terdiri dari batuan miosen atas.
  3. Bagian barat terdiri dari batuan sedimen bawah.

Menurut pembagian tanah Kalimantan Timur, jenis tanah yag terdapat pada kawasan ini tersaji dalam Tabel di bawah ini.

Jenis Tanah TN Kutai

No. Jenis Tanah Bahan Induk Fisiografi
1. Alluvial Batuan alluvial Daratan
2. Podsolik merah kuning Batuan beku dan endapan Bukit dan pegunungan lipatan
3. Podsolik, latosol dan litosol Batuan beku endapan metamorf Pegunungan patahan
4. Organosol gleihumus Batuan alluvial Daratan

Iklim dan Hidrologi

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, TN Kutai beriklim tipe B dengan nilai Q berkisar antara 14,3 % - 33, 3 %. urah hujan rata-rata setahun 1543,6 mm atau rata-rata 128,6 m dengan rata-rata hari hujan setahun 66,4 hari atau rata-rata bulanan 5,5 hari. Suhu rata-rata adalah 26oC (berkisar antara 21-34 derajat Celcius) dengan kelembaban relatif 67% - 9% dan kecepatan angin normal rata-rata 2 – 4 knot/jam (Site Plan Kepariwisataan TN Kutai, 1995). Sungai-sungai yang mengalir di dalam dan sekitar TN Kutai antara lain: Sungai Sangatta, Sungai Banu Muda, Sungai Sesayap, Sungai Sangkima, Sungai Kandolo, Sungai Selimpus, Sungai Teluk Pandan, Sungai Palakan, Sungai Menamang Kanan, Sungai Menamang Kiri, Sungai Tawan, Sungai Melawan dan Sungai Santan

Ekosistem

Orang utan di Taman Nasional Kutai

Tipe-tipe ekosistem yang terdapat di TN Kutai antara lain (BTNK, 2001):

  • Hutan Dipterocarpaceae campuran, sebagian besar terdapat di bagian timur kawasan. Pada kawasan bekas kebakaran telah muncul Macaranga dan perdu.
  • Hutan Ulin-Meranti-Kapur, terdapat di bagian barat TN Kutai yang drainase tanahnya kurang baik sampai sedang dan mencakup hampir 50% dari luas TN Kutai.
  • Vegetasi hutan mangrove dan tumbuhan pantai, terdapat di sepanjang pantai Selat Makassar.
  • Vegetasi hutan rawa air tawar, tersebar pada daerah kantong-kantong sepanjang sungai dan mengandung endapan lumpur yang dibawa banjir.
  • Vegetasi hutan kerangas, terdapat di sebelah barat Teluk Kaba.
  • Vegetasi hutan tergenang apabila banjir, terdapat pada daerah di sepanjang sungai yang drainase tanahnya kurang baik sampai sedang.

Perlu identifikasi

Serangga yang ditemukan pada taman nasional Kutai dan belum teridentifikasi

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. Hlm.120. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.