Luk Ulo[2] atau Luk Ula atau Lukulo adalah sungai yang terletak di wilayah ProvinsiJawa Tengah yang bermuara ke Samudra Hindia. Sungai yang biasa disebut Kali Lukulo ini mengalir dari utara ke selatan dan melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo sepanjang kurang lebih 68,5 Km. Sungai Luk Ulo dikenal sebagai sungai penghasil batu akik dan memiliki nilai geologi sangat tinggi.
Sungai Luk Ulo memiliki nilai geologi tinggi. Sungai Luk Ulo termasuk sungai antecedent, yaitu jenis sungai yang memotong struktur geologi utama daerah yang dilaluinya, dan termasuk stadium dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari pola meander serta endapan undak sungai yang terbentuk pada posisi jauh dari sungai utama. Sungai Luk Ulo merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh topografi punggungan pemisah air (water devide) dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem sungai yang keluar pada outlet tunggal bukanlah berasal dari sistem gunung api aktif semacam Gunung Merapi tetapi dari rangkaian pegunungan berumur sangat tua dan bernilai ilmiah tinggi.[4]
Pasir, kerikil, dan bongkah batu Luk Ulo bukanlah dari muntahan lahar/lava gunung api yang selalu diperbaharui tetapi berasal dari tingginya pelapukan dan erosi berbagai macam batuan yang ada di bagian hulu, oleh karena itu, komposisi pasir Luk Ulo sangat bervariasi. Sekitar 79.26 % lahan mempunyai kemiringan 30 - 70 %, dan sebagian besar digunakan untuk hutan pinus dan tegalan, kedalaman profil tanah 0 – 30 cm dengan tingkat erosi sedang - berat.
Kekayaaan geologi
Wilayah hulu Sungai Luk Ulo berada di Cagar Alam Geologi Karangsambung, sebuah laboratorium geologi alam yang bersifat umum untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dimasa silam. Di tepi sungai ini memiliki situs geologi dengan berbagai bebatuan yang berusia ratusan juta tahun seperti Filit dan lain sebagainya. Tak hanya itu, Sungai Luk Ulo juga memiliki bebatuan yang dijuluki sebagai sungai penghasil batu akik [5] seperti batuan jenis pirus. Batu yang masuk dalam kategori batu permata asal Persia itu ternyata ditemukan ada di Sungai Luk Ulo, tepatnya di Dukuh Siluk, Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang.[6]
Pemanfaatan
Penduduk di sepanjang Sungai Luk Ulo memanfaatkan untuk sumberdaya pertanian terutama di bagian hulu dan perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala di bagian hilirnya. Di sekitar muara Sungai Luk Ulo banyak ditemui penambang pasir tradisional yang menggunakan perahu-perahu kecil. Di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen terdapat sebuah bendung untuk mengalirkan air menuju sawah-sawah warga namun karena dianggap memicu banjir di wilayah Kecamatan Karangsambung pada 1998 maka mercu bendung tersebut dipotong sehingga fungsinya berkurang.[7] Selain itu juga terdapat Bendung Kedungsamak di Desa Jemur, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen. Bendung ini mampu mengairi lahan pertanian seluas 8.900 Hektar di Kabupaten Kebumen bagian tengah.[8]
Buaya Luk Ulo
Sungai Luk Ulo kini dikenal menjadi rumah bagi buaya muara. Berawal saat kemunculan buaya di muara sungai pada Juni 2017. Setelahnya, buaya makin sering terlihat ke arah hilir. Dari Desa Maduretno ke Desa Ranteringin di Kecamatan Buluspesantren bahkan terakhir terpantau di Desa Kutosari, Kecamatan Kebumen yang jaraknya hampir 12 kilometer dari lokasi pertama muncul. Bahkan bersamaan datangnya bencana banjir Sungai Luk Ulo 2017, buaya berukuran tak kurang dari 4 meter terdampar di areal Persawahan Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong.[9] Hingga kini pemerintah dan warga belum bsia menangkap buaya di Sungai Luk Ulo sehingga dibiarkan secara alami.