Sulaiman

Nabi
Sulaimān
سليمان

'alaihissalam
Salomo
Kaligrafi Sulaiman alaihis-salam
LahirKerajaan Israel Bersatu
MeninggalYerusalem
MakamYerusalem, Palestina
31°46′18″N 35°13′46″E / 31.771693°N 35.229353°E / 31.771693; 35.229353
Tempat tinggalYerusalem
Nama lainSalomo, Yedidiah
GelarRaja Israel
PendahuluDawud
PenggantiIlyas
AnakRehabeam
Orang tua

Sulaiman (bahasa Arab: سُليمان, translit. Sulaimān ) adalah seorang tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah seorang nabi dan raja, juga dikenal sebagai pembangun Bait Suci (Baitul Maqdis) pertama. Nama Sulaiman kerap muncul dan dikaitkan dalam berbagai legenda, utamanya berkaitan dengan hal-hal ajaib dan mistik. Tokoh ini disebut Salomo dalam Yahudi dan Kristen.

Etimologi

  • Sulaiman (سُلَيمَان) berasal dari kata kerja Salima-Yaslamu (سَلِمَ يَسلَمُ) yang berarti menyelamatkan, mendamaikan, atau mensejahterakan. Dari kata salima (سَلِم) yang mengikut wazan isim tashgir Fu'aylan (فُعَيلَان) menjadi Sulayman (سُلَيمَان) yang memiliki makna orang yang mendamaikan.
  • Salomo (שלמה) berasal dari kata Shalom (שלם/שלום) yang berarti damai, jadi Salomo bisa diartikan sebagai sang pembawa kedamaian, selain itu Salomo juga memiliki nama lain yakni Yedidiah yang berarti Dicintai Tuhan.

Ayat

Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman."

Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi".

— Qur'an Sad:35

Kisah

Nama Sulaiman (Salomo) disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak tujuh belas kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2): 102, Al-Anbiya' (21): 78-82, An-Naml (27): 15-44, Saba' (34): 12-14, dan Shad (38): 30-40. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), Sulaiman (disebut Salomo dalam Yahudi dan Kristen) disebutkan dalam 1 Raja-Raja (M'lakhim) 1-10, 2 Tawarikh (Divrei ha-Yamim) 1-9. Keterangan mengenai Sulaiman juga terdapat dalam riwayat hadits dan literatur Rabinik.

Latar belakang

Sulaiman (Salomo) merupakan seorang bangsa Israel dari suku Yehuda. Tanakh dan Alkitab menyebutkan silsilahnya adalah Sulaiman (Salomo) bin Dawud (Daud) bin Isai bin Obed bin Boas bin Salma bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Ya'qub (Yakub).[1]

Setelah memasuki Palestina dipimpin Yusya' bin Nun (Yosua bin Nun), Bani Israil (Orang Israel) memasuki masa kesukuan. Setelah Samuel menobatkan Thalut (Saul) sebagai raja, Bani Israil memasuki masa kerajaan. Sepeninggal Thalut, tampuk kekuasaan diwariskan pada menantunya, Dawud (Daud). Sulaiman mewarisi takhta Kerajaan Israel sepeninggal ayahnya, Dawud.[2][3][4][5]

Kebijaksanaan

Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa saat Dawud masih hidup, ada seorang yang mengadu bahwa kebun anggur miliknya dirusak oleh kambing-kambing. Kemudian disebutkan bahwa Sulaiman memberikan keputusan yang lebih tepat terkait permasalahan tersebut.[6] Para ulama memberikan keterangan terkait ayat tersebut bahwa ada pihak yang mengadu pada Dawud lantaran kebun anggurnya dirusak dan dimakan oleh kambing-kambing. Dawud memberikan keputusan bahwa pemilik kebun akan diberi ganti rugi. Namun Sulaiman berpendapat bahwa pemilik kambing harus menyerahkan kambingnya sementara kepada pemilik kebun, sehingga pemilik kebun tersebut dapat memanfaatkan kambing tersebut, seperti diambil air susunya. Sementara itu, pemilik kambing harus memperbaiki kebun itu sampai seperti sedia kala. Setelah pemilik kambing memperbaiki kebun, maka barulah kambing-kambingnya akan dikembalikan padanya. Dawud kemudian sepakat dengan pemikiran putranya.[7][8]

Alkitab menyebutkan bahwa datang dua orang perempuan mengadu pada Sulaiman (Salomo). Masing-masingnya memiliki seorang putra yang masih bayi, tapi salah satu bayi tersebut mati. Keduanya kemudian berebut bayi yang masih hidup tersebut dan masing-masingnya menyatakan bahwa itu adalah putranya. Sulaiman kemudian memerintahkan agar bayi tersebut dibelah menjadi dua, sehingga tiap-tiap dari mereka mendapat satu bagian potongan dari bayi tersebut. Mendengar keputusan tersebut, perempuan pertama mengikhlaskan bayi tersebut diberikan pada perempuan kedua, sementara perempuan kedua langsung sepakat dengan keputusan Sulaiman untuk membelah bayi tersebut. Sulaiman kemudian memutuskan bahwa bayi tersebut adalah milik perempuan pertama, karena terlihat rasa keibuannya dan kesediaannya memberikan putranya pada perempuan lain asal putranya bisa hidup.[9]

Kekuasaan

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Sulaiman memahami bahasa binatang, seperti burung dan semut. Disebutkan bahwa seekor semut memperingatkan kawanannya untuk kembali ke sarang agar tidak diinjak Sulaiman dan bala tentaranya. Sulaiman yang mendengar dan memahami perkataan semut tersebut tersenyum dan tertawa, kemudian memanjatkan syukur kepada Allah swt.[10] Sulaiman juga mampu bercakap-cakap dengan burung hud-hud[11] dan berbicara dengan jin.[12]

Sulaiman juga disebutkan menghimpun bala tentaranya yang terdiri dari manusia, jin, dan burung,[13] memerintahkan hud-hud membawa pesan dan menguping pembicaraan manusia,[14] menawan setan dan memerintahkan mereka untuk membangun dan menyelam,[15][16] mencairkan tembaga, memerintahkan bangsa jin untuk membuat hal yang dikehendaki Sulaiman, seperti gedung-gedung tinggi, patung-patung, dan piring-piring sebesar kolam.[17]

Kuda dan angin

Al-Qur'an menyebutkan bahwa pada suatu sore, diperlihatkan kuda-kuda yang jinak dan cepat larinya pada Sulaiman dan dia memperhatikan mereka sampai hilang dari pandangan. Setelahnya, Sulaiman memerintahkan agar kuda-kuda itu dibawa padanya dan dia kemudian mengusap leher dan kaki kuda-kuda tersebut.[18]

Terdapat beberapa tafsiran terkait ayat ini. Tafsiran pertama menyebutkan bahwa yang "hilang dari pandangan" adalah matahari, sedangkan "mengusap leher dan kaki kuda" diartikan sebagai menyembelih atau memotong. Maknanya adalah Sulaiman memperhatikan pertunjukan kuda-kuda tersebut hingga matahari terbenam. Hal itu membuat Sulaiman terlupa melaksanakan ibadah sore. Setelahnya, Sulaiman memerintahkan agar kuda-kuda tersebut disembelih karena telah melalaikannya dalam beribadah.[19] Tafsiran kedua menyatakan bahwa yang "hilang dari pandangan" itu adalah kuda-kuda itu sendiri dan yang dimaksud "mengusap leher dan kaki kuda" adalah mengusap keringat dari kuda-kuda tersebut.[20]

Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa Allah menundukkan angin yang dapat berhembus ke arah yang Sulaiman inginkan.[21][22] Para ulama memberikan keterangan bahwa Sulaiman memiliki hamparan yang di atasnya terdapat rumah, istana, tenda, kuda, unta, dan berbagai perlengkapan perang. Saat hendak melakukan perjalanan, Sulaiman dapat memerintahkan angin mengangkat hamparan tersebut berikut segala yang ada di atasnya dan mengantarkan ke tempat yang dia inginkan, baik cepat maupun lambat. Disebutkan bahwa mukjizat angin ini dikaruniakan oleh Allah karena Sulaiman telah meninggalkan kuda-kudanya (lihat tafsiran pertama tentang kuda Sulaiman) untuk mencari ridha Allah.[23]

Baitul Maqdis

Lukisan yang mengilustrasikan Baitul Maqdis (Bait Suci/Bait Allah) yang dibangun Sulaiman (Salomo) sesuai keterangan dalam Tanakh dan Alkitab

Sumber Yahudi dan Kristen menyebutkan bahwa Sulaiman (Salomo) adalah orang yang membangun Baitul Maqdis (bahasa Arab: بيت المقدس, bahasa Ibrani: בית המקדשBeit HaMikdash, secara harfiah bermakna "Rumah Suci"), juga disebut Bait Suci, Bait Allah atau Bait Salomo, sebuah bangunan yang diperuntukkan untuk pusat peribadahan Bani Israil. Al-Qur'an tidak memberikan keterangan mengenai pembangunan Baitul Maqdis. Disebutkan dalam Alkitab bahwa bangunan tersebut memiliki panjang 60 hasta (27 meter), lebar 20 hasta (9 meter), dan tinggi 30 hasta (13,5 meter). Di bagian dalam bangunan tersebut terdapat ruangan khusus yang disebut Ruang Mahakudus (קֹדֶשׁ הַקֳּדָשִׁים Qṓḏeš HaqQŏḏāšîm) dan menjadi tempat disimpannya tabut perjanjian.[24]

Tanakh dan Alkitab memberikan keterangan bahwa Baitul Maqdis (Bait Suci/Bait Allah) dibangun pada tahun keempat masa kekuasaan Sulaiman (Salomo).[25] Dalam riwayat hadits disebutkan bahwa Baitul Maqdis (Bait Suci/Bait Allah/Masjid Al-Aqsha) dibangun empat puluh tahun setelah Masjidil Haram.[26] Berdasar riwayat hadits tersebut, sebagian ulama menyebutkan bahwa Baitul Maqdis (Bait Suci/Bait Allah) sudah dibangun pada masa yang lebih awal dan Sulaiman hanyalah membangun ulang.

Balqis

Al-Qur'an menyebutkan bahwa burung hud-hud mengabarkan pada Sulaiman bahwa dia baru datang dari negeri Saba' (Syeba), menjelaskan bahwa negeri tersebut dipimpin seorang perempuan yang memiliki singgasana besar, sedangkan dia dan kaumnya menyembah matahari.[27] Al-Qur'an tidak menyebutkan nama dan gelar perempuan yang memerintah Saba' (Syeba) tersebut. Sebagian ulama menyebutkan bahwa dia adalah seorang ratu yang bernama Balqis atau Bilqis (bahasa Arab: بِلْقِيْس).[28]

Sulaiman kemudian mengutus hud-hud menyampaikan sebuah surat pada Balqis yang berisikan agar dia datang padanya dalam keadaan berserah diri. Setelah berunding dengan para pembesar negeri, Balqis memutuskan untuk mengirim utusan yang membawa hadiah pada Sulaiman. Namun Sulaiman memerintahkan pada para utusan tersebut untuk kembali dan mengancam akan mengirimkan pasukan yang sangat kuat yang akan mengusir mereka dari negeri mereka.[29]

Setelahnya, Sulaiman berunding dengan para pembesarnya, menanyakan apakah di antara mereka ada yang mampu membawa singgasana Balqis ke tempat Sulaiman. Jin ifrit mengajukan diri, menyatakan bahwa dirinya bisa membawa singgasana tersebut sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Namun ada pihak lain yang mengajukan diri, disebutkan bahwa dia memiliki ilmu dari kitab, mengatakan bahwa dia bisa mendatangkan singgasana tersebut dalam sekejap mata.[30] Sebagian menyatakan bahwa dia adalah Ashif bin Barkiya, seorang menteri[31] atau sekretaris dan masih terhitung sepupu Sulaiman. Pendapat lain menyebutkan bahwa dia adalah salah seorang ulama Bani Israil. Ada juga yang berpendapat bahwa dia adalah jin mukmin, dan ada yang mengatakan Jibril (Gabriel).[32]

Setelah singgasana tersebut benar-benar didatangkan, Sulaiman memerintahkan agar singgasana tersebut diubah. Saat Balqis tiba dan menghadap Sulaiman, ditanyakan padanya, "Serupa inikah singgasanamu?" Balqis menjawab, "Seakan-akan itulah dia." Saat dipersilakan masuk istana Sulaiman, Balqis mengira akan melewati sebuah kolam sehingga dia menjinjing pakaiannya. Sulaiman menjelaskan bahwa itu adalah lantai yang terbuat dari kaca. Balqis kemudian menyatakan bahwa dirinya berserah diri pada Allah, Tuhan seluruh alam.[33]

Alkitab juga menjelaskan mengenai kedatangan Balqis. Sebagaimana dalam Al-Qur'an, Alkitab juga tidak menyebutkan nama dari perempuan pemimpin negeri Saba' (Syeba) tersebut dan hanya menyebutnya "Ratu Syeba" (Ibrani: מַלְכַּת־ שְׁבָא,[34] malkat-šəḇā). Disebutkan bahwa saat mendengar kebijaksanaan Sulaiman (Salomo), Ratu Saba' pergi ke istana Sulaiman bersama iring-iringan unta yang membawa rempah-rempah, batu permata, dan emas. Setelah bertemu dengan Sulaiman, Ratu Saba' mengajukan beberapa pertanyaan pada Sulaiman dan semuanya dapat dijawab, membuat Ratu Saba' kagum akan kebijaksanaan dan pengetahuan Sulaiman.[35] Tradisi Ethiopia menyebutkan nama Ratu Saba' (Syeba) tersebut adalah Makeda.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa kemudian Sulaiman dan Balqis menikah. Balqis masih tetap diakui sebagai penguasa Saba' dan Sulaiman sendiri mengunjunginya sekali dalam setiap bulan dan mereka tinggal bersama selama tiga hari sebelum Sulaiman kembali lagi ke Palestina. Sulaiman kemudian memerintahkan bangsa jin untuk membangunkan tiga istana untuk Balqis di Yaman: Ghumdan, Salihin, dan Biniyun. Sebagian ulama menyebutkan bahwa Balqis tidak menikah dengan Sulaiman, tetapi dengan raja dari Bani Hamdan dan Balqis tetap menjadi penguasa Saba'. Sulaiman kemudian menundukkan Zauba'ah (raja jin di Yaman) yang kemudian membangunkan tiga istana bagi Balqis.[36]

Penyembahan berhala

Dalam Tanakh dan Alkitab disebutkan bahwa Sulaiman (Salomo) memiliki tujuh ratus istri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik, banyak dari mereka adalah perempuan asing. Di hari tua, istri-istrinya ini mencondongkan hati Sulaiman pada dewa-dewa sesembahan para istrinya, membuat Sulaiman membangun tempat pemujaan dan mempersembahkan korban untuk dewa-dewa tersebut.[37]

Tidak ada keterangan dalam Al-Qur'an dan hadits mengenai Sulaiman yang melakukan penyembahan berhala dan pada umumnya tradisi Islam menolak keterangan tersebut. Namun keterangan dalam Al-Qur'an mengenai Sulaiman yang "tergeletak di atas kursinya"[38] dikaitkan dengan penyembahan berhala dalam beberapa tafsiran. Disebutkan bahwa Allah menganugerahkan cincin pada Sulaiman yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan bangsa jin dan binatang. Namun suatu hari, setan bernama Shakhr (bahasa Arab: صخر, secara harfiah bermakna "batu") menyamar menjadi Sulaiman dan mengambil cincin tersebut, sehingga Sulaiman terusir dari istana dan hidup terlunta-lunta selama empat puluh hari. Setan tersebut kemudian membuang (atau menjatuhkan) cincin tersebut ke laut, ikan memakan cincin tersebut, nelayan menangkap ikan tersebut, dan nelayan tersebut menghidangkan ikan itu pada Sulaiman untuk dimakan. Setelah mendapat kembali cincinnya, Sulaiman mendapat kekuatan dan kekuasaannya kembali. Terusirnya Sulaiman selama empat puluh hari disebabkan karena ada istrinya yang melakukan penyembahan berhala di kediamannya selama empat puluh hari, meski Sulaiman sendiri tidak mengetahuinya.[39]

Wafat

Makam Sulaiman di Masjid Al-Aqsha, Kota Lama Yerusalem

Al-Qur'an menyebutkan bahwa tidak ada yang mengetahui kematian Sulaiman, sampai tongkat penyangganya keropos dimakan rayap dan membuat tubuh Sulaiman jatuh tersungkur.[40] Para ulama memberikan keterangan bahwa Sulaiman meninggal saat di ruang ibadah, sementara bangsa jin yang bekerja untuknya biasa masuk-keluar ruang ibadah. Saat tubuh Sulaiman tersungkur, mereka langsung keluar dan mengabarkan pada manusia bahwa Sulaiman telah wafat. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa bangsa jin langsung melarikan diri dari tugas-tugas mereka. Sebagian ulama menyebutkan bahwa Sulaiman wafat saat berusia kisaran lima puluh tahun lebih, sebagian ulama menyebutkan angka 52 tahun.[41] Alkitab menyebutkan bahwa Sulaiman (Salomo) berkuasa selama empat puluh tahun.[42][43]

Perpecahan

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Sulaiman (Salomo) mangkat, takhta Kerajaan Israel diwariskan kepada Rehabeam. Namun rakyat-rakyat di sebelah utara khawatir Rehabeam akan melanjutkan memberikan pajak yang berat pada mereka seperti pada masa Sulaiman. Keluhan rakyat utara disampaikan pada Rehabeam, tetapi dia lebih memilih mempertahankan kebijakan lama dan memperberat pajak dan hukuman untuk mereka. Suku-suku Bani Israil (Orang Israel) di sisi utara kemudian menolak Rehabeam sebagai raja mereka dan memilih Yerobeam bin Nebat dari suku Efraim bin Yusuf sebagai raja mereka. Kerajaan Israel di sisi utara ini disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama yang wilayahnya mencakup keseluruhan wilayah suku-suku Bani Israil (Orang Israel). Suku Yehuda dan Benyamin tetap setia pada Rehabeam dan kerajaan mereka disebut Kerajaan Yehuda.[44]

Kedudukan

Yahudi

Salomo adalah satu dari tokoh pusat dalam tradisi Yahudi yang memiliki aspek keagamaan, kebangsaan, dan politik. Dia dipandang sebagai perlambang puncak zaman keemasan Kerajaan Israel yang merdeka, juga sumber kebijaksanaan peradilan dan agama. Dalam Talmud, Salomo merupakan satu dari 48 nabi[45][46] dan dia juga diyakini sebagai penulis dari tiga kitab dalam Tanakh dan Alkitab:

Meski demikian, penyembahan berhala yang dilakukan Salomo perlahan-lahan membuatnya kehilangan harga diri sampai ia menjadi seperti orang biasa. Beberapa mengatakan dia mendapatkan kembali statusnya sementara yang lain mengatakan dia tidak. Namun akhirnya, umat Yahudi menganggap Salomo sebagai raja yang saleh dan secara khusus dipuji karena ketekunannya dalam membangun Bait Suci.[47]

Kristen

Kristen secara tradisi menerima keberadaan historis Salomo, meskipun beberapa cendekiawan Kristen modern juga mempertanyakan paling tidak kepengarangannya dari beberapa kitab yang dianggap berasal dari dirinya. Perselisihan semacam itu cenderung membagi umat Kristen menjadi kubu tradisionalis dan modernis. Sulaiman juga dipandang sebagai leluhur Yesus,[48] meski versi yang lain menyebutkan bahwa Yesus merupakan keturunan dari putra Daud yang lain yang bernama Natan.[49] Terdapat beberapa pendapat yang kompromikan dua versi silsilah tersebut.[50]

Di Gereja Ortodoks Timur, Salomo diperingati sebagai seorang santo dengan gelar "Nabi dan Raja yang Benar". Perayaan liturginya dirayakan pada Minggu para Bapa Suci (dua hari Minggu sebelum Pesta Besar Kelahiran Tuhan). Meski demikian, tradisi Kristen juga meyakini Salomo yang jatuh dalam penyembahan berhala sebagaimana dalam Yahudi.

Raja Katolik Spanyol Felipe II berupaya menjadi model untuk Raja Salomo. Patung-patung Raja Daud dan Salomo berdiri di kedua sisi pintu masuk basilika El Escorial, istana Philip, dan Salomo juga digambarkan dalam sebuah lukisan dinding besar di pusat perpustakaan El Escorial. Filipus mengidentifikasi raja prajurit Daud dengan ayahnya sendiri, Karl V, dan dia sendiri berupaya meniru karakter bijaksana dan logis yang dia rasakan dalam diri Salomo. Selain itu, struktur Escorial terinspirasi oleh struktur Bait Suci yang dibangun Salomo.[51][52]

Islam

Sulaiman dipandang sebagai nabi dalam Islam.[53] Dalam Al-Qur'an, dia disebut sebagai sosok yang diberi petunjuk,[54] pemahaman akan hukum, kebijaksanaan, dan ilmu,[55][56] sebaik-baik hamba, sangat taat pada Allah,[57] dan memiliki tempat kembali yang baik dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah.[58]

Sebagaimana para nabi yang lain, pesan ketauhidan (mengesakan Allah) dalam kisah Sulaiman juga sangat menonjol, seperti saat Sulaiman mengajak Balqis berserah diri kepada Allah. Tradisi Islam biasanya tidak menerima pernyataan bahwa Sulaiman menjadi penyembah berhala sebagaimana dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Al-Qur'an sendiri menyatakan bahwa Sulaiman tidak kafir, tetapi setanlah yang kafir dan mengajarkan sihir.[59]

Disebutkan bahwa pada hari kiamat kelak, Allah menjadikan Sulaiman sebagai hujjah (alasan) untuk para penguasa dan orang kaya.[60][61] Maknanya adalah orang-orang di hari kiamat kelak tidak bisa beralasan bahwa mereka tidak bisa beribadah karena disibukkan dengan kekayaan dan kekuasaan, lantaran Sulaiman yang kekuasaannya lebih besar dan kekayaannya lebih banyak saja tetap taat beribadah kepada Allah.[62]

Dinasti Salomo

Dinasti Salomo adalah keluarga yang memerintah Kekaisaran Etiopia. Mereka klaim sebagai keturunan Sulaiman (Salomo) dan Balqis (disebut Makeda dalam tradisi Etiopia). Dinasti ini diklaim telah berkuasa sejak abad ke-10 SM. Kaisar Haile Selassie yang digulingkan di 1974 merupakan Kepala Monarki Etiopia terakhir dari Dinasti Salomo.

Legenda

Sulaiman (Salomo) kerap dikaitkan dengan berbagai legenda, utamanya yang berkaitan dengan kemampuannya dalam menundukkan bangsa jin, yang kemudian disangkut-pautkan dengan ilmu sihir.

Cincin

Cincin atau Segel Sulaiman (bahasa Arab: خاتم سليمان Khātam Sulaymān) adalah sebuah cincin meterai atau cincin cap yang dikaitkan dengan Sulaiman dalam tradisi Yahudi, Islam, dan Esoterisme Barat. Tidak ada keterangan tersurat mengenai cincin ini dalam Al-Qur'an ataupun Tanakh. Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa satu dari tanda besar kiamat adalah munculnya hewan melata (dabbah) dan hewan tersebut membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman. Hewan tersebut memberi tanda pada hidung orang kafir dengan cincin dan mencerahkan wajah orang beriman dengan tongkat.[63]

Legenda mengenai cincin Sulaiman utamanya dikembangkan oleh penulis Arab Abad Pertengahan. Cap segel atau stempel pada cincin tersebut biasanya digambarkan dengan bentuk bintang lima atau bintang enam menyerupai Bintang Daud. Disebutkan bahwa cincin ini diturunkan langsung dari langit, terbuat dari kuningan dan besi, dan memberikan kekuatan pada Sulaiman untuk mengendalikan bangsa jin dan berbicara dengan binatang.[39]

Seribu satu malam

Dalam satu dari kisah Seribu Satu Malam disebutkan bahwa ada jin yang membuat Sulaiman tidak berkenan. Sulaiman kemudian memasukkannya ke dalam botol dan membuangnya ke laut. Lantaran botol tersebut disegel dengan cap Sulaiman, jin tersebut tidak bisa keluar selama berabad-abad sampai seorang nelayan menemukan botol tersebut.[64]

Kunci Sulaiman (Salomo)

Kunci Salomo (Latin: Clavicula Salomonis, Ibrani: מפתח שלמה Mafteah Shelomoh) adalah grimoire atau buku teks sihir, biasanya termasuk petunjuk tentang cara untuk membuat objek sihir seperti jimat, merapal mantra, atau memanggil makhluk-makhluk gaib. Meski dikaitkan dengan Sulaiman (Salomo), buku ini ditulis pada masa Renaisans, dipengaruhi oleh kabbalis Yahudi dan alkemis Arab. Beberapa versi Kunci Sulaiman (Salomo) terdapat dalam berbagai terjemahan, dengan perbedaan kecil hingga signifikan. Jenis teks aslinya mungkin adalah teks Latin atau Italia yang berasal dari abad ke-14 atau 15.[65]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Sulaiman disebutkan tujuh belas kali, yakni pada surah:
    1. Al-Baqarah (2): 102 (2 kali)
    2. An-Nisa' (4): 163
    3. Al-An'am (6): 84
    4. Al-Anbiya' (21): 78, 79, 81
    5. An-Naml (27): 15, 16, 17, 18, 30, 36, 44
    6. Saba' (34): 12
    7. Shad (38): 30, 34

Rujukan

  1. ^ 1 Tawarikh 2: 1–15
  2. ^ An-Naml (27):16
  3. ^ 1 Raja–Raja 2:12
  4. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 705.
  5. ^ Barton, George A. (1906). "Temple of Solomon". Jewish Encyclopedia. hlm. 98–101. Diakses tanggal 2018-10-24. 
  6. ^ Al-Anbiya' (21):78-79
  7. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 722-723.
  8. ^ Lives of the Prophets, L. Azzam, David and Solomon, hlm. 62, Suhail Academy
  9. ^ 1 Raja–raja 3:16–28
  10. ^ An-Naml (27):18-19
  11. ^ An-Naml (27):20-27
  12. ^ An-Naml (27):38-39
  13. ^ An-Naml (27):17
  14. ^ An-Naml (21):28
  15. ^ Al-Anbiya' (21):82
  16. ^ Shad (38):37-38
  17. ^ Saba' (34):12-13
  18. ^ Shad (38):31-33
  19. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 719.
  20. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 719-720.
  21. ^ Al-Anbiya' (21):81
  22. ^ Shad (38):36
  23. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 724.
  24. ^ 1 Raja–Raja 6:2–38
  25. ^ 1 Raja–Raja 6:1
  26. ^ HR. Bukhari (585)
  27. ^ An-Naml (27):22-26
  28. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 711-712.
  29. ^ An-Naml (27):27-37
  30. ^ An-Naml (27): 38-40
  31. ^ Richard F. Burton, Book of the Thousand Nights and a Night: vol. I, Kissinger Publishing Co, 2003, hlm. 42
  32. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 716.
  33. ^ An-Naml (27): 41-44
  34. ^ Francis Brown, ed. (1906), "שְׁבָא", Hebrew and English Lexicon, Oxford University Press, hlm. 985a 
  35. ^ 1 Raja–Raja 10:1–13
  36. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 718.
  37. ^ 1 Raja–Raja 11:1–8
  38. ^ Shad (38):34
  39. ^ a b Ath-Thabari, History of al-Tabari Vol. 3, The: The Children of Israel SUNY Press 2015 ISBN 978-0-791-49752-4 hlm. 170
  40. ^ Saba'(34): 14
  41. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 731-733.
  42. ^ 1 Raja–Raja 11:42
  43. ^ 2 Tawarikh 9:30
  44. ^ 1 Raja–Raja 12:1–24
  45. ^ Rashi, Megillah, 14a 
  46. ^ Scherman, Nosson. The Stone Edition Tanach. Mesorah Publications, Limited. hlm. 2038. 
  47. ^ "tractate Sanhendrin", Talmud Bavli, hlm. 21b 
  48. ^ Matius 1: 1–17
  49. ^ Lukas 3: 23–37
  50. ^ Bock, Darell (1996). Luke. The NIV Application Commentary. Zondervan. hlm. 124. ISBN 978-0-310-49330-3. 
  51. ^ Taylor, René, Arquitectura y Magia. Consideraciones sobre la Idea de El Escorial [Architecture and magic. Considerations on the idea of the Escorial] (dalam bahasa Spanish), Madrid: Siruela , enhanced from monograph in Rudolph Wittkower's 1968 festschrift.
  52. ^ Wittkower, Rudolf; Jaffe, Irma, "Hermetism and the Mystical Architecture of the Society of Jesus", Baroque Art: The Jesuit Contribution 
  53. ^ An-Nisa' (4): 163
  54. ^ Al-An'am (6): 84
  55. ^ Al-Anbiya' (21): 79
  56. ^ An-Naml (27): 15
  57. ^ Shad (38): 30
  58. ^ Shad (38): 40
  59. ^ Al-Baqarah (2): 102
  60. ^ Tarikh Dimasq (10/82)
  61. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 395.
  62. ^ Wijaya, M. Tatam (11 Desember 2019). "Hamba yang Menjadi Hujjah Allah". NU Online. Diakses tanggal 9 April 2020. 
  63. ^ HR. Ahmad dan Tirmidzi
  64. ^ "The Story of the Fisherman", Stories from the Thousand and One Nights, The Harvard Classics, 1909–14
  65. ^ "there is no ground for attributing the Key of Solomon, in its present form, a higher antiquity than the fourteenth or fifteenth century." Arthur Edward Waite The Book of Black Magic hlm. 70

Daftar pustaka