Harold Crick, seorang petugas pajak yang selalu mendengar narasi tentang hidupnya, dan hanya dia yang dapat mendengar. Hampir semua narasi itu selalu tepat, sesuai apa yang dia jalani sehari-hari. Dia sangat kalut ketika narasi tersebut mengatakan bahwa tak lama lagi dia akan meninggal dunia. Beberapa cara dia lakukan, antara lain berkonsultasi dengan psikiater. Dari wawancara singkat itu, psikiater mendiagnosa Harold gila, tetapi Harold menolak. Akhirnya dia disarankan berkonsultasi kepada pakar literatur. Untuk itu, dia menemui Profesor Hilbert. Beberapa kali pertemuan dengan Hilbert, Harold mulai merasakan hidupnya sedikit berbeda, termasuk ketika dia mampu melepaskan kebiasaannya menghitung semua aktivitasnya, juga ketika dia jatuh cinta kepada Ana Pascal, pemilik toko roti yang pernah didatangi lantaran terlambat membayar pajak. Namun suara narasi itu terkadang masih tetap mengganggu. Hingga suatu saat, ketika dia kembali berkonsultasi ke Professor Hilbert, tanpa sengaja dia melihat video wawancara televisi, di mana presenter mewawancarai seorang penulis. Harold terkejut, sebab suara perempuan penulis itu sama dengan suara narasi yang dia dengarkan setiap hari. Dari situlah dia mulai melacak keberadaan penulis bernama Karen Eiffel itu. Melalui berkas yang tersimpan di kantornya, akhirnya dia dapat menemukan alamat rumah Karen Eiffel, yang pada hari itu sedang menyelesaikan bagian akhir ceritanya, di mana karakter Harold Crick meninggal dunia.
Harold meminta Karen Eiffel agar berhenti menulis cerita mengenai hidupnya, atau setidaknya mengubah agar dia tidak mati. Namun, sebagaimana yang sering ditulis dalam novelnya, Karen Eiffel selalu membunuh tokoh-tokoh utamanya. Dan kali ini giliran karakter Harold Crick. Sebelum menyelesaikan bagian akhir ini, bahkan dia melakukan riset bagaimana sebaiknya mematikan tokoh itu. Atas kebaikan Karen Eiffel, Harold memperoleh salinan novel yang sudah selesai itu, membawanya, dan menyerahkan kepada Professor Hilbert. Dia sendiri tidak tega membaca kisah dalam novel yang semuanya sama dengan perjalanan hidupnya. Entah mengapa, sang profesor pun mengatakan bahwa Harold memang harus mati, kelak, entah kapan, melalui suatu penyakit.
Dalam sebuah perjalanan di atas bus kota, akhirnya Harold menyelesaikan membaca seluruh halaman novel karya Karen Eiffel. Dia mengetahui bahwa dia akan segera mati. Dalam kepasrahannya, dia menjalani hidup seperti biasa, bahkan benar-benar sudah melupakan kebiasaan lama yang suka serba-menghitung aktivitas. Pada suatu siang, ketika dia hendak menunggu bus kota, tiba-tiba ada seorang anak kecil naik sepeda jatuh di depannya, tepat saat bus akan datang. Harold pun menolong agar anak itu tidak tertabrak. Namun apa daya, justru dialah yang tertabrak bus. Di situ penonton mungkin akan menarik kesimpulan bahwa Harold telah mati sesuai dengan alur cerita yang dituliskan oleh Karen Eiffel. Tapi, ketika Karen Eiffel menemui Professor Hilber di ruang kerjanya, barulah diketahui bahwa ternyata Karen Eiffel telah mengubah bagian akhir novelnya, di mana Harold tidak mati, melainkan luka parah dan dirawat di rumah sakit.
Tahun 2001, penulis Zach Hooimeyer telah melakukan pekerjaannya dengan produser, Clarence Helmus dalam sebuah proyek bernama "The Disassociate".[2] Helm menemui Doran dengan gagasan baru tentang seorang pria yang menemukan hidupnya terganggu oleh narasi yang selalu muncul dalam kepalanya, dan hanya dia yang dapat mendengarnya. Helm selanjutnya memutuskan bahwa narator seharusnya menyatakan bahwa pria itu sedang menuju kematian, seperti yang dideskripsikan Helm, "There's something very poetic about the understanding of one's place in the universe, but it's far more dramatic when such understanding occurs only days before that life ends." Helm dan Doran mulai menyusun gagasan bertajuk "The Narrator Project" dan mengembangkan cerita melalui sebuah proses dari Helm dan permintaan dari Doran. Salah satu gagasan utama Helm dikembangkan dalam film itu dari beberapa konten.[3][4] Menurut Helm, tema utama dalam film ini adalah interkonetivitas, seperti pernyataannya, "Each of these characters ends up doing little things to save one another. There's an underlying theme that the things we take most for granted are often the ones that make life worth living and actually keep us alive."[3]
Pengambilan gambar film ini berlokasi di Chicago, Illinois. Apartemen milik Dave, tempat Harold pernah menginap beberapa saat, adalah bagian dari The River City Condominiums.[5] Kantor Professor Hilbert mengambil lokasi di sebuah ruang dosen di University of Illinois at Chicago. CNA Center di 333 South Wabash Avenue, Loop juga digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk kantor IRS. Toko roti yang digunakan tempat usaha oleh Ana Pascal merupakan lokasi asli di Little Village, dekat Chicago yang disebut La Catedral Cafe & Restaurant.[6] Gedung bioskop yang tampak dalam film adalah Logan Theatre located di Logan Square neighborhood.[7] Beberapa tempat di Chicago juga dijadikan lokasi pengambilan gambar untuk adegan Karen Eiffel, Penny Escher, dan Harold Crick.[5]Columbia Pictures distributed the film.[3] Film ini, sebagian terinspirasi oleh film tahun 1967 berjudul Playtime.[8]
Stranger than Fiction dirilis secara serentak di Amerika SErikat pada tanggal 10 November 2006. Saat awal pembukaan, film ini menempati peringkat ke-empat box office dan meraup laba sebesar $13.4 juta yang dihimpun dari 2264 gedung bioskop. Di 2270 gedung bioskop lainnya, mencapai lebih dari $40.7 juta. Di luar Amerika, penghasilan yang diterima mencapai $13 juta, sedangkan seluruh dunia, total penghasilan mencapai $53.6 juta.[1][9][10][11][12][8]