Sirisori Amalatu, dikenal pula sebagai Sirisori Sarane, Sirisori Sarani,[4] atau Sirisori Kristen adalah negeri di KecamatanSaparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Sebelumnya negeri ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Saparua hingga pada tahun 2015 Saparua Timur dimekarkan menjadi kecamatan sendiri berdasarkan Perda Maluku Tengah Nomor 11 Tahun 2015. Berdasarkan catatan BPS, Sirisori Amalatu tergolong sebagai negeri swadaya.[5]
Sebagai sebuah negeri atau negeri adat, Sirisori Amalatu dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri.Jabatan raja di Sirisori Amalatu dipangku oleh fam (matarumah parentah) Kesaulya (kadang dieja sebagai Kesaulja).
Dikisahkan bahwa di sekitar daerah Honimua yang masuk petuanan Sirisori Amalatu terdapat sumber air bersih yang biasa digunakan untuk keperluan minum dan memasak. Untuk menjamin kebersihan air minum tersebut, Raja Sirisori Amalatu mengeluarkan titah atau perintah yang isinya melarang semua orang untuk mandi di sumber air bersuh tersebut. Perintah larangan mandi itu dikenal sebagai sirisori yang di kemudian hari dipakai untuk menyebut sebuah negeri. Sebelumnya masyrakat Louhata (sirisori) menempati daerah Honimua atau pantai soa Honimua yang mana daerah tersebut sudah diduduki oleh kepemimpinan dua kapitano patasiwa dan patalima antara Patasiwa dan Patalima ini sering berperang. Kapitano patasiwa dipimpin oleh Liklikwatil (tuan tanah) dan Kapitano patalima dipimpin oleh Salatalohy seiring berjalannya waktu datanglah seorang pengembara dari tanah onin dan bergabung dengan dua Kapitan tersebut seiring berjalannya waktu hubungan yang berjalan semakin baik. Sehingga terjadi perpindahan tempat tinggal
Masyarakat Louhata di pantai Soa Honimua, dibawah pimpinan Masbait Pusan masih hidup dalam kesederhanaan. Masyarakat Louhata hidup dari hasil hutan dan hasil kebun dengan cara kerja bersama, di mana ada masyarakat yang harus ke laut dan ada yang harus ke hutan untuk mengelolah atau mengambil hasil hutan atau hasil kebun. Setiap hasil yang diperoleh dibagi secara merata sesuai jumlah jiwa disetiap poporisa. Tempat tinggal mereka di awali di pantai soa honimua kemudian berpindah ke liamatany,amaillalo, dan di Henalatu diangkat Masbait Pusan sebagai Latu yang pertama karena berbagai persoalan terjadi peperangan dan kisah panjang sehingga masyarakat Louhata berpindah menduduki Elhau.
Negeri Sirisori pada akhirnya terpecah menjadi dua bagian. Perpecahan itu terjadi karena perbedaan agama. Sebagian bertahan dengan agama Islam, sisa yang lain memilih dibaptis dan memeluk ajaran Protestan. Kedua Negeri (Sirisori Islam dan Sirisori Kristen) pada akhirnya diperintahkan dan dipaksa untuk bermukim di pesisir. Permukiman di pesisir mereka pertahankan hingga saat ini. Untuk menggambarkan perjalanan sejarahnya, Sirisori Amalatu diberikan gelar adat (teun) Louhata Amalatu Sigumala Hatukarang Pailemahu. Sedangkan gelar Sirisori Islam adalah Louhata Amapatti Nurlatu Tomagola Pailemahu. Kata louhata sendiri bermakna (ber)kumpul untuk menfengarkan titah.
Pada abad ke 16 Latu atau raja pertama ialah Masbait Pusan, Pada tahun 1618 Belanda telah mengangkat Raja-Raja Patih-Patih dan orang-orang kaya di pulau Honimua. Pattiluwa Kesaulija diangkat menjadi Pattih di Elhau, namun masyarakat Louhata tetap memanggilnya dengan sebutan Upu Latu. Pattiluwa baru menjadi Kristen pada 2 juli 1621Pada tahun 1647, ketika Herman Pattiluwa Kesaulija meninggal, digantikan adiknya Mahubessy menjadi patih Honimua. Mahubessy memeluk agama Islam dan kemudian kembali ke Kristen dan diakui nama baptisnya Daniel Mahubessy Kesaulija oleh masayarakat Louhata yang beragama Islamia di gelar Kese Uliyono yang artinya buang sorban. pada saat itu mereka berusaha untuk memperoleh penguasa Louhata yang beragama Islam sehingga sering timbul percecokan dengan mereka yang beragama Kristen. anak anak Daniel Mahubessy Kesaulija ada yang beragama Islam dan yang beragama Kristen
Kemudian pada tahun 1650, anak dari Herman Pattiluwa Kesaulija, menggantikan pamannya Mahubessy, yakni Manuel Taranate Kesaulija dan pada Tahun 1654 diwilayah Kota Honimua dibangun sebuah benteng oleh belanda dengan nama Hollandia. Pada Tahun 1669, seorang cucu dari Pattinaya dan cicit dari Tomanunuwe, diangkat menjadi patih Honimua, menggantikan Manuel Taranate Kesaulija. Namun Karena dia masih di bawah umur, maka untuk sementara diwakili oleh Fransisco Molle. Pada tahun 1692 masyarakat Louhata di Honimua di pimpin oleh patih yakni Jacob Salawane Kesaulija anak dari Mahubessy. Kemudian Jacob Salawane Kesaulija diganti oleh Gerrit Jacobs Kesaulija. Pada tanggal 19 Agustus 1704 karena Gerrit Jacobs Kesaulija sakit, sarafnya terganggu, maka pemerintahan Louhata diwakili oleh Kepala Soa nomor dua, yaitu Hendrik Putilaka dan secara resmi Gerrit Jacob Kesaulija diberhentikan secara resmi tanggal 30 September 1705. Kemudian pada tahun 1712 Paulus Kulipa Kesaulija menjadi Patih Honimua dan di tanggal 6 September 1712, Paulus Kulipa Kesaulija diberhentikan secara resmi dan diganti oleh Fransisco Bakar Kesaulija dan menjadi Patih Honimua sampai dengan tahun 1735, kemudian digantikan oleh Jacob Bakar Kesaulija. Pada pemerintahan Jacob Bakar Kesaulija, nama pusat pemerintahan masyarakat Louhata diubah menjadi tanah Siri Sori. Dengan demikian seluruh tanah Honimua yang dikuasai oleh pemerintahan Louhata sejak Zama Latu Lima termasuk seluruh wilayah Honimua dari Waenahia sampai dengan Umekonno disebut Siri Sori.
Geografi
Sirisori Amalatu terletak di Jazirah Tenggara Pulau Saparua bersama dengan Sirisori Islam, Ullath, dan Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah. Negeri tergolong negeri pesisir.[6] Selain wilayah negeri induk, Sirisori Amalatu memiliki sebuah dusun atau kampung yang bernama Pia. Dengan negeri induk, Pia dipisahkan oleh tanah-tanah adat (pertuanan) Tuhaha dan Saparua.[7]
Batas-batas
Negeri induk di Jazirah Tenggara mempunyai batas-batas sebagai berikut:[8]
Sirisori Amalatu memiliki enam soa. Berikut soa-soa yang ada dengan matarumah masing-masing di dalamnya.
Soa Namaulow
Atihutta
Hatumasi
Hatumese
Hatusupiy
Hitipeuw
Kesaulija
Lastuny
Latuhusen
Latuwasan
Lelenusja
Leleulija
Leleuly
Liklikwatil
Matauseja, berkedudukan sebagai kepala soa
Palijama
Patty
Pelamonia
Saimima
Sanaky
Sapulete
Sopacua
Tatusatunewa
Soa Samasuru
Hatitaeta
Hatumole
Holle
Pulumahuny
Sahupala
Sasabone
Sopaheluwakan, berkedudukan sebagai kepala soa
Sopamena
Tulaiha
Uktolseja (kadang dieja sebagai Oktoseja)
Wattiheluw
Soa Hawonyd
Pelupessy, berkedudukan sebagai kepala soa
Tehupaly
Tutuhatunewa (Hatumasi)
Soa Titasomi
Italilipessy
Namasinapessy
Saimima, berkedudukan sebagai kepala soa
Siahaiselan
Tutuhatunewa
Soa Peileiy
Hahulimalene
Huwal
Mollehuwae (kadang dieja Mollehuwaiy)
Palinussa, berkedudukan sebagai kepala soa
Pelamahuni
Titauly (Titaley)
Soa Peiluhu
Ahuluheluw
Louhatapessy
Matahelumual, berkedudukan sebagai kepala soa
Sapulette (sebagian)
Sapurissa
Silahooy
Hubungan sosial
Sirisori Amalatu tercatat memiliki hubungan gandong negeri Tamilouw (Islam), Hutumuri (Kristen Protestan), dan Sirisori Islam. Selain itu, berdasarkan kisah bahwa tiga moyang Tamilouw, Hutumuri, dan Sirisori memiliki dua saudara perempuan, Nyai Intan dan Nyai Mas, yang masing-masing menikahi Kapitan Bakarbessy dari Waai dan Kapitan Manuhutu dari Haria. Oleh sebab itu, masyarakat negeri ini juga menganggap Waai dan Haria sebagai saudara gandong. Ada pun ikatan pela diikat dengan Negeri Ouw.
Galeri
Referensi
^[Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 1 dan 5]
^[Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 29]
^[Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 29]