Silungkang adalah sebuah kecamatan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia. Di daerah ini pernah terjadi pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan kolonial belanda pada 1 Januari 1927.
Tentang dari mana asal nama Silungkang dan sejak kapan Nagari ini memakai nama Silungkang hingga kini masih dipertanyakan. Belum ada yang secara pasti dapat menjawabnya. Karena memang belum pernah dilakukan penelitian. Di Silungkang memang ada lurah yang bernama Lungkang. Lurah itu airnya mengalir melalui Surau Bingkuang dan bertemu dengan Batang Lasi sebelum Lubuak Nan Godang. Ada yang memperkirakan dari nama lurah Lungkang inilah nama Silungkang.[1]
Tetapi ada pula yang memperkirakan bahwa nama Silungkang itu berasal dari Sawah Lungkang. Tampaknya perkiraan ini agak jauh dari kemungkinan. Sebab di sekitar mengalirnya air lurah Lungkang sampai bertemu dengan Batang Lasi tak ada tanda-tanda bahwa pada masa lalu tempat itu adalah persawahan. Yang terkenal (dekat pertemuan lurah Lungkang dengan Batang Lasi) ialah Polak Pisang (Ladang Pisang). Sedangkan di mudiknya ialah Polak Kopi. Tak kelihatan bekas-bekasnya bahwa Polak Piang dan Polak Kopi itu dulunya sawah.
Lain pula halnya dengan buku Mambangkik Tareh Tarandam. Nama Lungkang itu dikaitkannya dengan legenda Adu Kerbau1. “Lungkang” itulah nasihat yang diberikan pemimpin-pemimpin (3 bersaudara: Nan Tuo, Nan Tongah dan Nan Ketek) Talang Tului Batu Badegui, tatkala utusan Kerajaan Bukit Batu Patah datang mencari ikhtiar guna melawan Kerbau besar dari orang Jawa.
Tatkala utusan Kerajaan Bukit Batu Patah menanyakan apakah yang dimaksud Lungkang, oleh Nan Tuo dikatakan yang dimaksud dengan Lungkang ialah “Lawan yang besar ialah yang kecil, lawan yang panjang ialah yang singkat, lawan jantan ialah betina”. Keterangan Nan Tuo itu diperkuat oleh Nan Tongah dengan kata-kata: “Itu sebenarnya. Sebab di alam ini terjadi segala dua. Cobalah berguru ke alam Lungkang”. Kemudian Nan Ketek memperkuat pula keterangan Nan Tuo dan Nan Tongah.
Utusan pun kembali ke Bukit Batu Patah, setelah ada kepastian dari pemimpin-pemimpin Talang Tului Batu Badegui itu bahwa nasihatnya dapat dipertanggung jawabkan. Tampaknya nasihat “Lungkang” itu dapat diterima Bukit Batu Patah. Dan kemudian terjadilah pertarungan kerbau besar dari Jawa dengan anak kerbau yang pakai taji dan pertarungan ini dimenangkan Anak Kerbau. Dan dari nasihat Lungkang inilah asal nama Silungkang.
Bila kita lihat Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta maka Lungkang itu artinya ialah “selokan” atau “pelimbahan”. Bisa saja dalam selokan atau pelimbahan itu terdapat benda atau materi yang besar berlawanan dengan yang kecil, yang panjang berlawanan dengan yang singkat, yang jantan berlawanan dengan betina. Tetapi yang pasti Lungkang bukan berarti besar lawan kecil, panjang lawan singkat, jantan lawan betina.
Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa nama Silungkang ini berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Lowongan batu yang tinggi”. Nama Silungkang ini mulai diletakkan pada abad ke-4 Sebelum Masehi. Sebelum bernama Silungkang namanya Talang Tului Batu Badegui.
Ada dua uraian mengenai penukaran nama itu. Pertama penukaran nama ini adalah untuk menyesuaikan nama dengan keadaan alamnya. Silungkang adalah nagari yang tandus2, punya hanya sedikit dataran yang kiri kanannya diapit oleh bukit yang tinggi dan memang seperti lowongan batu. Kedua penukaran nama ini adalah hadiah dari Kerajaan di Periangan Padang Panjang. Dari mana sumber keterangan di atas tak ada penjelasan. Karena itu belum bisa dipastikan kebenarannya.
Apalagi bila diingat yang memakai nama Silungkang bukan hanya nagari Silungkang yang dulunya bernama Talang Tului Batu Badegui, tetapi juga terdapat nama kampung Silungkang di Sulit Air dan Palembayan. Jadi hingga kini dari mana asal nama Silungkang dan sejak kapan nama Silungkang menggantikan Talang Tului Batu Badegui masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Lepas dari persoalan dari mana asal nama Silungkang, maka kini Silungkang termasuk dalam Kota Sawahlunto. Di sebelah barat berbatas dengan nagari Kubang dan Lunto. Di sebelah timur berbatas dengan nagari Batu Manjulur dan Tarung-Tarung. Di sebelah utara berbatas dengan nagari Pianggu dan di sebelah selatan berbatas dengan nagari Padang Sibusuk.
Pada tahun 1980-an, penduduk Silungkang berjumlah 8.400 orang. Sedangkan yang tinggal di perantuan sekitar 10.000 orang. Secara administratif Negari Silungkang dibagi dalam 7 Jorong: Silungkang Khusus (4.300 orang); Muaro Kalaban (3.360 orang); Taratak Boncah (440 orang); Bukit Kociek atau Talang Tulus (210 orang); Sungai Cocang (150 orang); Rumbio (120 orang); Bukit Kuning (110) orang.
Pada awal diberlakukannya PP No. 5 tahun 1979 di Silungkang, Silungkang dipecah menjadi 7 desa yang terdiri dari Desa Silungkang Khusus, Sungai Cocang, Rumbio, Talang Tuluih, Bukit Kuning, Tak Boncah, serta Muaro Kalaban. Ketujuh desa ini tergabung dalam Kecamatan Sawahlunto. Dengan dikeluarnya Perda (Peraturan Daerah Sumatera Barat No. 13/1983) maka Jorong-jorong itu ditetapkan menjadi Desa. Kini Jorong Silungkang Khusus telah menjadi Desa Silungkang Khusus.
Pada tahun 1987, jumlah desa diciutkan menjadi 5 desa, yaitu desa Silungkang Oso, Silungkang Duo, Silungkang Tigo, Taratak Boncah dan Muaro Kalaban yang tergabung dalam Kecamatan Silungkang.
Suku di Nagari Silungkang
Suku (klan) di Silungkang ada lima
Suku Supanjang: Panghulu nya Datuk Bosa
Suku Payobadar: Panghulu nya Datuk Mangguang Jumpo
Suku Dalimo: Panghulu nya Datuk Penghulu Sati
Suku Malayu: Panghulu nya Datuk Rajo Nan Godang
Suku Pitopang: Panghulu nya Datuk Rangkayo Nan Godang
Kampung di Silungkang
Secara kelompok besar, Nagari di Silungkang terbagi menjadi beberapa Kampuang (Andiko) yang 18, yaitu:[2]
Suku Malayu
Malayu
Panai 3 Tingkah
Sungkiang / Batu Bagantuang
Panai Ompek Rumah / Guguak Binok
Panai Koto Baru / Lubuak / Rumah Tabuah (disingkat menjadi Paklurah)
Suku Patopang
Guguak / Koto Marapak
Paliang Ateh / Batu Manonggow
Palakoto / Talakbuai
Sawah Juwai
Kutianyi
Suku Dalimo
Dalimo Godang
Dalimo Coca / Dalimo Tapanggang
Dalimo Kosiak / Guguak Ciporan / Dalimo Singkek.
Tanah Sirah / Paliang Bawuah (PATAS).
Suku Supanjang
Dalimo Jao Ateh
Dalimo Jao Bawuah
Suku Payabadar
Malowe Ilie
Malowe Mudiak
Dusun
Desa Silungkang Oso terdiri dari 4 dusun, yaitu:
Dusun Lubuak Kubang
Dusun Sungai Cocang
Dusun Sawah Darek
Dusun Kebun Jeruk
Desa Silungkang Duo terdiri dari 3 dusun, yaitu:
Dusun Tengsaw
Dusun Rumbio
Dusun Talang Tuluih
Desa Silungkang Tigo. terdiri dari 5 dusun, yaitu:
Nagari Silungkang membentang sepanjang sembilan kilometer.
Letak Daerah: Di antara gugusan Bukit Barisan pada sebuah cekungan yang sempit
Batas Daerah:
Utara: Kubang
Selatan: Taratak Boncah
Timur: Kubang Sirakuak, Padang Sibusuak, Kota Sawahlunto
Barat: Pianggu
Luas Daerah: 2.478 ha
Ketinggian: 153 mdpl
Temperatur: 22 - 33 °C
Sungai sungai: Batang Lasi, di Kecamatan Silungkang
Fasilitas Umum dan Sosial
Kesehatan
RSU -
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 4
Praktik Dokter 7
Pos KB 5
Klinik KB 2
Dokter 3
Perawat 21
Bidan 11
Apotek 2
Toko Obat 1
Dukun 5
Sambungan Telepon
Bisnis 24
Perumahan 664
Tempat Wisata
Waterboom
Batu Runciang
Lubuak Silaju
Galau Basurek / Macrowave
Komunitas
Sebagaimana nagari-nagari lainnya di Minangkabau, Silungkang juga memiliki organisasi perantauan yang dikenal dengan Persatuan Keluarga Silungkang (PKS). Persatuan Keluarga Silungkang didirikan pada tahun 1935 oleh perantau yang bermukim di Batavia.[3] Selain di Jabotabek, kini Persatuan Keluarga Silungkang juga terdapat di Surabaya dan Padang.
^Husin, Sukri (20 Mei 2017). Silungkang dalam Lintasan Jaman, Dahulu, Kini dan Masa Depan. Jakarta.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)