Silat Cimande

Silat cimande adalah salah satu aliran pencak silat tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan silat di Indonesia bahkan di luar negeri.[1] Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silat ini, semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan sebagainya. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam Bahasa Inggris Great Grandfather).[2] Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Menurut Bapak Rifai (Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir.[3] Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1169), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan Betawi yaitu Si Pitung dipercaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini. Diperkirakan jumlah anggota silat Cimande hingga saat ini mencapai 4,8 jiwa di seluruh indonesia

Sejarah

Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:

Versi pertama

Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya dan juga Cianjur selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan sebagainya. Dan dalam perjalanan tersebut dia sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.

Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, dia tidak menemukan istrinya ada di rumah, padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Dia menunggu dan menunggu, sampai merasa jengkel dan khawatir, jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir, yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya, "Ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul, tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kelelahan dan menyadari kekhilafannya, dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "Ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).

Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet (Salah satu monyet memegang ranting pohon). Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.

Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya, dan itu menjelang tengah malam. Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan dia. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Dia berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa dia bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah dia membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih

  1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan,[4] tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan lain-lain).
  2. Jurus Monyet/Pamonyet[5] (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
  3. Jurus Pepedangan[6] (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).[7]

Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada.[8] Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab "ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.

Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dan lain-lain). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, zaman penjajahan Belanda), dan lain-lain.

Versi kedua

Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui.[9] Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.

Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.

Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dan sebagainya).[10] Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

Versi ketiga

Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan dia di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.

Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam Bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana dia belajar Maenpo ini, apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut, tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande yaitu Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dan lain-lain.

Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok, tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari Tiongkok dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.

Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" ( pamuk dalam Bahasa Sunda artinya Guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.

Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.

Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa dia: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia "ibing" di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam Bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).[11]

Tujuan

Tujuan dari Pencak Silat Cimande ini yaitu untuk:

  1. Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang jiwa pencak silat Cimande sehingga dapat mengamalkan secara konsekuen. Sebagai insan hamba Allah, sebagai insan Sosial Budaya, sebagai insan pencak silat Cimande, dan sebagai insan Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Terwujudnya keluarga besar pencak silat Cimande yang taat dan saleh dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diyakini masing-masing.
  3. Terwujudnya pembinaan tradisi, adat istiadat dan ajaran yang mempunyai nilai-nilai luhur yang selaras dengan kehidupan dan tata kehidupan pancasila dan UUD 1945.
  4. Terwujudnya sikap dan prilaku hidup serta amal perbuatan keluarga besar pencak silat Cimande yang berpedoman pada Taleq.
  5. Terwujudnya dan terpeliharanya identitas anggota keluarga besar pencak silat Cimande dimana saja mereka berada.

Taleq Cimande

Pencak silat Cimande adalah seni budaya bela diri yang mengandung nilai-nilai , norma-norma maupun perilaku yang di junjung tinggi dan diwariskan dari leluhur Cimande kepada generasi-generasi secara turun-temurun sebagai hasil proses sejarah dan merupakan tradisi dalam kehidupan masyarakat keluarga besar pencak silat Cimande berdasarkan taleq.[12] Di dalam kehidupan keluarga besar pencak silat Cimande , Taleq ini merupakan kode etik yang harus ditaati dan ditepati oleh keluarga besar Cimande dengan sebaik-baiknya.

Taleq Cimande sebagai kebudayaan telah menunjukan nilai-nilai hidup dan makna susila yang berjiwa selaras dengan Pancasila, merupakan pendukung penghayatan nilai-nilai yang luhur dari Budaya Indonesia.

Taleq

  1. Harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
  2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
  3. Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah).
  4. Jangan judi dan mencuri.
  5. Jangan ria takabur dan sombong.
  6. Jangan berbuat zina.
  7. Jangan bohong dan licik.
  8. Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat.
  9. Jangan jahil, menganiaya sesama makhluk Tuhan.
  10. Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa minta.
  11. Jangan suka iri hati dan dengki.
  12. Jangan suka tidak membayar hutang.
  13. Harus sopan santun, rendah hati,ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia.
  14. Berguru Cimande bukan untun gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tapi untuk mencari keselamatan dunia dan akherat.

Hakikat kepribadian Taleq Cimande

  1. Adanya kesadaran terhadap Allah SWT.
  2. Memiliki kesadaran menjadi warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
  3. Mempunyai nilai-nilai hidup atau budi pekerti yang luhur dan makna kesusilaan.
  4. Mempunyai kesadaran untuk memelihara kerukunan hidup, persatuan dan kesatuan bangsa, dan kerukunan dalam kehidupan beragama.

Hakikat insan pencak silat Cimande

  1. Insan yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
  2. Anggota masyarakat yang mengutamakan kekeluargaan dan gotong royong.
  3. Warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
  4. Manusia yang beramal, menjunjung tinggi serta menghormati adat istiadat yang telah turun temurun menjadi sendi-sendi kehidupan masyarakat dan bangsa , memelihara tradisi bangsa dalam rangka pelestarian nilai-nilai perjuanagan, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam menegakan kebenaran dan keadilan rakyat Indonesia. Sebagaimana yang telah ditunjukan oleh generasi 45 Cimande pada waktu revolusi fisik untuk menghancurkan penjajahan dari muka bumi Indonesia, telah berjuang mati-matian dengan semangat patriotisme yang tinggi, sehingga laskar rakyat Cimade telah disegani oleh lawan maupun kawan.

Sikap dan perilaku hidup

Taleq Cimande pada dasarnya merupakan landasan falsafah sebagai pegangan hidup keluarga besar pencak silat Cimande.[13] Dengan pegangan hidup itu mereka dapat kuat tidak terombang ambing dalam perjalanan hidupnya, karena dengan falsafahnya itu jelas pula apa yang menjadi dasar tujuannya. Oleh karena itu sikap dan perilaku hidup insan pencak silat Cimande berdasarkan taleq sebagai berikut:

Harus Taat dan Taqwa kepada Allah dan Rasul-Nya

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa sebagai insan hamba Tuhan yang Maha Esa yaitu manusia susila yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya, Pemeluk agama yang saleh mengakui adanya Tuhan, Kekuasaannya, Keadilannya, dan hidup matinya berada di tangannya. Sikap dan Perilakunya:

  1. Bagi mereka yang beragama Islam, wajib melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya.
  2. Bagi mereka yang bukan agama Islam, wajib melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Jangan Melawan kepada Ibu dan Bapak serta Orang yang Sudah Tua

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari, bahwa mereka sejak dikandung dan dilahirkan sampai dewasa telah menjadi beban ibu dan bapak dan orang-orang tua lainnya, baik di dalam lingkungan rumah tangga maupun dalam lingkungan lainnya atau masyarakat. Sikap dan Perilakunya:

  1. Sebagai anak yang saleh dan taat kepada ibu dan bapaknya serta orang tua lainnya, karena orang tua lain mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman yang dapat di jadikan tempat bertanya disamping ibu dan bapak.
  2. Tunduk dan patuh kepada kakak-kakak dan yang lebih tua, karena kakak atau yang lebih tua, kalu mereka pria maka akan dapat dijadikan sebagai pengganti bapak, sedangkan kalau wanita sebagai pengganti ibu.
  3. Ramah tamah dan setia kawan dangan yang sebaya karena mereka akan menjadi teman seperjuangan dan senasib sepenanggungan dalam menghadapi kesulutan hidup.
  4. Ramah tamah dan baik hati kepada adik-adik dan kepada yang lebih muda , karena meraka akan dapat membantu bila diperlukan sewaktu-waktu.

Jangan Melawan Kepada Guru dan Ratu (Pemerintah)

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa Guru adalah sumber ilmu yang telah mengendap dalam pribadi masing-masing selama ini. Begitu pula mereka atau orang-orang yang suka memberikan petunjuk kejalan yang benar untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akherat harus dianggap sebagai guru, mereka harus mendapatkan perlakuan sebagaiman yang diberikan kepada guru. Pemerintah adalah pelindung rakyat memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan rakyat dalam kehidupan masyarakat dan lain-lain. Sikap dan Perilakunya:

  1. Sebagai insan yang bermoral yang menjunjung tinggi serta menghormati adat istiadat, harus taat dan patuh serta mengikuti perintah dan petunjuk guru.
  2. Mengikuti petunjuk-petunjuk orang yang membawa kejalan yang benar di dunia dan akherat.
  3. Sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia mematuhi dan mentaati segala ketentuan pemerintah, pancasila dan UUD 1945.

Jangan Judi dan Mencuri

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa judi dan mencuri adalah perbuatan yang dilarang oleh agama maupun pemerintah, karena perbuatan tersebut merupakan pangkal kejahatan. Sikap dan Perilakunya:

  1. Menjauhi segala perbuatan yang mengarah kepada perjudian.
  2. Mengendalikan diri dari keinginan mendapatkan sesuatu yang gampang.

Jangan Ria, Takabur dan Sombong

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa ria, takabur dan sombong adalah suatu perbuatan yang didorong oleh nafsu yang buruk yang merupakan bujukan syetan, dalam pergaulan akan dibenci dan dijauhi teman, dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan akibat ulah tersebut, akhirnya mengancam kerukunan hidup dalam masyarakat. Sikap dan Perilakunya:

  1. Selalu mawas diri, mengakui kelemahan dan kekurangan sendiri serta untuk memperbaikinya.

Jangan Berbuat Zina

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa berbuat zina dan memperkosa wanita adalah perbuatan yang tidak bermoral dan biadab melanggar kesusilaan dan ajaran agama yang mendapat kutukan didunia dan akhirat. Sikap dan Perilakunya:

  1. Hargailah derajat kaum wanita.
  2. Mengendalikan hawa nafsu yang mengarah kepada pelanggaran kesusilaan.

Jangan Bohong dan Licik

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa bohong dan licik adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, dapat menghilangkan kewibawaan dan kepercayaan orang , menimbulkan kesukaran dalam pergaulan dan menjadi rintangan dalam segala kegiatan, akhirnya akan menimbulkan frustasi pada diri sendiri. Sikap dan Perilakunya:

  1. Bersikap jujur dan loyal terhadap siapapun.
  2. Bermusyawarahlah dalam menghadapi persoalan di dalam menyelesaikan suatau masalah.

Jangan Mabuk-mabukan, Menghisap Madat dan Sebaginya

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa minuman keras, candu, ganja dan sebagainya dapat merusak keseimbangan tubuh, kesehatan jasmani dan rohani. Kemudian dapat mengarah kepada perbuatan kejahatan yang menggangu keamanan dan ketertiban umum, sehingga mempengaruhi moral dan moril masyarakat dan bangsa. Sikap dan Perilakunya:

  1. Menjauhkan diri dari minuman keras, candu dan sebagainya.
  2. Menghindiri dari keinginan untuk mencoba sekadar ingin mengetahui rasanya.

Jangan Jahil Menganiaya Sesama Mahkluk Allah

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa jahil, aniaya terhadap sesame makhluk Allah adalah perbuatan yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan merupak sikap yang tidak terpuji. Sikap dan Perilakunya:

  1. Tidak berbuat kasar, bengis dan sadis.
  2. Mengendalikan hawa nafsu buruk.

Jangan Memetik Tanpa Izin Mengambil Tanpa Minta

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan tersebut walaupun sifatnya hanya iseng saja tidak didorong oleh kebutuhan yang mendesak, namun perbuatan itu hukumnya mencuri, maling namanya, hal ini bisa menimbulkan salah paham dalam hubungan kekeluargaan dan kerukunan hidup Sikap dan Perilakunya:

  1. Jangan iseng tertarik oleh sesuatu, bila perlu terus terang.
  2. Minta maaf bila sudah telanjur.

Jangan Suka Iri Hati dan Dengki

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan iri hati dan dengki terhadap siapapun menunjukan seseorang yang tidak percaya akan kekuasaan, keadailan dan kodrat Allah SWT segala sesuatau berada di tangan Allah, nasib, derajat, dan harkat manusia berada di tangannya. Sikap dan Perilakunya:

  1. Menyadari akan kodrat Allah SWT.
  2. Berdo’alah kepada Allah untuk mendapatkan rahmat dan karunianya.
  3. Menghilangkan rasa iri hati dan dengki terhadap manusia.

Jangan Suka Tidak Mau Membayar Hutang

setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa meninggalkan hutang berlarut-larut sema dengan mematikan kehidupan orang lain dan mengancam penghidupan seluruh keluarganya. Sikap dan Perilakunya:

  1. Membiasakan hidup sederhana dan tidak boros.
  2. Menyesuaikan kebutuhan dengan kemampuan.

Harus Sopan Santun, Rendah Hati, Ramah Tamah Saling Harga Menghargai di antara Sesama Manusia

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa sikap dan perilaku demikian di dalam pergaulan sehari-hari di dalam kehidupan masyarakt sendiri akan memupuk dan mengikat keakraban , mempererat kerukunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan , sedangkan pergaulan tersebut di dalam kehidupan dengan bangsa –bangsa lain akan menunjukan kepribadian bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi. Sikap dan Perilakunya:

  1. Silih asah, silih asih, dan silih asuh.
  2. Pergaulan yang luwes, tidak menyendiri.
  3. Tidak membedakan, harkat, derajat, serta martabat seseorang, kesukuan dan golongan.
  • Berguru pencak silat cimande bukan untuk gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tetapi untuk mencari selamat dunia dan akhirat

Taleq yang terakhir ini sesungguhnya merupakan amanah dari leluhur cimande kepada keturunannya dan kepada keluraga besar pencak silat cimande, untuk diperingatkan kepada setiap orang yang berguru pencak silat cimande, pertama-tama mereka harus beritikad demi keselamatn di dunia dan akhirat.

Menyelewengkan taleq berarti mereka harus menanggung sendiri akibatnya, Setiap orang yang akan berguru pencak silat cimande harus menyatakan kesetian dan kepatuhannya untuk mengamalkan taleq sebagai berikut:

Panca Setia

  1. Kami insan pencak silat cimande yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  2. Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada pemerintah Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.
  3. Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
  4. Kami Insan pencak silat cimande yang mengutamakan penggunaan pencak silat untuk melerai diri demi kebenaran dan keadailan.
  5. Kami insan pencak silat cimande yang setia dan menempati janji serta mengamalkan dan mengamankan taleq cimande.

Janji ini di ucapkan oleh setiap insan pencak silat cimande uantuk menunjukan bahwa mereka berjanji untuk mengemalkan dan mengamankan taleq .

Janji ini disebut "Janji Seti Insan Pencak Silat Cimande".

Jurus dan Teknik Beladiri

  • Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande:
  1. Kelid
  2. Selup
  3. Pamonyet
  4. Tungkup Selup
  5. Serong Gigir
  6. Tangkeupan
  7. Bolang-Baling
  8. Timpah Sabeulah
  9. Timpah Dua
  10. Buang Kelid Dibeulah
  11. Sambeuran
  12. Kelid Timpah Pamonyet
  13. Pangerodan
  14. Teke
  15. Tewak Teke
  16. Tewakan
  17. Tewak Jero
  18. Turugtug
  19. Ajulan
  20. Kelid timpah Potongan
  21. Koreh Pamonyet
  22. Timpah Tilu
  23. Pakalah

Amal dan Perbuatan

Panca setia insan pencak silat cimande bukan hanya dinyatakan dengan ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dengan amal perbuatan dalam pengembangan dan pengamalan hakikat kepribadian taleq, amal perbuatan dalam lingkungan keluarga dan amal perbuatan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.[14]

Dalam Pengembangan Kepribadian Taleq

Dalam rangka pengembangan taleq secara perorangan dengan penuh keyakinan, berkewajiban untuk senantiasa berusaha:

  1. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
  2. Menghayati dan Mengamalkan taleq.
  3. Memupuk Sikap mental yang mencerminkan kesadaran untuk turut mendukung penghayatan dan pengamalan serta pengamanan taleq.

Dalam Pengamalan Kepribadian Taleq

Dalam rangka pengamalan kepribadian taleq agar mengutamakan kesederhanaan dalam:

  1. Sikap dan tutur kata harus menggunakan bahasa yang baik, membiasakan diri berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sopan santun dan tahu menempatkan diri.
  2. Cara berpakaian, tidak berlebih-lebihan sehingga memperlihatkan gejala-gejala menonjolkan diri ingin lain daripada yang lain.
  3. Keadaan rumah tangga, disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat, tidak menunjukan hal-hal yang dapat menimbulkan pandangan buruk (negatif).
  4. Dalam pergaulan, ramah tamah, tidak menunjukan sikap menyendiri, selalu bersedia memberikan bantuan pikiran, tenaga,maupun harta sesuai kemampuan kita.
  5. Perbuatan lainnya, merupakan suri tauladan yang bersifat membangun dan bergotong royong.

Membina dan Memimpin Keluarga Sendiri

Dalam usaha membina dan memimpin keluarga dalam lingkungan sendiri ( anak, istri, saudara) agar berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara, dapat ditempuh dengan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:

  1. Memupuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta ketaatan menjalankan syarat-syaratnya dan amal ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing terhadap Allah SWT.
  2. Memenuhi dan mencukupi nafkah lahir dan batin.
  3. Mendidik dan membimbing anggota keluarga untuk hidup sederhana, hemat, tidak boros, dan untuk dapat mengingat hari depan.
  4. Memelihara kerukunan dalam rumah tangga.
  5. Pandai membagi waktu sehingga hal-hal yang merupakan bagi kesejahteraan keluarga tidak diabaikan.
  6. Senantisa memperhatikan kesulitan yang dihadapi keluarga, baik lahiriyah maupun bathiniyah.
  7. Memberikan suri tauladan yang baik terutama mental dan budi pekerti.
  8. Memberikan tuntunan akan hal-hal dan kewajiban hidup di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam Lingkungan Masyarakat

Amal perbuatan insan pencak silat cimande dalam lingkungan masyarakat mencakup banyak hal satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sabagai berikut:

  1. Ikut serta membantu usaha pemerintah dalam segala bidang pembangunan.
  2. Ikut serta membina kesadaran masyarakat terhadap kesadaran bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  3. Ikut serta dalam membina keamanan dan ketertiban umum.

Ketentuan-ketentuan Umum

  1. Pusat Perguruan Pencak Silat Cimande yang disingkat P3SC berkedudukan di babakan tarikolot cimande lemah duhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
  2. Ketua umum P3SC dipegang oleh seorang sesepuh yang tertua dari keturunan leluhur cimande. Dibantu oleh para sesepuh lainnya, sesuai dengan proses sejarah kepemimpinan pencak silat cimande yang dilakukan secara turun temurun.
  3. Para sesepuh keturunan cimande dapat menerima calon siswa-siswa pencak silat cimande di tempatnya masing-masing atas sepengetahuan ketua umum P3SC.
  4. Para sesepuh keturunan cimande dapat mengirimkan guru-guru pencak silat cimande ke perguruan-perguruan pencak silat cimande diseluruh tanah air dan di luar negeri bila diperlukan dengan membawa surat perintah tugas dari ketua umum P3SC.
  5. Anggota keluarga besar pencak silat cimande yang bukan keturunan cimande yang sudah mempunyai kualifikasi pencak silat cimande dapat mendirikan perguruan pencak silat cimande dengan ketentuan tidak menyimpang dari taleq cimande dan ketentuan umum.Mendirikan perguruan pencak silat cimande harus dapat pengesahan dari ketua umum P3SC, hal ini dilakukan demi terjaminnya pengamalan dan pengamanan serta kelestarian nilai-nilai hakikat kepribadian pencak silat cimande yanbg sesuai dengan taleq Cimande.
  6. Perguruan pencak silat cimande yang menghasilkan guru pencak silat cimande berdasarkan penilaian memenuhi syarat kawlifikasi guru pencak silat cimande dapat mengajukan daftar nama-nama yang diangkat kepada P3SC untuk dapat mengsahkan dari ketua umum P3SC.
  7. Hal-hal lainnya yang belum tercantum dalam buku petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum akan diatur kemudian dengan melalui musayawarah seluruh anggota keluarga besar pencak silat cimande.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Silat Cimande
  2. ^ "History of Cimande". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-18. Diakses tanggal 2013-06-16. 
  3. ^ Howard Alexander, Quintin Chambers, Donn F. Draeger (1979). Pentjak Silat: The Indonesian Fighting Art. Tokyo, Japan: Kodansha International Ltd. 
  4. ^ http://www.youtube.com/watch?v=_ZL04xliGzU
  5. ^ http://www.youtube.com/watch?v=J-tIqW4YAw4
  6. ^ http://www.youtube.com/watch?v=fPgCaYTQDJ8
  7. ^ Jurus Silat Cimande
  8. ^ Jurus of Cimande
  9. ^ Maenpo Cimande
  10. ^ Pukulan Cimande UK
  11. ^ Cimande, Riwayatmu Kini
  12. ^ Uwe Patzold (2011). Self-Defense and Music in Muslim Context in West Java in Divine Inspirations: Music and Islam in Indonesia. Oxford, UK: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-538541-0. 
  13. ^ Traditional Pencak Silat Cimande Girang Walisongo
  14. ^ Pembinaan Cimande

Bacaan lanjutan

Pranala luar