Sesar ini biasa disebut ahli geologi sebagai segmen Surabaya-Waru.
Peneliti dari ITS, Dr Amien Widodo, dalam penjelasannya mengungkap pemetaan skala gempa di kota Surabaya harus dilakukan secara terus-menerus.
Dalam catatan sejarah, Surabaya jarang diguncang gempa hebat. BMKG mencatat Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867).
Para peneliti menjelaskan bahwa Sesar Kendeng bisa memicu gempa bumi hingga kekuatan magnitudo 6,5 hingga 7,0 di sekitar Kota Surabaya.[2]
Resiko gempa bumi
Sesar Kendeng memiliki laju geser mencapai sekitar 1 hingga 3 milimeter setiap tahunnya, Sesar tersebut melewati beberapa Kabupaten di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kota terbesar kedua di Indonesia, yaitu Surabaya. Sesar aktif ini menyimpan potensi gempa dengan kekuatan besar sampai 6,5 hingga 7,0 magnitudo.
Peneliti dari pusat studi gempa nasional (PuSGeN) menyatakan, jika gempa berkekuatan magnitudo 6,0 saja dapat merusak wilayah Kota Surabaya dengan kerugian mencapai Rp 80 triliun, dan jumlah korban tewas mencapai 1.500 jiwa, dan sekitar 800 ribu orang dapat kehilangan tempat tinggal.[3]