Selokan Mataram

Selokan Mataram
Selokan Mataram di sekitar Randugunting pada tahun 2023
LokasiDaerah Istimewa Yogyakarta
NegaraIndonesia
Spesifikasi teknis
Panjang30,8 km (19,1 mil)
StatusDigunakan
Sejarah
Nama sebelumnyaKanal Yoshiro
Pemilik sekarangKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Selesai1944
Geografi
Titik awalBendung Karangtalun, Bligo, Ngluwar, Magelang
Titik akhirRandugunting, Tamanmartani, Kalasan, Sleman
Koordinat awal7°39′58″S 110°16′00″E / 7.6660974°S 110.2667599°E / -7.6660974; 110.2667599
Koordinat akhir7°46′03″S 110°29′02″E / 7.767407°S 110.4840105°E / -7.767407; 110.4840105
Bendung Ancol, sumber air dari Selokan Mataram

Selokan Mataram adalah sebuah kanal irigasi sepanjang 31 kilometer di Daerah Istimewa Yogyakarta yang kini menjadi salah satu dari tiga saluran irigasi primer di Daerah Irigasi Karangtalun.

Selokan Mataram dulu dikenal dengan nama Kanal Yoshiro dan membentang dari Bendung Ancol hingga ke Sungai Opak di Prambanan. Selokan ini mulai dioperasikan pada tahun 1944.[1]

Sejarah

Selokan Mataram sepanjang 30,8 km ini dibangun pada masa pendudukan Jepang.[2] Saat itu, Jepang menggalakkan romusha di Indonesia untuk mengeksploitasi sumber daya alam maupun untuk membangun sarana dan prasarana guna mendukung upaya perang Jepang melawan Sekutu di Pasifik.

Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX kemudian memikirkan cara untuk menghindarkan warga Yogyakarta dari romusha. Sultan lalu melaporkan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah yang minus dan kering, serta hasil buminya hanya berupa singkong dan gaplek.[3] Sultan pun mengusulkan kepada Jepang agar warga Yogyakarta diperintah untuk membangun sebuah kanal irigasi guna menghubungkan Sungai Progo di sisi barat dan Sungai Opak di sisi timur. Dengan kanal irigasi tersebut, lahan pertanian di Yogyakarta yang saat itu kebanyakan masih berupa lahan tadah hujan, diharapkan dapat diairi pada musim kemarau, sehingga dapat ditanami padi dan dapat memenuhi kebutuhan pangan dari warga Yogyakarta maupun pasukan Jepang.[4]

Usul Sultan tersebut kemudian disetujui oleh Jepang, sehingga warga Yogyakarta tidak perlu mengikuti romusha, karena difokuskan untuk membangun sebuah kanal irigasi yang kemudian dikenal dengan nama Kanal Yoshiro dan kini dikenal dengan nama Selokan Mataram.[2][5]

Referensi

  1. ^ Chairunnisa, Ninis (2020-10-16). "Selokan Mataram Legendaris di Yogya Amblas, Dibangun Sejak Penjajahan Jepang". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-25. 
  2. ^ a b Sujarweni, V.W. (2017). Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia. hlm. 120–121. ISBN 9786232447356. 
  3. ^ Roem, Mohammad (2013). Takhta Untuk Rakyat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 134. ISBN 9786020371238. 
  4. ^ Moedjanto, G. (1994). Kasultanan Yogyakarta & Kadipaten Pakualaman : tinjauan historis dua praja kejawen antara 1755-1992 (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-137-5. OCLC 32021291. 
  5. ^ Sejarah selokan Mataram dari kompas.com