Putri malu atau Mimosa pudica L adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/layu dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.
Nama lain
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut, seperti:
makahiya (Filipina, berarti "malu")
mori vivi (Hindia Barat)
nidikumba (Sinhala, berarti "tidur")
mate-loi (Tonga, berarti "pura-pura mati")
Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
Gerak tumbuhan
Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh.
Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (seismonasti), sebagai contoh, gerakan seismonasti daun putri malu tidak peduli dari mana arah datangnya sentuhan.
Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit.
Tanaman putri malu menutup daunnya untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivor) yang ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya.
Tanaman putri malu merupakan tanaman yang sangat sensitif dengan cara menutup daun sebagai reaksi terhadap rangsangan seperti sentuhan, getaran, cahaya, angin, panas, dan dingin.[2]